Chereads / Sekretaris Pipi / Chapter 19 - Pengganggu

Chapter 19 - Pengganggu

Malam sudah semakin larut. Saking asiknya dua sejoli dilanda asmara ini sampai lupa akan jam malam.

Tlilit…tlilit hp vira berdering menandakan ada telepon masuk. Ternyata Ayahnya yang menelpon vira.

"Halo assalamualaikum ayah."

"Waalaikumsalam nak, kamu dimana, sudah malam kok belum pulang ? Masih sama Frans kan ?"

"Iya maaf ayah, vira masih sama mas Frans dan sebentar lagi kita pulang kok." nada memelas.

Aku segera menutup teleponku dan meminta Frans untuk segera mengantarku pulang. "Ayo mas, ditunggu ayah sudah malam."

"Yasudah, ayo kita pulang."

Terkadang seorang anak jika beranjak ke umur remaja hingga dewasa, mereka sudah tidak mau waktu bermainnya diatur oleh orang tua. Merek ingin bebas, dengan jam malamnya, tidak ada larangan dari pihak orang tua.

Sang ayah akan lebih protektif kepada anak gadisnya,karena semakin bertambahnya umur hal-hal yang tidak diinginkan takut akan terjadi kepad anak mereka. Apalagi seorang wanita yang belum menikah, maka masih menjadi tanggungjawan orang tua terutama seorang ayah. Wajar jika sang ayah protektif, itu semua dilakukan demi kebaikan sang anak perempuannya. Dan orang tua akan selalu anaknya masih kecil, seberapapun umur mereka.

"Mbak, minta bill.."teriak Frans melambaikan tangannya kepada pelayan.

"Ini mas, total semuanya." Pelayan itu memperlihatkan seluruh total biaya cafe yang di booking Frans. 

Frans langsung membayarnya dan kami bergegas pergi meninggalkan cafe tersebut. Aku dan Frans berjalanan beriringan keluar dari cafe dengan bergandengan. Kebetulan, mobil Frans parkir di pinggir jalan raya. Saat kami akan masuk ke mobil tiba-tiba aku mendengar suara wanita memanggilku. Suara itu tidaklah asing ditelingaku.

"Sepertinya ada yang memanggilku mas. Siapa ya ?" Tanya vira clingukan di sekitar

"Iya saya juga mendengarnya. Tapi siapa ya?" Frans pun ikut clingukan 

"Hey, vira. Aku disini." Seorang wanita melambai-lambaikan tangannya disebrang jalan cafe. Ternyata jesica yang kebetulan pada saat itu sedang membeli makanan dipinggir jalan.

Jesica langsung menghampirku dan Frans. "Hey jes, ngapain kamu disini ?. Sama siapa ?" .Tanyaku

"Tuh, aku lagi mengantri pesan martabak manis. Dan aku sendiri tadi. Habisnya aku bosen dirumah. Mamah papah juga sedang sibuk dengan kerjanya." Terang jesica dengan wajah memelas.

"Kasihan kamu jes, selalu kesepian." Kataku dalam hati.

"Kalian disini ?." Tanya jesica padaku dan Frans.

"Iya kami hanya sekedar ngopi saja." Terang Frans dengan santai.

"Oh begitu, o ya pak Frans, ngomong-ngomong terimakasih banyak atas transferan bonusnya ya." Jesica melempar senyum manis pada Frans.

" Oh iya sama-sama. Saya juga berterimakasih atas bantuan kamu saya mendapat proyek yang besar."

jesica tersenyum bangga. "Sama-sama, pak."

"Yasudah jes, aku pulang dulu sudah dicari ayah. Kamu sendiri gapapa kan ya ?." 

"Ok Gak masalah vir, sudah terbiasa.salam untuk om hartawan ya!"

"Iya, oke nanti disalamkan."

Aku dan Frans segera masuk ke mobil dan pergi dari cafe itu. 

"Ih, ngapain sih mereka berduaan disini. Ini juga kan sepi cafenya. Atau jangan-jangan mereka beneran dekat ! Oh Tidak mungkin !" Ujar jesica ngedumel melihat Frans dengan vira.

