Chereads / CEO Tampan VS Gadis Manja / Chapter 4 - Berguru Pada Rian

Chapter 4 - Berguru Pada Rian

"Ngapain lo, Bang?"

Arga menoleh sekilas ke arah Rian yang tengah menatapnya bingung dari ambang pintu.

Adiknya itu pun menghampirinya, dan duduk tak jauh darinya.

"Ini info yang gue dapetin tentang Mika." Arga menunjukan beberapa lembar kertas yang ada di tangannya pada Rian.

Rian merebut kertas-kertas itu, lalu membacanya.

"Wih, apaan nih?" pekik Rian saat membaca kertas-kertas itu.

"Gimana pun juga, kita bakalan nikah. Jadi, gue harus tahu dia itu orang yang kayak gimana."

"Lo sewa orang buat selidikin Mika?" tanya Rian tak percaya.

"Iya. Seenggaknya, kalau gue tahu dia itu gimana, gue nggak secanggung itu lagi sama dia. Kalau gue bisa ngasih apa yang dia suka, mungkin kita bisa jauh lebih akrab."

Rian tertawa nyaring melihat wajah datar abangnya. Bagaimana ia bisa memiliki abang yang begitu kaku?

"Kok lo ketawa?"

"Ya jelas gue ketawa, lah! Nggak gini caranya, Bang! Percuma meski lo kasih apa yang dia suka kalau sikap lo ke dia masih kaku kayak gini."

"Jadi, gue harus apa?"

"Ya lo harus mendekatkan diri ke dia, dong! Gini, ada pepatah yang bilang, cinta itu datang karena terbiasa. Lo kalau mau hadirin cinta itu, ya lo harus membiasakan diri lo sama dia. Ilangin tuh rasa canggung lo sama dia,  lo harus sering ketemu dia, ngobrol, biar tahu dia itu kayak gimana, cari kesamaan di antara kalian, buat dia nyaman. Kalau udah nyaman, udah sayang, pernikahan kalian nggak akan kerasa seperti pernikahan yang dipaksakan. Paham nggak sih gue ngomong beginian, Bang?"

Arga mengangguk pelan, setelahnya ia menghela napas yang begitu panjang.

"Jangan kaku jadi orang! Jangan pernah bersikap, atau berbicara dengan formal ke dia! Dia nggak akan nyaman sama orang kek gitu!" seloroh Rian sambil melemparkan tubuhnya ke kasur.

Seketika ia langsung mengingat bagaimana cara mereka berbicara. Menggunakan bahasa saya, anda, tentu terasa tidak nyaman bagi gadis muda seperti dia.

"Besok kan malam minggu, ajak dia jalan! Nonton, ke mall, atau apa gitu kek!" seru Rian tanpa menoleh ke arah Arga.

Satu-satunya tontonan yang Arga suka adalah bola. Jadi mana mungkin Mika mau diajak menonton bola?

"Ri, biasanya anak muda pergi ke mana sih kalau malam minggu?"

"Kalau gue sih nongkrong aja di kafe sama anak-anak. Kalau nggak gitu, ya nemenin pacar gue belanja."

Mengingat pilihan kafe Mika yang begitu nyentrik tempo hari, Arga langsung bergidik ngeri.

Sepertinya, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah belanja. Mereka bisa makan dan mengobrol setelah itu.

***

Mika mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja. Ia bingung harus menerima ajakan Arga untuk malam mingguan, atau tidak.

Arga sangat kaku, membuat Mika selalu merasa canggung di dekat pria itu.

Gadis itu tidak bisa membayangkan akan secanggung apa malam minggu mereka nanti.

"Kenapa lo, Mi?" tanya Jessi yang baru saja kembali dari toilet.

Mereka sedang menonton drama bersama di rumah Jessi, karena Mika suntuk di rumah sendirian.

"Jess, Mas Arga ngajakin malam mingguan! Gimana dong?"

"Ya udah mau aja! Gimana sih, lo?!"

"Masalahnya, bakal canggung banget pasti! Dia aja kalau ngomong sama aku pakai saya-kamu, ngomong juga kalau ada perlu doang!"

Jessi terkekeh pelan. Ia lalu merangkul pundak Mika dan meminta gadis itu untuk tenang.

"Gue tahu gimana cara buat nanganin pria kaku seperti calon laki lo itu!"

