Mati-matian Mika menahan senyum saat melihat Arga keluar dari ruang ganti.
Dengan baju sepak bola yang pria itu kenakan, Arga terlihat sangat gagah dengan dada bidang, dan otot-otot yang menghiasi tubuhnya.
Mika bahkan sangat yakin, bahwa Arga memiliki enam, atau bahkan delapan kotak di perutnya. Oh, jangan abaikan wajah tampan yang sangat menggoda iman itu.
Wajah oriental Arga yang begitu sempurna, mampu membuat Mika langsung melupakan para oppa yang selama ini ia kagumi.
"Kamu lagi ngelamun?"
Ucapan Arga sukses membuyarkan lamunan Mika tentang enam cokelat yang begitu menggoda.
Lupakan!
"Mas udah selesai?" tanya Mika setelah dengan susah payah menyingkirkan semua pikiran tentang enam cokelat itu.
"Huum, yuk!"
Arga pun mengajak Mika menuju sisi lain gedung olahraga yang ternyata adalah lapangan sepak bola. Serius, rumput-rumput di sana sangat hijau dan terlihat lembut. Apakah tidak apa jika mereka terinjak saat permainan bola dimulai?
"Wih, Argaaa, long time no see, Bro! Lu ke mana aja?" seorang pria blasteran berjalan menghampiri Arga dan Mika.
Mata pria yang terlihat jelas blasteran Arab itu, langsung tertuju pada Mika yang jalan berdampingan dengan Arga.
"Tumben ke sini ngajak perempuan? Siapa nih? Adek lo?" tanya pria itu dengan santainya.
"Calon istri gue!" sahut Arga yang langsung membuat temannya itu menganga tak percaya.
"Lawak lo ya?" sahut pria itu masih dengan tatapan yang sama.
"Kenalin, ini Mika, calon istri gue. Mika, kenali ini Robby." Arga pun memperkenalkan keduanya.
"Halo, Mika!" Mika mengulurkan tangannya, dan mau tak mau, Robby pun menjabat tangan gadis itu.
"Wah, luar biasa lo Ar! Sekalinya bawa perempuan, langsung calon istri dong! Mana sebening ini! Nemu di mana, lo?" seru Robby sambil menepuk keras lengan Arga.
"Berisik, lo!"
Mika hanya tersenyum tipis. Bahkan dengan temannya pun, Arga sangat kaku. Benar-benar kanebo kering.
"Ya udah, yuk main!"
Robby pun berlari meninggalkan keduanya, lalu masuk ke lapangan.
"Kamu tunggu di sana aja," ucap Arga sambil menunjuk deretan bangku di pinggir lapangan.
"Oke."
Arga berlari menyusul Robby, sementara Mika berjalan gontai, dan duduk di tempat yang Arga tunjukan sebelumnya.
Setelah meletakkan tas Arga, dan juga tasnya, Mika menatap jauh ke arah lapangan, di mana Arga dan teman-temannya sedang melakukan pemanasan sebelum permainan dimulai.
Mika menoleh ke kanan dan kiri, benar kata Arga, banyak perempuan dan anak-anak yang menonton. Mungkin mereka adalah kekasih, istri, dan anak dari teman-teman Arga. Dan, satu hal yang ia sadari setelahnya. Ia adalah perempuan paling muda di antara penonton yang hadir di sini.
"Hai, kamu yang tadi ke sini bareng Arga, 'kan?"
Mika langsung menoleh ke arah suara yang tiba-tiba terdengar di belakangnya itu.
Seorang perempuan tersenyum sangat manis ke arah Mika, dan duduk di samping gadis itu.
"Anda siapa?" tanya Mika tanpa basa-basi.
"Aku pacarnya Robby," sahutnya dengan suara yang sangat lembut.
Mika langsung tersenyum tipis. Sebagai sesama perempuan, ia merasa kecil saat berada di samping pacar Robby ini.
Bagaimana bisa seseorang terlihat begitu cantik dan anggun? Sungguh, ia jauh lebih cantik dari para artis yang pernah Mika lihat, bahkan, ia lebih cantik dari idol Korea yang terkenal dengan kecantikan mereka.
"Aku seneng banget lihat Arga akhirnya punya pacar. Dia pria yang sangat baik, tapi selalu sendirian selama ini." gumam perempuan itu sambil menatap ke arah lapangan.
Mika hanya tersenyum tipis. Ia terlalu bingung harus merespon seperti apa. Jadi, biarkan sajalah.
