" Nilai tertinggi? Terus kenapa kau tidak masuk tahun ini?"
" Hm... bisa di bilang ada sedikit hal yang aneh, kertas ku terselip dan tidak di serahkan ke pusat, akhir nya aku harus menunda satu tahun"
" Dengar.. kalian jangan mencari muka dengan nya, level kalian sudah berbeda dengan nya , dia ini terkenal dengan kesialan nya diSMA kami"
" Ehem" Dehaman terdengar dari meja kasir, bos Gress dari tadi memperhatikan mereka yang berbincang-bincang, bukan nya bekerja
" Wow.. bos mu menyeramkan Gres"
" Aku harus pergi dulu , ini hari pertama ku.. kerja, aku tidak mau jadi masalah" Gres berjalan pergi meninggalkan Teo, sekilas Gress menatap lelaki yang duduk tidak jauh dari meja Teo, lelaki yang memesan nasi campur, dirinya merasa lelaki itu tidak asing untuk diri nya. Seharus nya dengan kemampuan mengingat nya, tidak mungkin dia bisa melupakan seseorang, Gres mengangkat kedua bahu nya tidak peduli.
Hilir mudik , keramaian yang berlalu-lalang tiada henti-henti nya terjadi di dalam café itu, membuat Gress semakin sibuk bekerja dan semakin sibuk, gossip begitu cepat menyebar..,membuat café tersebut semakin sesak karena sebagaian orang datang untuk melihat wanita cantik yang bekerja sebagai pelayan di café tersebut, tidak jarang sebagian dari mereka mencari kesempatan memengang tangan Gress atau pun mengajak mengobrol dengan diri nya, begitu takut nya Gress untuk bersentuhan fisik dengan seseorang, membuat ia selalu mengunakan pakaian berlengan panjang dan sarung tangan oven.
Beberapa hari berlalu semenjak ia memulai perjalanan nya sebagai pelayan di café itu, keramaian itu tidak kunjung henti-henti nya, dari meja kasir, wanita betubuh gempal itu terus memperhatikan gerak-gerik Gress , membuat diri nya merasa tidak nyaman, entah apa maksud dari pandangan itu.
Diam-diam wanita bertubuh gempal tersebut merasa tersaingi dengan kecantikan Gress, ia merasa Gress benar-benar mencuri perhatian yang seharus nya ia dapat dari pelanggan, ia mencari kesempatan untuk membuat Gress di keluarkan dari usaha nya, namun selama ini Gress melakukan pekerjaan nya dengan sangat baik.
" Hai... , kau sangat cantik.. mau tidak jadi model di tempat kami?" Tanya seorang pria yang duduk di samping Gress yang sedang meletakan sebuah minuman kepada pria yang berpawakan layak nya repoter sebuah majalah
" Maaf... saya tidak berminat" Jawab Gress dengan senyum lembut dan ingin segera meninggalkan mereka
" Tunggu dulu... , jangan langsung menolak. Setidak nya terima lah kartu nama ini dulu" Pria tersebut mengeluarkan sebuah kartu nama kepada Gress, mata nya menatap ke tangan Gress yang tertutupi oleh sebuah sarung tangan oven tebal, membuat nya tidak bisa mengambil kesempatan untuk menyentuh tangan Gress, namun mata pria ini mulai menelajangi seluruh tubuh Gress
" Baik lah" Gress kemudian berjalan membalikkan badan nya, namun tangan nya tiba-tiba di tarik kembali oleh pria tersebut dan menatap nya sambil tersenyum mesum, tangan nya bergerak menyentuh bokong Gress, dengan reflex ia langsung menampar pria tersebut.
" YA....!!! Jangan sekali-sekali berpikir semua pelayan pantas di perlakukan seperti itu" Maki Gress sambil mengancungkan telunjuk nya tepat di wajah pria tersebut
" Apa-apaan ini..., kau menfitnah ku.. aku sama sekali tidak berbuat apa-apa. Bagaimana si pelayanan Café ini.. kau ingin memeras ku ya.., kau pikir dengan begitu kau akan mendapatkan uang.."
