Yuda berdiri menyambut dengan senyum normal. Kukunya menyakiti telapak tangan. Wajar, dia menanti lama hanya untuk melihat sesuatu yang menyakiti hati. "Ai, baru pulang?"
Keceriaan di wajah cantik berangsur sirna. Tawanya menutup, senyum pun berat. Menepuk kening sambil memejam, dia mungkin sadar akan sesuatu. "Aduh, Kak, sumpah lupa. Maaf ya. Sumpah aku--"
"Halo, siapa nih, boleh kenalan?" Pemuda tampan mengajak bersalaman.
Sebagai lelaki gentle, Yuda menyanggupi walau sebenarnya berat. Walau telapak tangannya diremas seperti sponge, dia tetap tersenyum tanpa berkedip. "Alaric Stevano."
"Yuda."
Melihat bagaimana tangan besar itu menyiksa lawan, Ai berusaha melepasnya. "Kak, sebenarnya aku beneran lupa tadi ada kegiatan di kampus."
Seperti ingin memberitahu jika dia berada di atas angin, Alaric menambahkan. "Tadi kami nonton di bioskop terus makan malam, jadi--"