Semenjak aku dengan jesica bersahabat, aku sama sekali tidak pernah menginal di rumahnya. Ini kali pertamaku menginap di rumahnya.
Suasana pagi di rumah jesica memang begitu berbeda dibandingkan dirumahku. Ruang kamar begitu sangat dingin. Udara masuk dari fentasi jendela ditambah dingunnya AC. Aku tidak terbiasa dengan udara pagi seperti ini. Dinginnya menusuk ke tulang.
Kulirik jam tertempel di dinding atas televisi, jarum jam tidak terasa sudah menunjukan pukul 8 pagi. "What, jam 8 ? Wah kesiangan nih !"
Aku menggoyang-goyangkan tubuh jesica membangunkannya yang masih tertidur pulas. "Jes, jes ! Woy bangun kesiangan loh kita !. Dasar tukang molor ayo bangun !."
Menunggu jesica yang super lelet kayak siput, aku lebih baik mandi duluan. Selesai mandi kulihat jesica masih bermalasan di kasur sambil main ponselnya. "Yaelah ni anak. Masih aja males. Sana gih mandi. Kita kesiangan ke kampus berabe ntar !"
"Iya…iya..bawel udah kayak mak emak lo !" Jesica akhirnya beranjak pergi ke kamar mandi, walaupun sambil ngedumel.
Sembari menunggu jesica selesai mandi, aku membereskan tempat tidur yang super berantakan serta merapikan tugas laporan kemarin yang akhirnya selesai juga. "huft,, akhirnya nih tugas kelar juga. Alhamdulillah." Perasaan lega akhirnya beban tugas dipundakku satu per satu terselesaikan.
Menunggu jesica yang super lama sehingga membuatku jenuh, ku sibukan diriku dengan chating bersama Frans. Dibuatnya aku senyum malu di pagi hari ini, karena pujian serta candaanya yang selalu membuat senyum diwajahku.
"Hey ! Senyum-senyum sama siapa sih pagi gini !? Jangan-jangan gak waras ya lo ?" Jesica mengagetkanku.
"Apa.an sih ? Nggak, ada. Dah yuk berangkat !" Jawabku mengalihkan keingintahuan jesica.
"Yuk, cus !!" Sambil merapikan rambut hitam panjangnya.
Kami turun ke bawah dan pamitan kepada bi nah. Karena tidak ada orang tua dirumah ini yang kita pamiti selain bibi. " Nona-nona ini gak mau sarapan dulu ?" Tanya bi nah yang sedang menyiapkan makanan di meja.
"Gak lah bi, kita buru-buru."jawab jesica sambil nyomot selembar roti tawar yang ada di meja makan.
Di lain tempat ada ayah vira, pak Hartawan yang ditinggal semalaman dirumah oleh vira. Seperti biasa aktivitas paginya, yaitu meniknati secangkir teh hangat diteras rumah.
Sruppp…ahh
"Begini rasanya kalau gak ada vira. Sepi sekali. Mungkin suasana seperti ini akan aku alami juga, saat vira sudah menikah nanti. Hanya kicauan burung yang menemaniku dipagi hari." Gumam pak Hartawan sedih.
Pak Hartawan adalah ayah hebat. Meskipun beliau adalah duda, bukan berati ia tidak bisa mengerjakan pekerjaan seorang wanita. Hari ini, beliau ingin menyiapkan masakan untuk vira saat pulang kerumah. Ditinggal oleh anak satu-satunya sehari semalam saja, pak Hartawan serasa ditinggal selama setahun.
Lewatlah tukang sayur langganan vira tiap kali belanja pagi. "Mang sayur !" Teriak pak Hartawan.
"Mau belanja apa pak ?" Tanya si mamang sayur.
"Saya mau masak nasi liwet pak. Tolong siapkan bahan-bahannya !" Pinta pak Hartawan kepada tukang sayur yang setengah renta
Setelah tukang sayur menyiapkan dan dimasukan ke kantung plastik, pak Hartawan langsung membayarnya dan masuk kedalam. Ketika hendak masuk kedalam rumah, berhentilah mobil yabg tidak asing buat ayah vira ini mengenalinya. "Frans.."
***
Turunlah lelaki mengenakan pakaian olahraga dari dalam mobil. "Selamat pagi om." Sapa Frans mencium punggung tangan ayah pacarnya.
"Hai Frans ! Kok kesini ? Gak ke kantor ya ? Maaf tapi vira sedang tidak ada dirumah."
Frans tersenyum lebar. " Iya kebetulan agak siangan nanti saya akan ke tempat gym, mumpung masuk kantor agak siangan aja. Dan saya kesini bukan ingin ketemu vira, tapi ketemu om." Jelas Frans
"Ketemu om ? Ada yang penting ?" Tanya heran pak Hartawan.