" Hei... aku bisa melaporkan kejadian ini di kepolisian dengan tuduhan tindakan pelecehan seksual" Geram Gress
" Ah...ada apa ini? Ada apa ini" Wanita bertubuh gempal yang di ketahui sebagai bos dari Gress yang di ketahui nama nya Rose itu berjalan kearah mereka dan menghentikan perkelahian mereka berdua yang di tonton oleh sekian mata, sebagian wanita merasa geram dan berempati atas apa yang di lakukan pria tersebut, wajar saja jika mereka berpikir pria tersebut melakukan pelecehan tersebut, karena paras Gress yang memang sangat mempesona
" Bagaimana kau mengajari pelayan mu ini, benar-benar tidak ada sopan santun nya"
" Maaf kan pelayan saya ini tuan, dia masih baru jadi wajar saja jika dia melakukan kesalahan"
" Kakak..., aku tidak melakukan kesalahan sedikit pun, dia yang menyentuh ku" Tuduh Grass
" Memang apa yang dia sentuh dari mu?"
Gress tertunduk malu dan kesal " Bokong ku"
" Hanya bokong?" Tatapan Rose melotot dan heran kearah Gress, namun hal ini bisa di jadikan alasan untuk mengusir Gress dari café nya, namun ia mendadak sadar, Gress merupakan daya pikat nya sebagai pelaris café nya. Ia mulai berpikir hukuman apa yang akan di berikan pada Gress nanti,
" "Hanya" kata mu kak? Itu sudah termasuk pelecehan"
" Jangan terlalu berlebihan" Rose menarik kedua tangan pria tersebut dan meletakan kedua tangan tersebut ke bokong nya sendiri " Tuh.. hanya begini saja"
Semua langsung menatap mereka bertiga, sebagian laki-laki mentertawakan Rose karena perbuatan nya... yang pasti tidak ada yang ingin memegang bokong nya karena terlalu di ekspos itu, dan sebagian merasa geram akan tindakan bos nya tersebut, namun pria tersebut sama sekali tidak menikmati nya.. bahkan merasa jijik memegang bokong wanita paru baya
" Cukup..., perbuatan kalian berdua yang menjijikan itu. Aku melihat nya sendiri kalau laki-laki ini bertindak tidak senonoh. Aku bisa menjadi saksi jika wanita ini ingin melaporkan nya kepada yang berwajib. Jadi apakah kau masih ingin melanjutkan masalah ini? " Mendadak saja Teo bisa bertindak begitu luar biasa, bahkan Gress juga kaget atas apa yang telah di perbuat teman nya itu, Gress tersenyum tipis pada Teo dan membuat diri nya jadi salah tingkah melihat senyuman manis nya
" Cih..., aku tidak akan melupakan hal ini" Pria tersebut berjalan pergi
" Tunggu" Teriak Gress... " Ada hal yang tertinggal" Lanjut Gress, dan pria tersebut menatap Gress..
" Ini..." Gress mengeluarkan sebuah kartu nama kecil yang tadi di berikan oleh pria tersebut, dan merobek nya tepat di depan wajah pria tersebut menjadi kecil-kecil dan melemparkan nya ke udara " Aku menolak tawaran mu, tanpa harus berpikir apapun" Gress berjalan pergi
" Tunggu kau mau kemana? " Kata Rose..yang sedang melipatkan kedua tangan nya
" Iya..." Jawab Gress
" Kau harus menerima hukuman atas keributan yang kau perbuat, mulai sekarang kau bertugas di dapur"
Pekerjaan di dapur adalah pekerjaan yang sangat berat, ia harus membersihkan tumpukan piring yang tidak ada habis-habis nya , hingga café ini benar-benar tutup baru ia dapat menghentikan aktifitas mencuci nya, bahkan harus membersihkan semua kekacauan di dapur. Ia hanya bisa menarik nafas dalam dan menerima semua hukuman tersebut. Setidak nya ia tidak di keluarkan dari café ini, karena ia benar-benar memerlukan uang untuk melanjutkan hidup nya.