Chereads / Cinta sebatas angan / Chapter 25 - bab 24

Chapter 25 - bab 24

Hal terindah itu jika kita selalu bersama-sama dengan orang yang kita sayang, Harta memang penting tapi keluarga jauh lebih penting menurut aku.

***

Bela pun lalu berjalan di sepanjang koridor sekolah menuju ke kelasnya dia saat ini tengah bingung harus bagaimana, apakah dirinya bicara jujur kepada papa nya itu dan memberikan surat itu kepada papa nya? Tapi dia takut kalau semisal papa vino jadi marah sama dia gara-gara tadi dia berantem sama angel, tapi kalau dirinya gak memberikan surat itu kepada papa nya yang ada nanti urusan nya malah makin panjang dan bela pun gak mau kalau itu sampai terjadi.

"Aku kasih surat ini kepada papa tidak ya? Kalau iya aku takut kalau nantinya aku dimarahin sama papa, karena aku berantem disekolah an ya walaupun sebenarnya yang cari gara-gara itu bukan aku duluan tapi tetap aja pasti nanti aku yang disalahin karena menanggapi orang itu harus nya kan gak perku di tanggapi, tapi kalau aku gak jujur sama papa aku takut kalau masalah ini malah tambah melebar alhasil nanti papa malah semakin marah sama aku dan aku pun gak mau kalau itu sampai terjadi," tutur bela bingung, akhirnya dia pun memutuskan untuk duduk disalah satu bangku yang ada didepan ruangan kelas. Setelah itu dia pun sembari memandangi kertas yang diberikan oleh kepala sekolah tadi.

"Kenapa sih aku harus dapat surat ini kan jadi repot, ini semua gara-gara aja nanti saja dia tadi nggak cari gara-gara sama aku pasti tadi aku nggak akan mendapatkan surat panggilan orang tua ini," ujar bela kesal. Namun tiba-tiba ketika dia sedang menunduk kepala untuk berfikir gimana caranya untuk memberitahu papa nya soal ini biar tidak kena marah, papa vino pun muncul dan mendekat kearah bela awal nya bela pun tidak menyadari kedatangan papa nya itu.

"Kamu kenapa sayang kok diam di sini bukannya masuk ke dalam kelas malah duduk di sini?" Tanya papa vino, bela yang masih menundukkan kepalanya sontak terkejut setelah mendengar suara papanya itu, kenapa papa nya itu tiba-tiba datang begitu saja padahal tadi diri nya tengah mencari cara untuk bilang kepada papa nya soal surat panggilan itu.

"Hah papa? Oh aku nggak papa kok aku cuman ingin duduk di sini lagian juga lagi jam kosong, papa kok masih di sini sih enggak pulang?" Ujar bela berbohong. Bela juga sedikit lega pasalnya kondisi koridor tempat ibu sedang sedih jadinya tidak ada yang melihat dirinya tengah dengan anak dari pemilik sekolahan ini kalau sampai ada yang melihat bisa-bisa jadi ricuh semuanya.

"Apa kan tadi udah bilang sama kamu kalau semisal papa ada urusan sebentar sama kepala sekolah dan setelah itu tadi memutuskan untuk keliling melihat situasi sekolah ini dan ketika papa sedang keliling tiba-tiba papa melihat kamu disini makanya papa samperin kamu, oh iya Beneran Kamu enggak lagi berbohong sama papa kan? Oh iya yang kamu pegang itu surat apaan?" tanya papa vino sontak bela pun terkejut dia buru-buru menyembunyikan kertas itu dari papanya.

"Ini bukan kertas apa-apa kok pa! nggak penting juga!" Balas bela dengan raut wajah yang gugup alhasil membuat papa vino menjadi curiga dengan bila kayaknya ada yang sedang ditutupi oleh dia.

"Kalau bukan apa-apa sini coba papa lihat! Papa ingin tau soalnya dan kalaupun gak penting pasti kamu akan menunjukkan kertas itu kepada papa," tegas papa vino cerdas, dia itu seorang pengusaha yang cukup cerdas makanya dia itu nggak bisa ditipu oleh orang begitupun dengan anaknya itu dari gerak-gerik bela aja sudah menunjukkan kalau semisal dia itu sedang berbohong kepada dirinya.