"Oh tidak, tidak om. Hanya ingin sarapan bareng sama om. Nih, saya udah bawakan bubur ayam " menunjukan kantong plastik yang dibawakan.
Frans sengaja datang ke rumah pak Hartawan dan mengajaknya sarapan. Karena ini semua atas permintaan sang pacar tercinta. Ia tidak mau ayahnya kesepian walaupun ditinggal hanya sehari saja.
Pak Hartawan tersenyum lepas. "Yaudah kita makan di dalam saja yuk !" Mempersilahkan masuk ke dalam rumah. Frans dan pak Hartawan sarapan menikmari hangatnya bubur ayam langganan Frans. Mereka menikmatinya dengan ngobrol layaknya ayah dan anak laki-lakinya klop dan nyambung.
Di satu kesempatan, pak Hartawan menanyakan tentang hubungan Frans dengan anaknya vira. Pak Hartawan menaruh curiga pada mereka berdua jika ada hubungan melebihi hanya sekedar teman biasa. "Frans, maaf kalau om lancang. Kalau om boleh tau, apakah ada hubungan khusus kamu dengan anak saya ?" Tanya pak Hartawan dengan wajah serius.
Frans meneguk segelas air putih didekatnya. Gleek ! "Memang kalau ada, apakah om mengijinkan ?" Tanya Frans kembali.
"Yah, jika kamu berniat serius dengan anak om, tidak membuatnya kecewa seperti masalalunya dan bisa menjadi pengganti om dihidup vira, kenapa nggak !"
"Jujur om, kalau soal ini saya tidak bisa menjawabnya sekarang."
Dilubuk hati yang paling dalam, Frans tidak tega membohongi orang tua sebaik pak Hartawan. Namun ia sudah berjanji pada Vira untuk tidak memberitahu tentang hubungan mereka pada siapapun termasuk ayahnya sendiri. Frans takut vira marah padanya, Jika Frane buka mulut pada pak Hartawan.
"Oh ok, baiklah om tidak akan bertanya lagi. Maaf jika om lancang."
Terlihat kecewa di wajah pak Hartawan Yang penuh harapan jika anaknya ada hubungan denga pemuda yang sekaeang sarapan bareng dengannya sekarang. Pak Hartawan sangar berharap anaknya segera menikah.
"Maaf om, bukan maksud saya tidak jujur pada om, tapi saya tidak ingin vira marah." Kata Frans dalam hati sambil menatap wajah pak Hartawan.
***
Aku dan jesica telah sampai dikampus. Sesampai disana, kami langsung menemui bu Vera. Ketika hendak keruang bu vera,kami melewati kantin. Dsn kebetulan juga kami ketemu bu vera disana. "Selamat pagi bu ! Baru selesai sarapan ya ?" Tanya jesica.
"Hay ketemu lagi dengan kalian !" Pasti mau ngumpulin laporan ya ?" Kata bu vera ceria
Aku dan jesica ketawa ngakak. "Yes, seratus untuk ibu !."
"Yuk ke ruang saya !"
Kami berjalan dibelakang mengikuti madam cinta kita, menuju ke ruangan beliau. Sesampai diruangannya, kami menyerahkan laporan yang sudah dikebut semalam.
Laporan setebal buku tulis mulai di baca, dibolak balik lembar demi lembaranya. Harap-garap cemas, Menunggu keputusan bu dosen satu ini, jantungku dag..dig..dug seperti senam jantung. Tanganku beserta tangan jesica saling berpegangan. Berharap laporan ini lolos dan tidak ada revisi.
Cukup membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk bu vera mengoreksi laporan kami, karena beliau adalah dosen yang sangat teliti, kata demi kata. Akhirnya setelah beliau membaca hingga halaman terakhir, beliau memutuskan bahwa laporan magangku di PT Gemilang Sejahtera lolos tanpa revisi.
Seperti halnya naik rol coster spot jantung yang tadinya berdegub kencang, mendengar hasil dari bu vera, kini prasaan lega yang kurasakan. Tidak sia-sia pengorbananku lembur sampai tengah malam bersama jesica.
"Selamat ! sekarang kalian bisa ambil tugas akhir yaitu pengerjaan skripsi !"tegas bu vera
Kami tersenyum bangga,akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba, pengerjaan skripsi. Tahap akhir dari seorang yang menempuh study strata satu. Tahap yang banyak di takuti mahasiswa karena di tugas ini, para mahasiswa harus mengerjakan sendiri mandiri. Karena judul antara mahasiswa satu dengan yang lain akan berbeda.
Pada tahap ini, mahasiswa yang rajin akan selesai lulus lebih awal daripada mahasiswa yang suka mengolor waktu pengerjaannya.
Untuk memulai pengerjaan skripsi, aku dan jesica diarahkan untuk mengambilan blanko yang nantinya akan di tuliskan judul skripsi yang akan kami kerjakan. Kami mengambil blangko secarik kertas tersebut di kesiswaan dan menuliskan judul yang nantinya akan di setujui oleh dosen pembimbing.