"Gimana?"

"Jadi orang yang cerewet, ngeselin, dan nyusahin! Eh, ini sih lo banget ya! Lo, 'kan cerewet, ngeselin, bin nyusahin, ya udah jadi diri sendiri aja!"

Mika langsung merengut menatap Jessi tajam. Entah gadis itu sedang memberi saran, atau sedang mengolok-oloknya.

"Gini, seumpama lo lagi jalan sama dia, ajak ngobrol aja terus. Paksa dia buat nyeritain masa lalunya, apa yang dia suka, atau nggak suka. Ya pokoknya paksa dia buat ngomong terus deh. Udah gitu, lo bisa nyusahin dia dengan terus minta bantuan ke dia! Misal lo mau minum, buka botol minuman, atau apa gitu kek yang butuh bantuan."

"Gila sih! Itu mah tutorial buat dibenci sama dia! Yang ada dia bakalan ilfeel sama aku tahu nggak!"

"Ya baik dong, mending ilfeel di awal, daripada ilfeel di akhir! Lo bayangin aja, kalau dia ilfeel sama kelakuan lo pas udah nikah, dia pasti akan nyesel udah nikahin lo! Kalau dia ilfeel di awal, lama-lama dia akan biasa, dan gak akan ada masalah lagi nantinya! Paham nggak lo?!"

Mika langsung terdiam. Apa yang dikatakan Jessi memang ada benarnya.

Bagaimanapun juga, mereka akan menikah, jadi lebih baik Arga mengetahui sifat Mika sebelum menikah agar pria itu tidak kaget dan menyesal.

"Banyak mikir, lo! Udah deh, nurut aja apa kata gue! Soal yang beginian, gue lebih paham daripada lo yang udah terlahir jomblo!"

"Malah ngejek lagi! Emangnya kamu waktu lahir udah punya pacar, hah?!" protes Mika.

Jessi langsung tertawa keras.

"Eh Jes, kamu tahu Rian nggak? Kata Mas Arga, adik dia satu sekolahan sama kita!"

"Wait! Rian Kurniawan maksud lo, Mi?" pekik Jessi tak percaya.

"Nggak tahu nama lengkapnya, pokoknya namanya Rian!"

Jessi langsung berlari menuju nakas tempat handphone-nya di charge, dan kembali menghampiri Mika dengan handphone di tangannya.

Secepat kilat, Jessi membuka akun medsos nya dan menunjukkan sebuah photo kepada Mika.

"Dia yang lo maksud?!" Jessi menatap Mika dengan tatapan tajam.

Mika pun langsung mengangguk cepat setelah melihat photo yang Jessi tunjukkan.

"Gila, lo bakal jadi iparnya Rian! Tahu nggak? Dia itu most wanted di sekolahan kita! Dan asal lo tahu, keluarga dia itu tajir mampus! Wah, beruntung banget sih lo bisa kenal mereka!" Jessi menepuk-nepuk gemas lengan Mika.

"Masa sih? Kok aku nggak tahu, ya?"

"Lo kan emang kalau masalah laki, nggak tertarik! Kerjaan lo main mulu sama Dito, heran gue!"

"Karena Dito satu-satunya fanboy yang bisa kuajak ngefangirl!" sahut Mika dengan entengnya.

"Denger-denger, Dito itu baru putus sama pacarnya, kalau lo udah jadi iparnya, please banget jodohin gue sama dia!"

Mika langsung bergidik ngeri melihat mata Jessi yang berbinar-binar.

"Biasanya nih Jes, kalau orang yang tajir mampus seperti mereka, seleranya tinggi!" ledek Mika.

Jessi langsung menggeplak punggung Mika dengan sangat kencang.

"Sakit, weh!"

"Sialan lo! Jangan salah, gue ini high quality!" protes Jessi.

"Kamu salah ngomong? Maksud kamu, low quality, 'kan? Heh, itu nilai akademis kamu aja selalu dibawah tujuh! Nggak punya prestasi apa pun, kerjaannya nyusahin orang, kayak gitu dibilang high quality? Ngakak boleh nggak?!"

"Wah, ngajak ribut lo, Mi!" Jessi langsung mengambil benda apa pun yang ada di dekatnya untuk menimpuk Mika, sementara Mika sendiri langsung sibuk mencari tempat perlindungan.