Chereads / I DON'T BELIEVE MY DESTINY 1 / Chapter 14 - Pertemuan pertama

Chapter 14 - Pertemuan pertama

Hari ke Lima

" Kenapa jika berbicara, kau harus menatap wajah orang tersebut dan menatap mata nya, pekerjaan ini memerlukan perhatian dan ramah tamah"

" Aku tidak bisa menatap mata orang lain, aku bisa beramah tamah"

" Kenapa? Apa muka ku begitu jelek"

" Bukan.., karena saat aku menatap mata orang lain dan menyentuh mereka, aku bisa membaca masa depan, masa lalu dan membaca pikiran mereka"

" Hehehehe.. kalau begitu kenapa susah-susah mencari kerja.. sana buka tempat ramal saja" Meremehkan Gress

" Bapak tidak percaya? Selain menatap dan menyentuh, apa pun aku bisa..."

" Siapa yang akan percaya"

Gress menatap orang di depan nya sekilas dan langsung menunduk " Bapak akan bertemu selingkuhan mu kan"

" Ya... apa maksud perkataan mu, pergi sana"

Hari ke enam

Gress sudah tidak terlalu bersemangat, karena selalu gagal dalam wawancara, entah apa yang salah dengan diri nya, sebenar nya ada keinginan nya untuk mengunakan keahlian nya untuk mencari uang, tapi ia sudah berjanji pada diri nya sendiri jika ia tidak akan mengunakan nya untuk mencari uang, dan ia juga sudah berjanji kepada keluarga nya, apakah benar jika ramalan pertama nya adalah jalan hidup nya? Ia benar-benar tidak percaya dengan hal ini.

" Apa kau tidak apa-apa? Apa kau sakit? Apa wawancara nya kita tunda saja?" Tanya seorang gadis muda yang sangat cantik

" Ah.. tidak.. aku tidak apa-apa" Apa yang ku pikirkan, aku sedang wawancara, dan aku tidak mau berpikir tentang takdir ku, aku hanya akan berusaha sebisa ku

"Sebenarnya.. dengan nilai setinggi ini, kenapa kau tidak mencoba masuk ke universitas saja? Sangat di sayang kan jika kau hanya menjadi pembuat kopi di sini"

" Aku akan kuliah di tahun depan, dan aku memerlukan pekerjaan untuk melanjutkan nya"

Tersenyum.. " Tapi maafkan aku Gress, Kami tidak bisa menerima orang yang berkuliah sambil bekerja"

" Baiklah, terimakasih"

" Sebentar, kau akan masuk universitas apa dan jurusan apa? Mungkin aku akan menyisikan tempat untuk mu nanti"

"Tidak perlu, karena aku akan mengambil jurusan kedokteran, terimakasih atas perhatian nya" Menundukan kepala dan pergi

Dari sepuluh pekerjaan hanya enam saja yang memanggilku, dan itu pun semua nya menolak ku , menatap langit yang sangat menyilaukan pada hari itu, untuk mencari kerja saja sangat susah, jika aku tidak tinggal di rumah Verlita, mungkin sekarang aku sudah menjadi gelandangan yang kelaparan, betulkan ternyata aku tidak sesial itu pun hahaha.. seperti kata ku sebelum nya, aku dan Verlita akan menunjukan diri kepada dunia, sehingga kami pun akan terlihat di mata mereka. Semangat.. semangat!!! Hari yang cerah tidak boleh di sia-sia kan. Aku akan mencari pekerjaan lagi

TUKK

Langkah Gress terhenti, ia mengerakan kaki nya lagi dan tetap terhenti di tempat , dan mata nya menatap kebawah dan mendapati kalau hak nya tersangkut di lubang gorong-gorong. Hah..., ia menghembus napas nya, melepaskan sepatu hak nya dan berjongkok, berusaha menarik sepatu hak satu-satu nya itu, ia terus menarik nya namun tidak bergeming, orang di sekeliling nya hanya melewati nya sambil tertawa kecil.

" Ya.. jangan main-main dengan ku sepatu. Ayolah.." Hari cukup terik, membuat Gres harus berpanas-panasan dan berkeringat lebih karena menarik sepatu nya

Trekk

" Ah...., akhir nya lepas" Senyum nya melebar karena sudah bisa meninggalkan tempat itu , ia menatap sepatu nya dan menemukan hal yang agak aneh dari sepatu nya seperti biasa, " Apa ini? Kenapa hak nya patah.. akh... bagaimana aku pulang?" Menatap sepatu sebelah nya yang masih utuh, teringat seperti di film-film, ia membuka sepatu sebelah nya dan mengetuk- ngetukan hak nya untuk dipatahkan. Ia menepi di bawah pohon sambil mendinginkan diri, ia mengetuk-ngetuk kuat sepatu nya di lantai namun tidak berhasil juga, dia mencoba kembali dengan mengetuk nya di dinding dengan sekuat tenaga, ok sekali lagi. Dan akhir nya hak itu terlepas dari sepatu nya dan terbang karena benturan

