Rika saat ini tengah meeting bersama dengan atasannya di sebuah restoran ternama, ia sangat beruntung bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan tambang. Rika banyak sekali menemui klien yang penting dari berbagai negara yang berbeda, membuat pengalamannya dalam berbicara semakin meningkat dan lebih berkualitas.
"Rika, ada satu berkas yang tertinggal di dalam mobil. Tolong kamu ambilkan," suruh Revan pada sekretarisnya.
"Baik, Pak."
Rika mencari berkas yang dimaksud bosnya di dalam mobil, ia benar-benar kagum dengan kepribadian atasannya di mana semuanya harus serba bersih dan rapi. Bahkan dirinya saja yang wanita tidak serapi itu, tapi lihatlah sikapnya Revan soal kebersihan benar-benar detail.
"Ya ampun, ini setirnya aja kinclong banget," takjub Rika sembari menggelengkan kepalanya.
"Kalau nanti seandainya dia dapat istri yang rapinya enggak sama kayak Revan, kelar deh riwayat itu cewek," ujar Rika kemudian masuk kembali ke dalam setelah mengambil berkas yang tertinggal.
Reyno saat ini sedang berhadapan dengan papanya di ruangan pribadinya, Kevin marah besar melihat pengeluaran putra sulungnya yang gila-gilaan. Bukannya mau melarang atau apapun itu, tapi kalau pengeluarannya itu tidak wajar patut untuk ditindaklanjuti.
"Sekarang kamu jujur sama papa, kamu menggunakan uang sebesar itu untuk apa saja?" tanya Kevin dengan tatapan menyelidik.
"Ya aku membelanjakannya untuk keperluan pribadi, kenapa ditanya terus, sih? Si Revan aja enggak pernah tanyain sampai kayak, gitu?" protes Reyno karena tidak mau disalahkan seorang diri.
"Ya untuk apa papa marahin dia? Adik kamu saja tidak pernah berbelanja sebanyak itu, bahkan berbelanja saja dia sangat amat jarang. Kalaupun dia berbelanja barangnya itu ada di depan mata, sekarang papa tanya sama kamu. Kalau memang kamu membelanjakan uang sebanyak itu untuk keperluan pribadi, tunjukkan sama papa mana barang tersebut. Apakah kamu membeli sebuah mobil baru? Motor baru? Apartemen baru? Atau rumah baru? Tunjukkan semuanya sama papa, sebelum papa menyelidikinya lebih jauh," ancam Kevin sembari bersidekap di depan dada.
Reyno tidak bisa berkutik sekarang melihat papanya sudah marah besar, padahal papanya belum mengetahui barang-barang tersebut tapi sudah marah besar, bagaimana jadinya kalau papanya mengetahui bahwa yang menghabiskan sebagian banyak uangnya adalah pacar-pacarnya.
"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak mendengar apa yang papa katakan tadi? Papa, bertanya mana barang-barang yang kamu beli yang katanya keperluan pribadi?" tanya Kevin dengan intonasi nada tinggi.
"Maaf," lirih Reyno.
"Untuk apa kamu meminta maaf?" tanya Kevin.
"Maaf karena sudah boros, uang sebanyak itu aku gunakan buat bepergian sama pacar-pacarku. Aku cuma pengen bahagiain mereka, bukankah katanya wanita itu harus dibahagiakan? Jadinya aku ngerti setiap apa yang mereka inginkan," pengakuan Reyno.
"Astaga, ternyata semua ini masih ada sangkut-pautnya dengan pacar-pacar kamu itu? PUTUSKAN MEREKA!" teriak Kevin dengan segala amarahnya.
"Yahh kenapa? Papa, aku pikir uang segitu tidak ada nilainya, lagian pemasukan setiap harinya juga sangat besar. Jadi tidak papa dong kalau aku menggunakan uang sebanyak itu untuk kebahagiaanku, kenapa papa seakan-akan mempermasalahkannya? Bukankah aku juga bagian dari pemimpin perusahaan ini? Sudah menjadi hak aku untuk menggunakan berapapun uang yang aku inginkan," protes Reyno yang tidak mau menuruti perkataan papanya begitu saja.