Vira diantar pulang oleh Frans dengan selamat. Sesampainya dirumah ternyata sang ayah sudah menunggu di depan gerbang saking khawatirnya dengan sang putri. "Selamat malam om, maaf saya terlambat mengantar vira pulang." 

Pak Hartawan sudah memasang wajah garangnya. "Lain kali jangan sampai terlambat atau saya tidak izinkan kamu bertemu dengan vira !" Tegas Hartawan kepada frans.

"Baik om, maaf sekali lagi. Kalau begitu saya pamit pulang dulu. Vira saya pulang dulu. Sampai besok di kantor . Assalamualaikum." 

Frans selalu santun kepada oramg tua. Terlihat dari etika dia berbicara dan bertingkah dengan orang tua. Frans bisa menempatkan diri ketika beretika dengan orang yang lebih muda darinya atau lebih tua darinya. Inilah salah satu sifat Frans yang aku sukai. Selain memperlakukanku dengan baik.

Mobil frans melaju meninggalkan rumahku. " Ayah, jangan galak-galak dong sama mas Frans !" Kataku pada ayah tidak tega melihat Frans dimarahi oleh ayahku.

"Ayah tidak gakal nak, hanya tegas saja. Ayah tidak mau ada yanh tidak diinginkan dengan putri ayah ini. Ayah kan sayang vira. Vira harta berharga buay ayah." Ayah memeluku dengan erat.

"Iya ayah, vira tau, maafin vira ya udah bikin ayah cemas." 

"Iya sayang, yaudah sekarang kamu mandi, beberes dan istirahat. Oh ya, tadi Dimas menitipkan ini untuk kamu. " Diberikanlah kotak kecil kepadaku

"Apa ini yah ?" Tanyaku penasaran 

" Entahlah nak, ayah juga tidak tau. Ayah hanya dititipi saja."

" Terimakasih ya yah, kalau begitu vira masuk dulu." 

Akupum masuk ke kamar, melempar tas ke tempat tidur, " apa sih ini ?" Aku lalu membuka kotak kecil biru berhiaskan pita merah muda. Aku buka perlahan dan ternyata isi didalamnya adalah kerudung atau jilbab berwarna hijau pastel. "Ini kan jilbab yang aku suka waktu aku iseng buka salah satu aplikasi marketplace terkenal yang banyak penggunanya. Marketplace itu sering mengadakan promo dan Gratis ongkir. Maka dari itu, aku ingin membeli jilbab ini.

"Tapi, pak dimas tau dari mana ya aku ingin jilbab ini." Karena aku penasaran, aku mencoba menghubungi pak Dimas sekalian berterimakasih kepadanya.

"Hallo selamat malam pak dimas."

"Selamat malam vir, ada apa ?" Tanya seorang lelaki dari sebrang sana

"Kenapa bapak beri saya kado, padahal kan saya tidak sesang ulangtahun pak."

"Meskipun kamu tidak sedang berulang tahun, tap, Tidak masalah vira. Kamu suka kan dengan pemberian saya ?"

" Terimakasih pak, alhamdulillah saya suka. Kok bapak tau jilbab yang saya pengen beli." 

" Iya, karena saya sempat melihatmu main aplikasi marketplace dan melihat jilbab tersebut. Yaudah saya berinisiatif untuk membelikan itu buat kamu." Jelas Dimas kepadaku.

"sekali lagi terimakasih ya pak."

"Iya sama-sama. Oh ya montor kamu baru besok jadi dan diantar langsung ke kantor. Gimana kalau berangkat kantor saya yang jemput kamu." Dimas menawarkan jemputan.

Tidak mungkin aku meng iyakan ajakan Dimas. Aku sadar akan diriku sudah ada hubungan dengan Frans. Aku harus menjaga perasaannya. Bagaimana jika Frans tau, dia akan kecewa denganku.

"Maaf pak, saya tidak bisa. Saya ada janji dengan pak Frans." Jawabku menolak tawannya dengan halus.

Dimas langsung mematikan teleponnya tanpa pamit terlebih dahulu. Aku tau jika Dimas marah sebab aku menolak ajakannya. Namun sikap dimas yang ngambekan berbeda dengan Frans meskipun marah, ia masih salam untuk menutu teleponnya. 

Hari awal masuk magang kembali setelah beberapa hari izin untuk menjaga ayah, hari awal masuk magang sangat melelahkan. Menguras emosi dan Fikiran menghadapi dua orang lelaki.