"Kamu beruntung loh, bisa dapetin Arga!" celetuk perempuan itu sambil menoleh ke arah Mika.
"Kenapa gitu?" tanya Mika dengan polosnya.
Perempuan itu langsung tersenyum, dan kembali menatap lapangan.
"Arga itu, orangnya baik, penuh pengertian, nggak macem-macem, pekerja keras lagi! Meskipun kami bukan teman dekat, karena dia itu teman Robby, jadi Robby sering cerita soal Arga ke aku." sahut perempuan itu.
Entah mengapa, Mika seperti menangkap sesuatu yang lain dari ucapan dan raut wajah perempuan yang kini tengah duduk di sampingnya itu.
"Mbak pernah naksir Mas Arga ya?" tanya Mika tanpa tedeng aling-aling.
Mendengar pertanyaan Mika, perempuan itu langsung terkejut bukan main.
Sungguh, betapa blak-blakannya gadis ini. Bahkan jika ia curiga, harusnya ia tidak bertaya dengan berterus terang seperti itu.
"Kamu ini blak-blakan banget, ya? Kaget aku karena kamu nanya kayak gitu!" seru perempuan itu sambil menoleh dan menatap Mika lurus-lurus.
"Sebagai sesama perempuan, aku bisa ngerasain kalau ada yang lain dari ucapan-ucapan Mbak sebelumnya." sahut Mika dengan santainya.
Secantik apa pun perempuan ini, Mika sangat yakin bahwa Arga tidak akan meliriknya. Ia yakin, bahwa Arga bukan tipe orang yang mau melirik pacar temannya. Jadi, ia merasa santai saja menghadapi perempua di sampingnya ini.
"Apa kelihatan jelas, ya?" tanya perempuan itu yang terlihat masih terkejut.
"Iya, karena sedari tadi, yang Mbak lihat di lapangan itu bukan Robby, tapi Mas Arga." sergah Mika dengan santainya.
Perempuan itu terkekeh pelan. Ia lalu kembali menatap lapangan dan tersenyum.
"Dulu, dari jaman kuliah, aku naksir berat sama dia! Dia pinter, ganteng, baik, sayangnya dia nggak pernah sekalipun melirik ke arahku. Tapi itu bukan masalah. Suka sama dia aja udah bikin bahagia, jadi nggak perlu memiliki."
Mika tersenyum lebar. Dalam hati, ia mengagumi perempuan di sebelahnya yang mau berterus terang. Well, menyukai seseorang bukanlah dosa. Jadi, tidak masalah bagi Mika jika perempuan itu masih menyukai Arga, selagi dia tidak mengganggu hubungan Mika dengan Arga nantinya.
"Jujur aja, meski udah pacaran sama Robby, aku masih sering merhatiin Arga. Gimana pun juga, Arga itu cinta pertamaku. Nggak mudah untuk lupain cinta pertama. Tapi, karena sekarang dia udah punya pacar, jadi aku bisa fokus ke Robby aja."
Mika terkekeh pelan. Perempuan ini memang luar biasa!
"Nggak mudah untuk mengakui sesuatu seperti ini. Well, aku hormatin apa pun keputusan Mbak, asal itu nggak mengganggu hubunganku sama Mas Arga!" tegas Mika.
Mika pun mengalihkan pandangannya ke arah lapangan. Tanpa ia sadari, ia tersenyum melihat sosok Arga yang sedang menggiring bola.
"Kamu tenang aja. Aku bukan perempuan seperti itu! Oh iya, kita belum kenalan, kenalin namaku Ayu!"
Mika tersenyum dan menoleh ke arah Ayu.
"Aku Mika." sahut Mika.
Ayu mengangguk pelan, dan tersenyum tipis. Ia memperhatikan Mika dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Mendapat calon menantu secantik ini, kenapa mamanya Arga masih sibuk mengumpulkan perempuan-perempuan untuk dijodohkan dengan anaknya?
Kebetulan sekali, Ayu adalah anak dari salah satu teman sosialita mama Arga. Ia cukup terkejud melihat Arga bersama Mika saat beberapa hari sebelumnya mama Arga menawarinya untuk dijodohkan dengan Arga.
Mungkin saja mama Arga tidak menyukai Mika. Tapi kenapa? Dilihat dari penampilannya, Mika ini anak orang kaya, dia juga sangat cantik.
Apa mungkin karena usianya? Well, dia memang terlihat masih muda.