"Ini beneran bukan apa-apa kok jadi papa nggak gak penting juga! ya oh ini tadi cuman kamu juga katanya di situ makanya bela ambil dan bela ingin buang ke tong sampah," jelas bela berusaha untuk menutupi semua itu tapi ternyata dia salah papanya tidak semudah itu untuk di Labui.

"Maka dari itu kalaupun gak penting harusnya kamu tunjukan kepada papa dong, biar nanti papa yang buang aja nggak papa kok, papa cuman ingin lihat itu isinya apa," tutur papa vino.

"Tapi paa,," saru bela yang enggak tahu harus bagaimana lagi kalau udah seperti ini pasti dirinya akan tertangkap basah dengan papanya sepandai-pandainya dia berbohong pasti papanya itu tidak bisa ditipu.

"Udah sayang coba papa lihat kalau itu memang enggak penting harusnya kamu nggak usah sembunyiin itu dari papa tapi sedari tadi papa lihat kamu kelihatannya gelisah dan takut kayak gitu hal itu membuat papa menjadi curiga sama kamu dan kamu tahu sendiri kan papa itu siapa dan seperti apa jadi kamu nggak bisa dengan mudah membohongi papa karena itu hanya akan sia-sia," jelas papa vino. Dan bela pun mau tak mau memberikan surat itu kepada bapaknya dia udah siap dengan resiko yang akan terjadi sekalipun dia harus dimarahi dengan apanya itu. Papa vino pun selalu menerima surat yang diberikan oleh bela dan dia pun membacanya dari atas sampai bawah dan betapa terkejutnya papa vino ternyata itu surat panggilan orang tua untuk besok datang ke sekolahan dan papa vino pun menjadi bertanya-tanya kenapa putrinya itu mendapatkan surat ini apa yang sudah diperbuat putrinya di sekolahan ini? sampai-sampai dia mendapatkan surat seperti ini apa dia udah melakukan kesalahan?.

"Ini kan surat panggilan orang tua untuk datang ke sekolahan? Ini milik kamu?" Tanya papa vino memastikan.

"Iya pak itu tadi diberikan sama kepala sekolahan dan apa diminta untuk datang besok pagi dan menghadap ke kepala sekolah," jelas bela.

"Loh kok bisa kamu mendapatkan surat ini emang apa yang sudah kamu lakukan di sekolahan ini sampai-sampai papa disuruh datang ke sini apa kamu udah melakukan pelanggaran di sekolah ini?" Tanya papa vino kepada bela, papa vino kali ini berusaha untuk sabar dan tidak terpancing emosi karena ini tempat umum kalau dia harus emosi takut kalau semisal murid yang lainnya menjadi terganggu.

"Jadi gini pah awalnya itu kan tadi aku lagi bicara sama teman sebangku aku terus tiba-tiba ada teman aku yang lainnya datang dia marah-marah karena merasa terganggu dengan nada bicara aku padahal banyak murid yang lain di situ yang pada berisik ada juga yang kejar-kejaran dan bermain game sampai terdengar suaranya tapi teman aku yang satu ini hanya mendengar aku Dan teman-temanku kalau dia mendengar aku secara baik-baik masih bisa aku terima tapi tadi dia menegur aku dengan cara yang kasar dia malah memaki-maki aku dan teman aku selain itu dia juga memamerkan harta kekayaannya, sebenarnya aku awalnya cuman diam dan berusaha untuk menahan emosiku tapi lama-lama dia semakin melunjak hasil aku pun berani memberontak tapi dia jadi kesel dan malah menjambak rambut aku dan dia sama-sama saling menjambak rambut dan terjadilah pertengkaran diantara kita, lah itu tadi kita dipanggil oleh kepala sekolah dan diberi surat itu panggilan orang tua dan papa besok diminta untuk datang dan menghadap ke kepala sekolah," jelas bela panjang lebar. Dia berharap setelah mendengar penjelasannya papahnya itu tidak marah pada dia tapi dia juga khawatir soalnya kan papanya itu juga belum tahu kalau semisal selama ini dirinya menyembunyikan identitas aslinya dari teman-temannya kalau tulisan dirinya itu pemilik dari sekolahan ini dia takut kalau papanya tahu itu alhasil papa malah jadi murka kepada dia.