Karena aku sudah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari, aku dengan yakinnya mengajukan judul skripsi "Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia". Judul ini sudah aku siapkan sejak ku mulai magang. Dengan penuh keyakinan dan percaya diri, aku mengajukan judul tersebut ke bu vera untuk di setujui dosen pembimbing.
"Jika sudah ada konfirmasi dari dosen pembimbing, nanti akan di hubungi ya." Jelas bu Vera padaku dan jesica.
" Baik bu." jawsb kompak bersamaan.
Lebih dari sehari rasanya otakku seperti dikerjar maling, rasanya aku ingin pulang dan beistirahat dirumah saja. Sebelum itu, aku harus mengantar jesica pulang kerumahnya.
"Yuk jes, aku antar kamu pulang ia."
"Ah aku gak mau pulang kak ! Aku pengen main kerumahmu aja. Dirumah sepi !"
Melihat jesica memelas, kasihan dia sellalu kesepian, " yaudah ayok, kita kerumahku saja."
Sesampainya dirumah, dari depan gerbang aku mencium bau masakan dengan rempah-rempah yang sangat wangi. "Huuumm wangi sekali. Bau apa ya ini ?"
Aku berjalan mengikuti bau sedap tersebut hingga sampai di dapur. Ternyata kudapati ayahku sedang memasak nasi liwet khas dari kota kelahiranku. "Masyallah enak sekali, ini ayah yang masak semuanya ?" Tanyaku sambil mencicipi sedikit dari masakan ayah.
"Iya, tapi ayah ditemani oleh Frans tadi."
Aku melongo. "Ha ? Mas frans temani ayah masak ?" Aku kaget jika Frans mau menemani ayahku terjun kedapur.
"Oh ya, didepan ada jesica yah. Dia main ke rumah kita. Kasihan dirumah sendiri dia selalu kesepian."
Ayah berjalan menemui jesica yang duduk di ruang tamu. "Halo jesica." Sapa ayahku
"Halo om, bagaimana keadaanya, sehat ?" Mencium punggung tangan ayahku.
"Alhamdulillah om sehat. Oh ya gimana kabar mamah papahmu ? Apakah mereka sudah pulang dari kuala lumpur ?"
"Belum om. Entah kapan mereka pulang." Jawab jesica dengan wajah sedih
Segera ku alihkan pembicaraan mereka dengan mengajak jesica makan siang bersama. Agar fikiriannya tidak fokus terpikir orang tuanya yang tak kunjung pulang.
"Oh ya, gimana kalau kita makan siang bareng. Ayah tadi udah masak nasi liwet khas kotaku loh jes. Kamu harus coba ! Pasti enak !" Akupun menarik tangan jesica ke ruang makan.
"Ayuk ayah juga makan !. Kita makan sama-sama." Aku juga menarik tangan ayahku menuju ke ruang makan
Kami makan bersama dengan menu nasi liwet, sambal terasi beserra lauk pauknya. "Hmm ini enak sekali loh vir. Siapa yang masak ?" Tanya jesica.
Mataku tertuju pada ayah. "Tuh."
"Oh om yang masak ini semua." Jesica terkagum merasakan masakan ayahku yang memang tidak kalah dengan chef.
Ayahku pun tersenyum. "Iya jes, om yang masak. Kamu suka ?"
Dengan lahapnya jesica melahap nasi liwet menggunakan tangan. "hmm enak sekali. Aku belum pernah makan nasi seenak ini. Kekeluargaan ini yang aku impikan." Jesica tersenyum bahagia.
"Hati-hati jes makannya !" Ingatku pada jesica yang makan seperti orang kelaparan.
Dia pun tersenyum mringis. "Hehe, maaf-maaf habisnya, enak sekali. Oh ya om, tadi aku denger ada nama Frans kesin. Maksud om adalah Frans bos di perusahaan tempatku dan vira magang ?" Meneguk air putih di sampingnya.
"Iya, Frans bos perusahaan tempat kalian magang." Terang pak Hartawan
"Emang sering ya, dia main kesini ?"
"Iya lumayan sih. Ada apa jesica."
Jesica terdiam, mimik wajahnya seperti banyak pertanyaan. "Em,,em gapapa om."
"Vira, boleh kah nanti setelah makan kita ngobrol berdua ?"
Perasaannya sudah tidak enak, Sebenarnya vira tau apa yang akan dibahas oleh jesica, lagi-lagi ia pasti akan bertanya soal Frans.
"Ok jes, dihabiskan makannya dulu !"
Vira harus menyiapkan jawaban yang pas untuk pertanyaan jesica. Dan ia harus tenang saat menjawab seolah tidak terjadi apapun.