Hari-hari berikut Yuana dan Manfred makin sering bersama. Manfred tidak meminta Yuana jadi kekasihnya. Tapi dia tahu Yuana sudah menyimpan cinta untuknya. Yuana pun tidak pernah berpikir Manfred memintanya jadi kekasih karena dia tahu di hati Manfred namanya yang tertulis di sana.
Yuana dan Manfred masih terus berkomunikasi dengan Bobby dan Lisa. Yuana berkenalan dengan Lisa juga lewat online. Lisa cukup menyenangkan.
Saat ini Bobby sudah mendapat kerja paruh waktu dengan jadi guru les. Sedang Lisa dia bekerja di pabrik sepatu di bagian administrasi. Kehidupan mereka bisa dibilang berjalan baik.
"Yuan ..." Manfred memanggil Yuan, gadis itu baru turun dari boncengan di motornya. "Selesai kuliah aku mau perlu bicara sama kamu."
"Oke. Aku kuliah sampai jam sebelas hari ini." Yuana menjelaskan jadwalnya.
"Baiklah. Kita ketemu di kantin saja nanti," usul Manfred. Yuana sepakat.
Lalu Yuana menuju kelasnya. Hari ini dia hanya ada satu mata kuliah. Begitu selesai kuliah Yuana segera ke kantin. Dia merasa Manfred akan membicarakan sesuatu yang penting. Manfred nampak serius. Yuana duduk di depan Manfred.
"Mardhika dapat tawaran buat album, rekaman." Manfred bicara serius.
Kabar itu tentu saja menegejutkan Yuana. Luar biasa!
"Hah? Hebat dong, gimana ceritanya?"
"Kamu tahu kan, kami hampir setahun ini buat YouTube channel. Orang sudah mulai kenal kami. Dan kami juga punya tempat main yang tetap. Nah, waktu kami main di Regent minggu lalu pas ada produser musik dari Jakarta melihat kami. Dia sebenarnya juga sudah tahu kami via YouTube. Setelah ketemu dia makin yakin ingin bekerjasama dengan Mardhika," cerita Manfred.
"Kapan rencananya?" tanya Yuana.
"Ini masih dalam pembicaraan. Maunya secepatnya. Jika memungkinkan awal bulan depan sudah mulai take rekaman," jawab Manfred.
Itu memang kabar menyenangkan. Tetapi konsekuensinya, jadwal kuliah Manfred yang terganggu. Dia dan teman band-nya harus ke Jakarta mengurus pembuatan album. Kesempatan bagus, apakah harus mengorbanan pendidikannya.
"Kesempatan seperti ini ga datang dua kali, Yu. Teman-teman sangat bersemangat sekarang. Tidak mengira kami dapat kesempatan bagus secepat ini." Manfred mengatakan itu tapi jelas dia juga tidak begitu lega.
"Apa harus mengorbankan kuliah, Fred?" Yuana memandang mata Manfred. Sekarang dia suka sekali mata biru Manfred.
"Kamu tahu rencana awal aku hanya ingin dapat tambahan uang agar kuliah bisa selesai. Kalau semua sekarang berubah seperti ini juga di luar bayanganku," jawab Manfred. Perkembangan band memang lebih bagus dari yang mereka sendiri pikirkan.
Yuana tetap megusulkan jika mungkin pendidikam jangan sampai tertunda. Pasti ada caranya sehingga baik kuliah maupun band bisa jalan beriringan.
"Aku akan sendiri lagi kan?" Yuana memajukan bibirnya. Dia membayangkan jika Mafred pergi, dia akan rindu cowok tampan bermata biru itu.
"Hei ... kita masih bisa telpon, chat, vidcall. Tenang aja, aku akan tetap sayang kamu. Apapun yang terjadi kita ga akan pisah. Ya? Kamu akan tetap di sini ..." Manfred menunjuk dadanya.
Yuana merasa dadanya meletup mendengar kata-kata Manfred.
"Aku selalu sayang kamu, Yu, ga berubah," kata Manfred. Dia pegang tangan Yuana.
"Aku juga sayang kamu, Fred." Yuana memandang Manfred. Yuana sadar rasa sayangnya pada Manfred berbeda kini. Bukan untuk seorang sahabat. Tapi untuk seorang pria yang juga mencintainya.
Manfred tersenyum. Dia senang mendengar Yuana mengatakan sayang. Meski dia belum begitu yakin itu sayang buat seorang kekasih.
