Chereads / Fake Nerd CEO / Chapter 18 - Jengukin Cewek Bawel

Chapter 18 - Jengukin Cewek Bawel

Revan dengan malas berangkat ke rumah sakit, di mana Ratu dirawat sekarang yang katanya habis kecelakaan. Takutnya kalau sampai ia tidak mengiyakan permintaan dari papanya Ratu, bisa-bisa mereka mengadu kepada orang tuanya. Nanti Revan juga yang bakal kena omel dan di ceramahi panjang kali lebar sama mamanya.

"Padahal harusnya jam segini aku sudah rebahan di kasur, baru juga pulang kerja udah disuruh mampir ke sana ke sini hadehh," keluh Revan.

BRUUGHH!!

"Eh maaf, saya benar-benar tidak sengaja," sesal Revan ketika hendak berbelok, ia tidak melihat ada seorang dokter wanita yang juga mau belok.

"Iya tidak papa, saya juga salah karena tidak melihat jalan ke depan," ujarnya.

"Baiklah kalau begitu saya permisi," pamit Revan yang diangguki oleh dokter tersebut.

"Tampan juga," batinnya.

Ravan tidak membawa apapun menjenguk calon istrinya, karena terkadang orang sakit tidak suka makanan yang macam-macam. Ia sebenarnya sangat malas kalau harus mampir ke toko makanan, lagian makanan itu juga bukan untuk dirinya.

TOK TOK TOK!

CEKLEKKK!

"Eh calon mantu, kenapa harus ketok pintu dulu? Harusnya langsung masuk saja," ajak Jaya yang melihat menantunya sudah di depan kamar rawat putrinya.

"Tidak sopan kalau saya main masuk begitu saja," ujar Revan membuat Jaya tersenyum, calon menantunya memang benar-benar sopan orangnya.

Revan dapat melihat Ratu yang berbaring di atas ranjang dengan perban di beberapa titik. Revan tidak duduk di dekat Ratu, melainkan duduk di sofa bersama wanita paruh baya, yang nanti akan menjadi calon mertuanya.

"Kamu sudah makan? Apa kamu baru saja pulang dari kantor?" tanya Nia kepada calon menantunya.

"Iya saya baru pulang, saya nanti makan di rumah saja," ujar Revan membuat Nia terkekeh.

"Kenapa harus menunggu sampai rumah dulu baru makan? Di dekat-dekat sini banyak restoran juga yang enak," saran Nia.

"Tidak papa, saya terbiasa makan di rumah," ujar Revan.

"Mama, aku kok tidak ditawarin makanan juga? Kenapa cuma dia yang ditawarin, padahal kan yang sakit aku? Kenapa dia yang diperhatiin, sih?" protes Ratu.

"Tuh kan kamu bisa lihat sendiri, bagaimana kelakuan kekanakannya calon istri kamu itu. Jadi nanti kalau seandainya kalian berdua sudah menikah, kamu harus sabar-sabar menghadapi sifat kekanakannya," nasihat Nia sedikit meledek anaknya.

"Bukannya kamu tadi baru aja makan, ya? Masa iya kamu mau makan lagi? Apa kamu tidak kasian dengan calon suami kamu, yang baru saja pulang kerja?" sahut Jaya yang ikut-ikutan menyindir anaknya.

"Ya tapi kan makanannya berbeda, aku ingin makan richeese factory. Aku tidak suka makan bubur kayak tadi, perutku rasanya mual setelah memakannya," rengek Ratu membuat sang papa menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidak suka makan bubur? Tapi kenapa tadi makanannya bisa sampai habis? Apa itu yang dinamakan tidak suka?" sindir Jaya membuat Ratu mengerucutkan bibirnya.

"Kenapa jadi kalian berdua yang ribut? Padahal aku sedang menawari calon menatuku untuk makan malam," tegur Nia yang heran dengan kelakuan anak dan juga suaminya.

"Kamu mau makan apa? Atau mau tante pesankan di kantin rumah sakit saja?" tanya Nia yang dibalas gelengan oleh Revan.

"Tidak perlu repot-repot, saya mau makan di rumah saja nanti. Lagian saya belum terlalu lapar," tolak Revan membuat Nia menghela nafasnya, tidak enak juga kalau memaksakan anak orang.

"Baiklah, kaya begitu. Tapi kalau nanti kamu merasa lapar, jangan sungkan-sungkan untuk kasih tahu saya. Nanti tante pesankan makanan," ujar Nia.

"Revan, calon istri kamu sebentar lagi waktunya minum obat, bisa tolong kamu yang menyuapi obatnya?" pinta Jaya yang sengaja ingin mendekatkan pasangan muda yang sebentar lagi akan menikah.

"Hm? Kenapa harus dia, sih?" protes Ratu.