" AUWWW" Terdengar suara rintihan seseorang

Gress langsung berbalik arah dan menatap orang yang merintih, menatap kepala nya yang memerah dan mata nya langsung tertujuh kepada lantai, tersangka utama nya tergeletak di lantai tak berdaya, hak sepatu nya yang mencinderai pria yang merintih tersebut. Gress langsung menutup mulut nya yang mengaga dengan kedua tangan nya. Ia berjalan dengan sangat pelan,ingin melarikan diri dari semua tuduhan

" Hei.. kau yang di sana. Tunggu "

Gress langsung berhenti " Maaf, aku benar-benar tidak sengaja, aku minta maaf, tapi aku tidak punya uang untuk membawa mu kerumah sakit.. maaf " Mendekati pria tersebut, dan menundukan kepala nya berkali-kali untuk meminta maaf

" Aku tidak meminta uang mu, setidak nya kau harus bertanggung jawab atas perbuatan mu. Apa yang sebenar nya kau lakukan?"

" Maaf.." Mengeluarkan sapu tangan dan membasahi nya dengan air dingin yang ia bawa di botol minuman nya dan langsung menempelkan di kepala pria tersebut, ia mengeserkan topi dari jaket pria tersebut, yang mengunakan baju putih berlengan panjang dan menutupi wajah nya dengan masker, menutupi kepala nya dari sengat matahari dengan topi dari hoddie nya.

Pria itu menatap Gress yang penuh dengan keringat, muka nya memerah karena panas matahari , rambut nya lepek di bagian depan wajah nya, rambut panjang nya berkibar saat hembusan angin melewati nya, diam-diam pria itu memperhatikan Gress dari dekat,tepat disisi sebelah wajah nya

" Sudah.., maaf sekali. Ini alamat ku , jika ada gegar otak atau apapun, kau bisa menghubungi ku, aku akan bertanggung jawab" Gres menyerahkan kertas yang ia tulis, dan tidak menatap pria itu sama sekali, ia bahkan tidak menatap wajah pria itu sama sekali, dan berusaha tidak menyentuh tubuh lelaki itu

" Baiklah, lain kali hati-hati" Pria itu mengambil alamat Gres dan langsung pergi, seperti nya pria itu memaafkan nya karena masih bertanggung jawab, atau karena kasian karena melihat nya yang berkeringatan

Gress membuka pintu kamar dengan tampang sangat lelah, muka yang kusam , dengan menenteng sepatu di tangan nya dan di sebelah nya lagi menenteng tas kumel nya, helaan nafas nya terdengar keras, merasa lega telah sampai di rumah

" Kau kenapa? Apa yang terjadi dengan sepatu mu? " Mata nya menatap kearah sepatu yang tak berbentuk itu, dan mata nya langsung menatap ke atas tubuh Gress dan menatap ke bawah, berulang-ulang kali

" Jangan tanyakan hal itu pada ku, kau pasti akan tau jawaban ku, hari ini banyak hal yang terjadi" Mata nya menatap kea rah Verlita yang sedang duduk di ranjang, mengunakan kaca mata sambil menatap balik diri nya, tangan nya memegang buku novel dan mulut nya tergantung cemilan yang tidak sempat ia habiskan saat menanyakan hal itu pada nya " Bisa sampai kerumah saja sudah sangat bersyukur, aku mandi dulu" Sambil mencium ketek nya yang telah basah karena keringat

" Owh.. ku dengar kau bertemu dengan lelaki" Teriak Verlita kepada Gress yang ada di kamar mandi

" Hm... pendengaran mu sangat bagus ya.., sampai hanya kau saja yang mendengar nya"

" Hm.. ya apa boleh buat, seperti kata pepatah, bahkan dinding pun memiliki kuping" Lanjut baca " Kau mau coba di ramal? Ku dengar peramal ini ampuh sekali membuat nasib yang buruk menjadi baik"

" Apa kau mengigau? Atau bercanda? Kau sepertinya lupa kalau aku ini siapa? Aku ini peramal dan keluarga ku juga seorang peramal hebat.."

