Citra menyikut lengan Wisnu tidak lupa tatapan tajam sebagai pengingatnya. "Kenapa kau begitu aneh sekarang! Apa kau ingin aku memberitahumu sesuatu?" Citra mendekat ke Wisnu dan berbisik di telinga laki-laki itu "Saat ini dia tergila-gila padamu..! kenapa? Apakah kau sudah bosan dengannya?"
Wisnu tidak menjawab tanpa Citra memberitahunya ia sendiri juga sudah tahu. "Di mana kursinya?" Wisnu tidak tertarik dengan pemberitahuan Citra.
"Ck! Kau ini benar-benar pembunuh hati perempuan! Tapi jangan harap aku memberimu kesempatan dengan mudah!"
Wisnu tersenyum menggenggam tangan Citra dan berkata "Karena tidak muda lah aku berjuang. Kau hanya memberiku kesempatan itu saja sudah cukup sisanya biarkan aku yang melakukannya!" tegas Wisnu.
Citra terkejut "Kau.. benar-benar berubah. Apakah setelah kepergianku kau menyesal? Karena itu kau berubah sekarang?"
"Benar! Setelah kepergianmu aku sangat menyesal! Aku baru menyadari siapa yang benar-benar aku cintai dan aku butuh kan selama ini.." Citra terdiam. Awalnya ia ingin menggoda Wisnu saja tapi tidak menyangka kalau laki-laki itu akan berkata jujur.
Citra menghela napas berat "Kenapa kau menggenggam tanganku seperti ini? Apa kau sengaja melakukannya supaya dia cemburu?"
"Anggap saja seperti itu. Ayo duduk! Ini kursi kita.."
Citra benar-benar tercengang, sepertinya ini bukan lah sesuatu yang ia harapkan. Citra berpikir lagi kenapa dia berada di tempat ini, dan kenapa dia setuju pergi bersama Wisnu dan lebih parahnya lagi kenapa dia setuju untuk nonton di bioskop. Citra duduk di kursi dengan tubuh kaku menatap layar yang sedang memulai intro awalnya. Tangan yang sebelumnya di genggam Wisnu kini berbalik ia yang menggenggam tangan Wisnu kuku jarinya tertancap di kulit Wisnu.
"Ssshh.." Wisnu menoleh ke samping. Meskipun lampu bioskop telah padam tapi cahaya dari layar lebar di depan masih membantunya untuk melihat ekspresi wajah Citra. Meskipun tangannya sakit karena kuku Citra menancap di kulitnya ia juga balas menggenggam tangan gadis itu. "Kau takut!"
"Apakah aku lupa bertanya film apa yang akan mereka tonton?" tanya Citra dengan suara pelan "Aku benci film horor! Bisakah kita pergi saja.. Akkh!" citra terkejut ketika mendengar musik yang mengejutkan dari layar matanya terpejam ia tidak ingin melihat adegan yang ada di layar lebar.
Wisnu menatap Citra sejenak lalu menatap sekeliling semua orang serius menatap layar, dengan mata terbuka lebar hanya citra yang menutup matanya dan menggigil. Wisnu semakin tidak tahan dan menarik Citra keluar dari bioskop beruntung tempat duduk mereka berada di bagian luar, hingga tidak akan mengganggu orang lain.
Wisnu menopang Citra menuju salah satu kursi tunggu di bioskop "Kenapa kau sangat ceroboh! Ayo duduklah di sini aku akan membeli minuman untukmu.."
Citra melambaikan tangannya meminta Wisnu untuk segera pergi. Sedangkan dirinya sendiri sedang mengatur napas dan detak jantungnya. Kakinya lemah ini benar-benar mimpi buruk! Citra menghembuskan napas berulang kali wajahnya merengut kesal teringat Manda.
"Apakah dia mengetahui sesuatu? Kenapa dia berkata kalau kakak pertama telah melakukan sesuatu pada ingatanku? Apa maksudnya? Dan tentang ingatan Manda kecelakaan.. apakah terhubung dengannya? Hm..?" citra bersandar berpikir serius.
Wisnu datang dari belakang menempelkan botol minuman dingin di pipi Citra "Akh!"
Wisnu tertawa "Ha ha ha.. maaf! Kau pasti terkejut! Aku melihat kau begitu serius sampai tidak mendengarku memanggilmu.. minumlah.."
