"Iya Sean mau."
Sean menjawabnya tanpa ragu. Sejak tadi ayahnya menatapnya dengan siratan penuh harap, jadi tidak mungkin ia mengecewakan sang ayah. Bagaimana pun dirinya dan apapun kondisinya ia harus bisa membuat ayahnya senang.
Kedua bola mata Lesmana membulat tak percaya. "Kamu serius, Nak?"
"Iya, Yah."
Pria yang sudah mulai menua itu menerjang Sean dengan pelukannya. Tangan yang mulai berkeriput itu menepuk punggung tegap Sean. Lesmana benar-benar bangga memiliki anak seperti Sean, entah untuk keberapa kalinya ia menyebutkan bahwa dirinya sangat bangga.
Pelukan keduanya pun terlepas. Lesmana menatap Sean dengan senyuman lebarnya. "Sekarang kita makan dulu, sebelum nanti kita pergi mencari ikan."
Sean mengangguk, lalu keduanya pun bangkit dan berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan, minta diisi.