"Kamu itu sadar atau tidak, sih? Kamu itu sudah dimanfaatkan oleh pacar-pacarmu itu, mereka sengaja meminta banyak hal karena mereka tahu kamu mampu menyanggupinya, tapi apa kamu tidak memikirkan bagaimana ke depannya nanti? Kamu hanya memanfaatkan mereka untuk bersenang-senang saja, begitu juga dengan sebaliknya. Kenapa kamu tidak komitmen dengan 1 perempuan saja, tapi sudah pasti perempuan itu akan menjadi istri kamu. Kalau kamu menghabiskan uang untuk 1 perempuan, Papa tidak akan keberatan karena itu menjadi tugas kamu untuk menafkahi perempuan tersebut kalau nanti menjadi istri kamu. Apa kamu bisa memahami maksud omongan, Papa?" omel Kevin membuat Reyno menundukkan kepalanya, sejujurnya ia juga merasa bersalah tapi mau bagaimana lagi, Reyno tidak mungkin memutuskan pacar-pacarnya tanpa sebab.
"Ya aku kan sudah minta maaf, Papa bisa memotong semua kerugian yang papa alami jadi gaji-gajiku," ujar Reyno membuat Kevin menggelengkan kepalanya.
"Ternyata kamu tidak menyimak apa yang papa katakan, memangnya kapan papa minta ganti rugi sama kamu? Sepertinya papa tidak pernah melakukan hal itu terhadap anak-anak papa, kamu harus ingat baik-baik. Memang perusahaan ini nantinya akan menjadi milik kalian berdua, akan tetapi kalau kalian tidak bisa mengelolanya dengan baik dan malah menghambur-hamburkan uang sesuka hati kalian, sudah bisa dipastikan perusahaan ini umurnya tidak akan lama. Perbaiki sikap kamu, sebelum papa benar-benar bertindak tegas!" geram Kevin kemudian pergi meninggalkan ruangan anak sulungnya.
PYAAARRRR!!!
"AH SIALANNN!!!!"
Revan dan Rika berdiri tidak jauh dari ruangan kembarannya, niatnya memang pingin masuk ke sana karena mau memberikan berkas penting. Tapi ternyata ada perdebatan luar biasa di dalam ruangan tersebut, untung saja setiap ruangan atasan memiliki fitur pengedap suara.
"Sepertinya situasinya sedang tidak baik-baik saja?" celetuk Rika yang berdiri di belakang bosnya.
"Ikut saya." Revan mengajak sekretarisnya untuk kembali ke ruangannya sendiri.
Revan sangat tidak menyukai perdebatan, apalagi kalau perdebatan tersebut berada di tempat umum. Tetapi di dalam hatinya ia bersyukur, karena papanya mengetahui hal tersebut lebih cepat dari yang ia duga. Kembarannya itu harus segera dikasih pelajaran, kalau tidak bertindak dari sekarang bisa-bisa keuangan lenyap begitu saja terbuang secara percuma, hanya untuk hal-hal yang tidak penting.
"Seperti yang terjadi sesuatu yang serius," celetuk Rika yang sebenarnya kepo dengan apa yang diributkan di ruangan Reyno.
"Kamu tidak perlu mencari tahu lebih lanjut, karena itu bukan urusan kamu. Biarkan saja dia menerima hukuman, sesuai dengan apa yang dia lakukan. Aku bahkan tidak sudi hanya untuk sekedar membelanya, masih untung dia mendapatkan kemarahan saja. Seharusnya semua kartu kredit diblokir, dengan begitu pacar-pacarnya pasti akan meninggalkan Reyno, saya benar-benar yakin 100% tidak ada yang benar-benar mencintai Reyno. Kebanyakan dari mereka hanya menginginkan harta saja, kalau bukan karena harta pasti mereka hanya mementingkan fisik," terang Revan membuat sang sekretaris menganggukkan kepalanya.
"Apa anda juga seperti, Pak Reyno?" tanya Rika.
"Saya bahkan tidak tertarik untuk seperti dia, walaupun kita kembar kita memiliki karakter yang sangat jauh berbeda. Tetapi kebanyakan orang mengatakan, mereka lebih menyukai jika dekat Reyno dibandingkan dengan saya. Tapi saya tidak pernah ambil pusing dengan hal tersebut, memang pada dasarnya saya tidak pandai bergaul apalagi berkomunikasi dengan orang-orang di luar sana," terang Revan.
"Itu berarti anda belum mempunyai kekasih?" tanya Rika.
JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN COMENT NYA YAAA
TERIMAKASIH!!