Laras memandangi mobil tuanya yang semakin menjauh dari pandangan, ia tersenyum kecut seraya menatap amplop tebal berwarna cokelat berisikan uang yang diterima dari teman kampusnya. Senang dan sedih seakan bercampur, meski tak begitu ada kenangan berarti dari mobilnya, tetap saja mobil itulah yang menemaninya sehari-hari, membawanya mengelilingi jalan, mengantarnya ke kampus. Sekarang, ia berusaha menerima takdirnya, mungkin memang jalannya sudah seperti ini, ia akan berusaha lebih kuat lagi agar bisa rich human di masa depan.