"Aku takut kehilangan kamu." Pelan Yuana mengatakan itu. Ya, ada rasa takut kembali terluka tiba-tiba muncul.
"Tidak akan. Kamu harus percaya padaku," ujar Manfred mantap. Yuana mengangguk sambil tersenyum.
"Yu, aku ada rencana. Kita kunjungi Bobby dan Lisa." Tiba-tiba ide muncul di kepala Manfred.
Yuana melebarkan matanya. "Ke Surabaya?"
"Ya masa ke Amerika Selatan?" Manfred tertawa.
Yuana tersenyum lebar. "Aku mau. Aku ingin benar-benar ketemu Lisa. Selama ini cuma komunikasi online. Kapan kita pergi?"
Mereka pun bersepakat akan pergi hari Sabtu saat tidak ada kuliah. Pasti akan jadi pertemuan yang menyenangkan.
*****
Hari Sabtu, sesuai rencana Yuana dan Manfred menuju Surabaya. Yuana kelihatan gembira. Hatinya berdebar-debar. Apa karena akan bertemu Bobby.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Manfred.
"Aku senang sekali, Fred." Mata Yuana berbinar cerah.
"Karena Bobby?"
Yuana memandang Manfred. Lalu dia menoleh melihat keluar jendela bis. Manfred merasa ga enak juga menanyakan hal itu jadinya.
"Terus terang iya. Tak bisa ku sangkal, masih ada rasa sayang di hatiku buat Bobby." Yuana berkata lirih.
"Maaf, Yu. Aku tak bermaksud membuatmu merasa tidak nyaman. Tapi aku bisa memahami perasaanmu." Ada rasa bersalah juga Manfred menanyakan itu.
"Fred ..." Yuana menyentuh lengan Manfred. "Aku juga sayang kamu."
Manfred tersenyum. Dia tahu, hati Yuana sedikit menoleh padanya. Tapi Yuana butuh waktu untuk membiarkan hatinya diisi penuh oleh cinta Manfred.
Perjalanan berakhir. Mereka sampai di depan rumah yang cukup besar itu. Dari luar terlihat rapi dan bersih.
Tok tok tok!!
Sementara di dalam rumah …
"Tamu, Bob?" Lisa memandang Bobby.
"Lihat saja ke depan," ujar Bobby. Mereka sedang di ruang makan, akan makan siang.
"Aneh aja, kita hampir ga pernah punya tamu. Apa ayah dan Ibu? Tapi mereka ga kasih kabar?" Lisa mencoba menduga siapa yang datang/
"Temui saja. Siapa tahu artis kesasar," gurau Bobby.
Lisa tersenyum. Dia ke ruang depan dan membuka pintu.
"Selamat siang," sapa Lisa. Sepasang anak muda ada di depannya. Satu seorang bule, satu gadis Indonesia yang cantik.
"Selamat siang," balas Manfred. "Lisa?"
"Ya?" Lisa menjawab sambil menatap Manfred. Lisa berpikir, kenapa ada bule datang ke rumahnya? Tapi wajah ini dia pernah lihat, di mana?
"Manfred." Manfred mengulurkan tangan sambil tersenyum. Lisa menyambutnya.
"Dan ... Yuana?" Lisa memandang Yuana. Matanya melebar. Bagaimana dia tidak menyadarinya? Mereka beberapa kali bermonunikasi.
"Ya, aku Yuana." Yuana tersenyum. Mereka berpelukan.
"Akhirnya kita bisa bertemu," kata Yuana. "Apa kabar, Lis?"
"Baik. Senang sekali aku bisa bertemu kalian. Ayo masuk," ajak Lisa.
Mereka masuk ke ruang tamu yang cukup luas.
"Bobby!" Lisa cepat menuju ruang makan.
"Siapa yang datang, Lis?" tanya Bobby. Dia hampir mengambil nasi ke piringnya.
Lisa mempercepat langkah mendekati Booby. "Coba tebak."
"Ibu?" Bobby memandang Lisa.
"Ayo ke depan," ajak Lisa dengan semangat. Bobby mengikuti Lisa kembali ke ruang depan.
Saat Bobby melihat siapa yang datang …
"Oh my God!! Manfred! Yuan?" Bobby sangat terkejut tapi sangat gembira melihat dua orang yang dia sayangi ini ada di depannya.
Manfred memeluk Bobby dengan rasa rindu yang besar. Bobby membalas pelukan Manfred hangat.
"Thank you kalian mau datang menengok kami," kata Bobby. Benar-benar kejutan yang menyenangkan.