"Awwwww sakit," pekik Rara terdengar pilu. Sebulan yang lalu ia baru saja oplas memancungkan hidung di Korea Selatan.
Efek tonjokan Irma, hidung Rara meradang dan ngilu. Rara tak berdaya karena hidung oplasnya ngilu dan nyeri. Rara serasa mau mati. Rara takut hidungnya patah dan membuat wajahnya jelek.
"Kau pantas mendapatkannya gundik. Rasa sakit yang kau rasakan belum sesakit yang aku rasakan. Perselingkuhanmu dengan suamiku sangat menyakitiku. Kau hanya simpanan dan wanita murahan beraninya kau datang melabrak dan mengancamku. Jika kau ingin sebar video dan foto syur kalian. TERSERAH! Suamiku laki-laki dalam waktu dekat masyarakat akan melupakannya . Masyarakat akan mengingat foto dan video mesummu seumur hidup. Kau akan dilabeli wanita murahan dan bintang porno." Irma lepas kontrol hingga mengucapkan kata-kata pedas.
Irma terpaksa berbicara kasar karena sikap Rara sangat keterlaluan. Rara mengoyak harga dirinya sebagai istri.
"Apakah hidungmu sakit? Ketahuan sekali cantik karena oplas bukan cantik alami. Tua hanya masalah umur nak. Kau akan mengalaminya nanti. Kau bisa berkata seperti itu karena masih muda. Aku dan kamu tidak bisa disamakan. Walau nasibku bisa dibilang mengenaskan dan menjadi wanita yang tersakiti. Setidaknya aku wanita terhormat. Kau wanita rendahan yang melempar tubuhmu pada suamiku. Kau sama dengan pelacur. Setelah memuaskan suamiku kau mendapatkan bayaran. Jangan bangga bisa berkuasa karena suamiku. Dimata orang kau hanyalah PELACUR. Apa kau bangga sebagai PELACUR? "
"Irma TUTUP MULUTMU!" Gunawan tiba-tiba muncul di ruang tengah dengan menyandang raket tenis. Lelaki baya itu masih kelihatan muda dari usianya. Gunawan baru pulang bermain tenis.
"Bukan mami yang tutup mulut tapi pelacur itu." Irma menunjuk Rara yang meringis kesakitan memegangi hidungnya.
Melihat Gunawan, Rara menangis semakin keras dan pilu hingga Gunawan marah besar pada sang istri. Tamparan mendarat di pipi Irma. Tanpa belas kasihan Gunawan menganiaya sang istri di depan Rara. Irma tergeletak di lantai.
Gunawan merunduk mendekati sang istri,"Beraninya kamu menyakiti Rara," hardik Gunawan kasar tanpa memanggil Irma dengan embel-embel Mami.
"Gundik itu yang kurang ajar. Dia menyerang dan menghina mami," kata Irma mengadukan perangai Rara pada sang suami.
Rara bangkit menahan rasa sakit. Ia tak mau kalah dan membela diri." Itu enggak benar dad. Aku kesini hanya ingin menjemputmu tapi dia menghinaku, menampar dan menonjok hidungku," kata Rara memutar balikan fakta.
Gunawan menatap Irma penuh intimidasi dan wajahnya terlihat gelap. Irma ketakutan melihat tatapan membunuh sang suaminya. Gunawan tidak pernah seperti ini, Rara telah membuat suaminya gelap mata.
"Dia sengaja menonjok hidungku. Aku baru saja melakukan oplas hidung. Aku oplas demi dirimu dad tapi wanita itu iri padaku dan dia ingin merusak wajahku. Dia bahkan ingin memukulku dengan vas bunga," kata Rara mengada - ngada memeluk Gunawan posesif.
Gunawan mengusap punggung Rara memberi ketenangan. Irma berdecih jijik karena Rara memutar balikan fakta. Pandai bersilat lidah.
"Beraninya kamu menyakiti Rara." Gunawan menunjuk Irma. Gunawan tidak suka sikap sang istri.
Irma kehabisan kata-kata karena Gunawan membela selingkuhannya. Irma tak habis pikir apa yang ada di benak suaminya. Irma istrinya dan Rara selingkuhan. Kenapa suaminya lebih membela Rara?
"Papi wanita itu yang kurang ajar. Dia memutar balikan fakta. Dia datang kesini melabrak mami dan mengancam akan menyebarkan foto dan video syur kalian jika mami macam-macam."
Rara menggeleng pilu seolah-olah Irma menfitnahnya. Gunawan meradang dan emosinya meledak - ledak. Lelaki itu kembali menampar Irma hingga bibir Irma berdarah. Irma berusaha menahan tangis karena Gunawan membela selingkuhannya.
Irma berusaha tegar mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Gunawan memukulnya karena Rara. Seketika Irma ingat ucapan Tatjana, anak pertamanya untuk bercerai. Kelakuan bejat Gunawan sudah tak bisa dimaafkan. Ia sering bergonta-ganti wanita. Gunawan berselingkuh dengan para pramugari.
"Kau brengsek Gunawan. Demi pelacur ini kau menamparku. Aku ini istri sahmu dan dia hanya gundik. Kau penjahat kelamin. Lelaki tua yang tidak tahu diri. Kau tidak lihat pelacurmu itu seusia Tatjana. Kau tidak sadar hah." Irma murka melampiaskan kekesalannya pada sang suami. Selama ini Irma tahu perselingkuhan sang suami tapi ia maafkan demi keutuhan rumah tangga mereka.
Sebuah vas bunga mendarat cantik di kepala Irma. Wanita itu pusing, darah mengalir dari pelipisnya. Irma menatap siapa yang telah memukulnya. Ternyata Rara. Irma menatap Rara geram dan dendam. Irma bersumpah akan membalas perbuatan Rara.
"Beraninya kau menghina daddy. Daddy pria baik. Berani sekali kau memakinya," ucap Rara berapi-api membela Gunawan.
Seseorang mendorong Rara hingga jatuh membentur dinding. Seketika Gunawan marah besar melihat 'kesayangannya' jatuh membentur lantai.
"Titania kamu," hardik Gunawan pada si bungsunya.
Gunawan ingin menampar Tita. Bukannya takut Tita malah menantang Gunawan. "Ayo pukul pi. Aku tidak takut." Entah keberanian darimana Tita melawan sang ayah.