Aku tidak menyangka perjalanan magangku akan seperti ini. Awalnya aku hanya ingin mencari pengalaman dan nilai untuk menyelesaikan perkuliahannku. Tapi entah tuhan berencana apa dalam hidupku. Aku hanya menjalankan saja ketentuanNya. 

Sebentar lagi magang di PT Gemilang Sejahtera akan selesai. Pasti aku akan merindukan  suasana kantor dengan tawa canda dan kekonyolan para karyawan yang aku kenal sudah sangat baik kepadaku.

Yang pasti hari ini aku sangat bahagia. Mudah-mudahan hati yang lama terkunci bisa bangkit kembali dari masalaluku yang kelam. Semoga rencanaTuhan indah buatku.

"Huuft mandi dengan aroma terapi segar nih." 

Ketika aku akan mandi, tiba-tiba ada telepon masuk dari Jesica.

"Hai kaka vira sayang, lagi ngapain nih ?"

" Baru mau mandi nih jes, ada apa malam-malam telepon, Tumben."

"Gak ada, hanya sepi aja pengen ngobrol."

Entahlah Jesica sahabatku padahal hdupnya sangat berkecukupan secara materi. Apapun yang ia minta selalu terpenuhi. Tapi secara batin ia selalu kesepian. Tidak ada teman ngobrol bercengkama saat dirumah. Padahal rumah adalah tempat berpulang selepas beraktivitas diluar rumah, dan keluarga tempat berkeluh kesah membagi suka duka bercerita tentang apapun hal yang terjadi diluar rumah yang ditemui.

Keluarga bahagia bukanlah keluarga yang sempurna, keluarga bahagia ialah keluarga yang selalu bersama,berbagi cerita diantara mereka.

Aku selalu sedih saat jesica mengatakan dirinya kesepian, aku tau, ia membutuhkan teman untuk hanya sekedar ngobrol. Sedangkan orang tuanya sibuk dengan bisnis mereka. Namun apa yang bisa aku lakukan sebagai sahabatnya, cuman hanya memberi pengertian kepadanya untuk selalu sabar dan berfikir positif. Selain orangtuaku da orang tua jesica bersahabat,jesica sudah ku anggap sebagai keluarga seperti adikku sendiri.

"Yaudah ngobrol sama aku aja, aku temeni sampai kamu ngantuk deh." Kataku mencoba menghibur jesica yang kesepian.

Awalnya aku dan jesica asik ngobrol membahas tentang magang kita tidak akan lama lagi selesai. Artinya kita sampai dipuncak semseter perkuliahan yaitu semester 8. Dimana pada semester ini saatnya untuk mengerjakan tugas akhir. Tugas akhir untuk mendapatkan gelar strata satu adalah mengerjakan tugas penelitian skripsi.

Jesica memang wanita yang cerdas, tidak heran jika ia selalu mendapatkan nilai A setiap mata kuliahnya. Ia bercerita kepadaku bahwa setelah lulus ia berkeinginan meneruskan studinya ke jenjang strata dua di Luar negeri.

Aku merasa sedih ketika mendengar bahwa ia akan meneruskan Study nya di luar negeri. Artinya aku dengan jesica akan bersahabat jarak jauh Seperti sepasang kekasih yang terpisahkan jarak .LDR atau long distance relationsip. Sempat aku terharu menitihkan air mata jika harus berpisah dengan jesica. Karena selama kurang lebih hampir 4tahun kita selalu bersama.

Ditengah keharuanku tentang persahabatan yang tidak lama lagi menjalankan LDR, tiba-tiba jesica mengintrogasiku dengan pertanyaan tentang Frans.

"Oh ya kak vir, ngapain tadi ke cafe sama pak Frans ? Tumben banget malam-malam lo boleh keluar sama om hartawan. Dan pak Frans tadi setelah meeting selesai buru-buru banget gitu ngajak check out ngajak balik ke jakarta. Padahal kota masih sehari disini. Ada apa ya ? Atau mungkin dia ada masalah ?. Tanya Jesica yang selalu ingin tahu tentangku dan Frans.

"Tolong jawab jujur kak ! Gue kan bestie lo !" paksa jesica.