Andi melempar amplop cokelat berisikan berkas-berkas tepat dihadapan Varo yang sedang duduk manis dimeja makan dengan sendok makanan dan sendok yang bertengger di tangannya. Andi melonggarkan sedikit dasinya kemudian meneguk air putih hingga tandas.
"Apa itu?" Tanya Varo dengan mulut yang masih mengunyah.
"Buka saja." Andi ikut mendaratkan bokongnya disana, menyeruput mi instan yang dibuat oleh Varo.
"Ini berkas milik Laras, kenapa bisa ada padamu?" Varo berhenti mengunyah, memusatkan seluruh atensinya pada Andi yang jelas-jelas sibuk memakan mi.
Yang ditanyai hanya mengidikkan bahunya acuh. "Menurutmu?"
"Apa? Aku tidak mengerti, bisa kau jelaskan?" Tanya Varo semakin tidak sabaran.
"Dia melamar pekerjaan direstoranmu." Jawab Andi tenang.
Beruntung Varo tidak sedang mengunyah. Jika tidak, pasti ia sudah menyemburkannya keluar mengenai wajah Andi. Ia bahkan teebatuk karena air liurnya sendiri.