Suara rintikan hujan yang merdu semakin terdengar jelas..,membuat alunan melodi yang indah di tengah langit yang mengelap, suara itu semakin beritmit ketika curah tetesan yang jatuh kebumi semakin deras dan semakin berat. Gress menembus guyuran indah itu dengan sebuah payung kecil yang hanya dapat menutupi sebagian tubuh nya, angin kencang meniup rintikan kecil itu , hingga menyentuh ke sebagian tubuh bawah Gress, payung itu tidak dapat melindungi semua tubuh nya, setelah melewati semua rintangan itu, ia berhasil sampai pada tujuan nya, di samping jendela kelas, duduk menunduk agar tidak ketahuan, diam-diam mengintip kedalam, di mana ujian lisan di selenggarakan.
Ruangan kelas itu terasa sangat senyap walaupun sebagian orang berada di dalam sana, duduk dengan raut wajah yang tak tergambarkan, gugup, takut, horror, sebagian berkomat-kamit tanpa suara untuk menghapal kembali materi yang telah di ajarkan, sebgaian lagi duduk terdiam sambil memejamkan mata dan tertunduk, dan tepat di samping dosen tersebut, terdapat lelaki yang berdiri, memandang kesekeliling.
Lelaki yang pernah menatap kearah Gress dengan dalam, dan sangat misterius, namun Gress tidak menyadari keberadaan lelaki tersebut, karena terfokus kepada dosen yang sedang memberikan materi ujian, lelaki tersebut memandang curiga kepada jendela, tepat di bawah nya terdapat Gress yang sedang bersembunyi, beberapa kali lelaki itu mengendus-endus, seperti mencium sesuatu, bukan bau dosen di sebelah nya, atau boneka manekin praktek kedokteran yang berada di depan mereka, tertidur di atas meja praktek.
Bau ini....., aroma ini, bahkan aura ini.. seperti nya aku mengenal nya,tapi di mana? Aku lupa.. , benar-benar memiliki cirri khas.., perlahan lelaki itu mengikuti aroma tersebut, berjalan hingga tepat di depan pintu, ia melangkah kan sebelah kaki nya keluar pintu. Dan di saat bersamaan Gress melihat sepatu laki-laki tersebut.
Gress menahan nafas nya, menutupi mulut nya kuat-kuat agar tidak bersuara, dengan sangat pelan, ia memundurkan kaki kiri nya dalam posisi berjongkok, di ikuti kaki kanan nya, sangat pelan hingga tidak terdengar suara apapun, dalam hati ia sangat berdoa agar tidak ketahuan. Tolong aku Tuhan.. ku mohon tolong aku...
" Devian.... , tolong bantu saya" Terdengar suara dari dalam memangil nama seseorang
Langkah kaki itu berhenti, tepat di depan pintu ruangan kelas, dan perlahan suara langkah kaki itu berjalan menjauh dari Gress, dan Gres langsung menarik nafas panjang sambil memejamkan mata dan mengelengkan kepala , terbebas dari bahaya.
" Di depan kalian terdapat pasien yang mengeluhkan penyakit nya, ia mengatakan belakangan ini aku kurang nafsu makan, di sekitaran perut terasa kembung, dan terkadang aku merasakan sakit di sekitar perut, mudah lelah.., dan setelah makan aku merasakan mual, terkadang pun benar-benar muntah. Apa yang akan kau diagnose Celine?" Tanya dosen yang telah menjadi dokter spesialis syaraf itu kepada seorang siswa yang berdiri di depan nya, wanita itu memandang kearah manekin di depan nya sambil berpikir cukup lama
" Apa sebelum nya anda merasakan sakit di sekitar ulu hati?"
" Ya..." Jawab dosen tersebut
" Aku mendiagnosa nya untuk penyakit Maag"
" Kau serius dengan jawaban mu?"
" Iya.."
" Oke, kau boleh duduk kembali"
" Liver... itu penyakit liver" Tanpa sadar Gress menjawab pertanyaan itu karena geram dengan jawaban dari mahasiswi tersebut, dan lupa jika dia seharus nya bersembunyi dengan baik.
"Gawat..." Bisik nya pada diri sendiri, apa yang aku lakukan? Ia mengerutkan dahi nya sedalam mungkin, mengenggam erat tali selempang tas nya, dengan badan masih setengah berdiri dan berjongkok, ia perlahan berjalan mundur sambil menutupi muka nya, dan mulai berjalan cepat melewati jendela
Dosen dan Devian melihat kea rah suara dan langsung berlari keluar saat melihat seseorang berjalan cepat melewati jendela, mereka berdua berlari keluar ruangan dan mengejar Gress yang baru mulai berlari tidak jauh dari sana.