"Loh kok bisa berani-beraninya murid itu bicara seperti itu sama kamu sayang! harusnya kamu bilang aja kalau semisal kamu itu lucu dari pemilik sekolahan ini pasti papa yakin kalau siswa itu bakal tidak semena-mena lagi sama kamu," tegas papa vino.

"Bukan masalah itu pah aku enggak ingin gara-gara aku cucu dari pemilik sekolahan ini terus aku bisa mengendalikan semuanya aku ingin sekolah di sini itu seperti murid-murid biasa yang lainnya bukan karena aku ini mentang-mentang cucu dari pemilik sekolah ini, tuh nggak ada gunanya kan pamer harta dan jabatan karena itu semua cuman titipan Tuhan dan pasti lambat tahu juga akan diambil tapi entah itu kapan karena roda itu berputar yang di atas tak selamanya di atas dan yang dibawa tak selamanya di bawah," balas bela.

"Tapi kan dia udah keterlaluan sama kamu sayang harusnya kamu kasih pelajaran aja sama dia biar dia itu tahu rasa dan tidak semena-mena lagi sama kamu dan teman kamu itu," tutur papa vino.

"Udahlah nggak usah, toh aku juga yakin apa yang kita tanam pasti itulah yang akan kita ketik juga dan karma pun masih berlaku jadi tinggal tunggu tanggal mainnya aja kita nggak usah balas dendam sama dia tuh nggak ada gunanya juga hanya membuang-buang waktu saja," ucap bela.

"Tapi itu menurut papa udah nggak pantas loh! Papa nggak mau Putri ayah ini diinjak dan diperlakukan semena-mena sama orang lain padahal ini kan sama saja sekolah milik kamu," seru papa vino.

"Ya udahlah jangan dibahas lagi lagian aku bilang kan nggak papa mungkin ini sebagai pembelajaran aja kalau nantinya dia masih bersikap semena-mena lagi sama bila nanti bila bakal bilang sama papa deh tapi untuk saat ini biarkan saja ya jangan diperpanjang lagi bilang nggak mau kalau masalah ini jadi malah makin panjang," jelas bela.

"Yaudah untuk saat ini papa maafkan dia tapi kalau lain waktu dia masih menyakiti Putri papa ini papa nggak akan segan-segan kasih pelajaran Buat dia!" Tegas papa vino.

"Nah gitu dong pak ini baru namanya papa aku yang kukenal," seru bela.

"Tapi kamu nggak kenapa-napa kan? Apa ada yang sakit kalau iya biar papa nganterin kamu ke rumah sakit," tutur papa vino.

"Ih papa aku nggak papa kalau papa enggak usah khawatir kayak gitu kalau semisal aku kenapa-napa pastinya aku nggak ada di depan papa kan saat ini," ucap bela.

"Udah syukurlah kalau semisal kamu nggak papa karena papa takut kalau semisal kamu nggak kenapa-napa," balas papa vino.

"Nggak papa! Oh iya besok jangan lupa datang ke ruangan kepala sekolah ya pa," ujar bela.

"Iya besok papa akan menyempatkan diri untuk datang kesini lagi dan bertemu dengan kepala sekolah dan papa juga mau ngasih tahu kamu kalau nanti habis kamu pulang sekolah papa mau ke rumah nenek kamu udah lama juga papa nggak main kamu nanti habis pulang sekolah langsung pulang aja ya nggak usah mampir ke mana-mana," tutur papa vino.

"Emm ya udah deh iya," balas bela tanpa ada rasa curiga sedikitpun dengan papanya itu.