"Kenapa harus saya?" tanya Revan.

"Aihh kalian berdua ini bagaimana? Revan, ini obatnya di atas meja, tolong kamu suapkan ke si bawel ini," suruh Jaya akhirnya mau tidak mau Revan menurutinya, walaupun dengan berat hati.

Jaya mengambil duduk di samping istrinya, sembari melihat kemesraan anak-anak muda di hadapannya.

"Obatnya yang mana?" tanya Revan yang melihat ada obat berwarna-warni di atas meja.

"Itu obatnya yang warna kuning dan warna putih, jangan semuanya kamu ambil," ketus Ratu.

"Buka mulut kamu," suruh Revan sembari menggenggam air putih di sebelah tangannya.

"Loh kenapa yang warna kuning kamu sertakan? Aihh belum waktunya minum yang warna kuning," protes Ratu membuat Revan bingung.

"Bukankah tadi kamu yang mengatakan obatnya berwarna kuning dan juga warna putih, lalu di mana letak kesalahannya tolong jelaskan?" kesal Revan membuat Ratu speechless, karena jarang sekali laki-laki yang saat ini berdiri di sampingnya berbicara panjang.

"Kapan aku berbicara seperti itu? Tadi aku mengatakan obatnya berwarna putih dan juga warna orange, kamu salah dengar kali. Makanya kalau punya kuping itu dipasang baik-baik, jangan ditinggal di kantor," sindir Ratu membuat Revan menghembuskan nafas beratnya.

"Buka mulut," suruh Revan sudah mengganti obatnya dengan yang benar.

Jaya dan Nia sedari tadi menggelengkan kepalanya, melihat dua insan yang sebentar lagi akan menjadi pasangan suami istri, tapi malah sering sekali berdebat hanya karena masalah sepele. Ratu yang selalu mencari gara-gara terlebih dahulu, hingga membuat si manusia es kesal.

Reyno mengerutkan keningnya melihat suasana di rumah begitu sepi, tidak terlihat kembarannya juga berada di bawah. Ia mencari mamanya ke ruang tengah, biasanya di jam-jam seperti ini mamanya bersantai di depan televisi.

"Mama, ternyata ada di sini. Aku cariin dari tadi," ujar Reyno membuat Jessica menolehkan kepalanya melihat kepulangan anak sulungnya.

"Kamu kok pulang sendirian? Apa kamu tidak ke kantor hari ini?" tebak Jessica.

"Aku ke kantor kok, tapi aku tidak tahu dia ke mana? Perasaan tadi dia udah pulang deh, berarti kalau belum sampai rumah dia masih mampir ke tempat lain," ujar Reyno sembari memakan cemilan di atas meja.

"Adik kamu itu bukan tipe yang suka mampir ke sana ke mari kalau pulang dari kantor, dia pasti akan langsung pulang dan makan di rumah," terang Jessica membuat Reyno memutar bola matanya dengan malas.

"Kenapa sih yang diperhatiin dia terus? Harusnya tuh yang disambut aku, karena aku sudah sampai di rumah. Bukan malah nyariin yang tidak ada," protes Reyno.

"Di mana-mana itu nyariin pasti yang tidak ada, kalau sudah ada di depan mata kenapa harus dicariin lagi?" ujar Jessica sembari menggelengkan kepalanya.

"Auk ah, aku mau mandi terus tidur." Reyno selalu iri pada kembarannya, kalau mamanya lebih memperhatikan Revan ketimbang dirinya.

"Aihh kamu ngambek? Ingat umur sayang," sindir Jessica namun mendapatkan jawaban dari putranya.

Jessica mencari kontak nomor putra bungsunya, untuk merayakan di mana keberadaannya sekarang. Karena tidak biasa-biasanya anaknya yang satu itu pulang terlambat, kalau anak sulungnya yang pulang terlambat tidak heran lagi untuknya.

"Revan My Love"

"Halo."

"Sayang, kamu ada di mana sekarang? Kenapa jam segini belum pulang?"

"Aku masih ada di rumah sakit."

"Ha? Kamu di rumah sakit? Siapa yang sakit? Atau jangan-jangan kamu yang sakit? Bilang sama mama kamu kenapa?"

"Aku tidak kenapa-kenapa, aku hanya mampir sebentar ke sini ada temanku yang kecelakaan. Sebentar lagi aku pulang."

"Oh syukurlah, kalau kamu tidak kenapa-kenapa. Ya sudah kamu hati-hati di jalan ya."

"Iya."

"Sekali-kali kalau dikasih tahu itu jangan cuma bilang iya, dipanjangin dikit dong itu kalimat."

"Iya, Mama."

"Aiss terserah lah."

"

JANGAN LUPA TINGGALKAN

VOTE DAN COMENT NYA YAAA

TERIMAKASIH!!