Citra melotot dan mengambil botol minuman itu dari tangan Wisnu kasar "Jika aku mati serangan jantung kau harus mati bersamaku!"
"Aku tidak akan menolak!"
"Uhuk..! uhuk..! k-kau! Apa kau salah minum obat hari ini!" teriak Citra marah karena dia hampir tercekik karena tersedak. "Apa kau sudah gila!"
Wisnu tersenyum kalem "Bagaimana lagi, di dunia aku tidak bisa mendapatkan mu mungkin di dunia lain aku bisa mendapatkan mu, bukankah mati bersama mu akan menjadi lebih indah..?"
Citra mengerut kening "Sinting! Sudah selesai bukan! Ayo kembali, aku harus kuliah pagi besok!" Wisnu tidak membantah dan membantu Citra untuk berdiri "Kenapa aku merasa hari ini kau banyak menyentuhku! Apakah kau mengambil kesempatan dalam kesempitan?"
"Ha ha ha.. jika kau berpikir seperti itu aku harus bagaimana membantahnya?" tanya Wisnu balik.
Citra menelan ludah dengan susah payah menatap Wisnu tidak percaya sesaat kemudian ia menggeleng "Ku pikir kau memang salah minum obat!" Citra meninggalkan Wisnu dan berjalan sendirian di depan sesekali melihat kiri kanan.
"Apakah ada yang ingin kau beli?"
"Hah.. tidak! Aku hanya melihat-lihat saja.. sepertinya ini cocok untuk kak Reza.." kata Citra santai melihat sebuah jaket hoodie warna putih. Mendengar nama itu kening Wisnu berkerut tidak senang.
"Bagaimana kau bisa mengenal Reza?" tanya Wisnu datar.
Citra menoleh "Kau kenapa? Tadi auramu seperti matahari terbit cerah dan penuh semangat kenapa sekarang seperti badai topan dengan awan gelap! Kau salah minum obat lagi?" ketus Citra cuek dan kembali memilih jaket.
"Kau tahu kan? Aku mencintaimu.." Citra mengangguk lagi tapi perhatiannya hanya tertuju pada memilih jaket. Wisnu menggeretakkan giginya "Kau tahu kita sedang berjalan berdua kenapa kau menyebut nama orang lain di depanku?"
Citra tertegun "Apa? Apa kau sedang cemburu?" citra berbalik menatap Wisnu letih " Wisnu, kau tahu kenapa aku tidak pernah memanggilmu senior atau kakak. Karena aku ingin melepaskan masa lalu menyakitkan itu dan memulainya lagi. Selain itu aku juga tidak ingin kau membatasiku untuk bicara tentang siapa pun atau melakukan apa pun. Sama sepertimu, kau bebas melakukan apa pun, aku tidak akan mengganggu dan tidak akan peduli."
Wisnu mengerut kening hatinya sakit "Citra.. tentang itu adalah salahku.."
Citra menggeleng "Jika kau ingin memulai yang baru kau hanya perlu melepaskan masa lalu, benar bukan? Jika mereka ingin bersama bukankah mereka harus saling memaafkan dan melepaskan satu sama lain?"
Wisnu terdiam. Citra tersenyum lembut "Aku membiarkan mu untuk mengejarku! Apakah kau bisa menyentuh dan menghidupkan hatiku yang sebelumnya kau bunuh.. semua itu.. tergantung pada dirimu sendiri. Ayo! Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan!" citra pergi ke kasir membawa jaket pilihannya. Wisnu masih tidak bisa menerima karena Citra membeli Reza jaket, dia juga menginginkannya tapi malu untuk meminta pada Citra.
****
"Terima kasih, sampaikan selamat ulang tahun untuk keponakanmu.." citra turun dari mobil dan melenggang masuk ke dalam kos sambil menenteng tas belanjanya. Wisnu menatap gadis itu sejenak dan berteriak.
"Citra!"
Citra pun berbalik "Apa?"
"... Apa kau masih belum bisa membaca pikiranku?"
Citra tersenyum paksa "Bisa.."
"Lalu kenapa kau tidak membaca pikiranku!?"
"Jika aku membaca pikiran mu maka kau akan kehilanganku!" sesaat kemudian citra tersenyum lebar melambai pada Wisnu "Wisnu, selamat berjuang!"
****