"Tapi keluarga mu tidak bisa menangkal nasib buruk, ku dengar ini bisa, atau kau bisa mengikuti seperti kata buku ini" Menunjuk kearah buku yang ia baca " Kiat-kiat melawan kesialan , yang pertama.. berjalan lah mundur.. selama 3 hari, dan ucapkan mantra nya"

"Jangan bercanda.. jalan dengan lurus saja masih bisa nyangkut di cela-cela, sana tidur"

****************************************************************

" Dicari pekerja part time untuk menjadi pelayan" Gres menatap selembaran yang tertempel pada dinding kaca sebuah café yang menjual cemilan-cemilan manis dan beberapa makanan berat, tanpa ragu ia langsung membuka pintu itu dan memberi hormat kepada seorang wanita setengah baya yang sedang duduk di kursi kantor yang terlihat lebih mewah di banding kan dengan kursi yang lain, itu lah membuat Gress mengambil kesimpulan jika wanita berambut ikal, gemuk khas ibu-ibu, dengan perhiasan yang mahal memenuhi tangan nya itu sebagai pemilik tempat ini

" Permisi bu, saya baca di depan kalau ibu mau mencari seorang pelayan? Saya mau melamar untuk posisi itu." Senyum lebar " Aku punya semangat yang hebat dan aku juga dapat mengerjakan apapun, angkat-angkat tidak masalah, aku punya otot dan tulang yang bagus" Menarik lengan baju nya dan menunjukan lengan atas nya yang hanya tulang itu

" Hmm...." Wanita itu menatap Gres dari bawah sampai atas, melihat kecantikan nya " Jangan panggil aku ibu, aku tidak setua itu, panggil aku kakak, kau yakin dapat berkerja di sini? " Berdiri dan memegang pundak Gress, memegang pergelangan nya dan memutari nya " Hmm ... kalau kau serius, kau boleh kerja di sini. Kau bisa mengantar semua pesanan"

" Benarkah? Terimakasih kak. Aku akan bekerja keras di sini" Membungkukan badan

" Ya.. ya.., kau boleh kerja dari hari ini" Sibuk membersihkan kuku nya

" Baiklah" Gress langsung mengambil buku tamu dan memberikan nya ketamu, tanpa harus bersusah-susah, Gress langsung dapat menyerap ilmu saat ia dan si pemilik bersentuhan, dan ia juga dapat membaca jika si pemilik sebenar nya tidak terlalu suka dengan diri nya.

Cengling cengkling

Suara bel pintu , saat tamu membuka pintu, secara otomatis bel di belakang pintu langsung berbunyi , menandakan ada nya pengunjung, Gres langsung berjalan kearah tamu dan mengikuti nya dari belakang hingga tamu tersebut memilih tempat duduk yang ia anggap nyaman

" Selamat datang, ini menu kami, silahkan di order" Kata Gress, berdiri di samping depan tamu seorang lelaki, sambil memegang buku order dan pena, Gress menunggu dengan tenang dan senyum, ia hanya menatap lelaki itu sekilas, seperti biasa ia menghindari kontak mata ataupun kotak fisik

" Baiklah" Jawab lelaki tersebut kepada Gress, ia membuka menu , tiba-tiba menatap kembali kepada Gress ,terlihat kaget, Gress merasakan gerakan kepala lelaki itu kearah nya, namun ia tetap tidak menatap lelaki itu, lelaki itu tersenyum " Ternyata kau bekerja di sini.."

" Maaf, tadi apa yang anda katakan?"

" Hm.. aku pesan segelas susu hangat dan nasi campur saja"

" Baiklah" Gress berjalan ke arah dapur, namun ia berbalik menatap lelaki itu dari jauh, ada perasaan familiar dalam diri nya, ia memiringkan kepala nya. Ah.., sudah lah lupakan saja,mungkin aku pernah berpapasan dengan nya

"Hallo.. kami mau mengorder pesanan" Seseorang mengangkat tangan nya sambil melambai kan tangan nya untuk memanggil pelayan

" Baiklah" Gress langsung berlari kearah segerombolan lelaki yang berada di sana, ia berkerja dengan lebih rajin dari pada pelayan yang lain nya

" Oh.. Gress.. kau bekerja di sini?"

" Teo..,aku baru kerja hari ini saja" Senyum nya merekah " Kebetulan aku lewat dan melihat tempelan di kaca nya"

" Oh.. baguslah,di sini dekat dengan kampus. Kau bisa ke kampus jika pekerjaan mu sudah selesai"

" Hei Teo.., kau punya teman yang cantik tetapi tidak mengenalkan nya kepada kami"

" Ah.. Gres ini teman-teman ku di kampus,mereka bernama Albert, Steve dan Welman , kalian jangan menganggu Gress.. jika kalian menganggu nya, kalian akan berurusan dengan ku.. dia calon mahasiswa kedokteran tahun depan,dia mendapat nilai tertinggi di tes tahun ini"

" Eh.. Kedokteran?"

Lelaki di meja sebelah,yang sebelum nya memesan nasi campur langsung memperhatikan gerombolan ini saat mendengar kata kedokteran, ia langsung tertarik untuk mendengar pembicaraan mereka sambil menatap Gress yang berdiri di meja itu