Chereads / Fake Nerd CEO / Chapter 22 - Reyno Lagi Enggak Punya Duit

Chapter 22 - Reyno Lagi Enggak Punya Duit

Reyno sudah dari pagi diteror sama pacar-pacarnya, mereka mengeluh karena tidak bisa dengan bebas menggunakan kartu kredit seperti biasanya. Masih banyak list barang-barang yang belum mereka beli, tapi semuanya berantakan gara-gara kartu kredit.

Reyno sendiri bingung harus menjelaskannya bagaimana kepada wanita-wanitanya, tidak mungkin kalau ia mengatakan bahwa saat ini papanya sedang mengawasi pengeluarannya. Mengingat beberapa hari yang lalu papanya marah besar, setelah mengetahui pengeluarannya yang sangat membengkak.

"Duh, ini kenapa mereka terus-terusan nelpon, sih? Enggak bisa banget bikin aku tenang sehari saja, padahal mereka sudah sangat sering berbelanja tapi ada aja yang masih ingin mereka beli," gerutu Reyno sembari mengacak-acak rambutnya.

"Kamu kenapa?" celetuk Jessica setelah membuka kamar anak sulungnya.

"Eh, Mama? Ada apa?" tanya Reyno.

"Buruan kamu sana mandi, Papa udah nungguin kita semua bergabung di meja makan, soalnya adik kamu sudah ada di sana," suruh Jessica membuat Reyno mendengus kesal.

"Tapi aku sedang malas mandi, aku juga lagi malas makan," ujar Reyno membuat sang mama menggelengkan kepalanya.

"Memangnya kenapa, sih? Ada apa? Coba kamu cerita, siapa tahu mama bisa bantu?" tanya Jessica sembari nmengambil duduk di samping anaknya.

"Aku lagi ada masalah sama pacarku," curhat Reyno membuat Jessica terkekeh.

"Maksudnya pacar kamu yang mana? kalau curhat jangan setengah-setengah kayak gitu dong?" sindir Jessica.

"Iya pokoknya aku lagi ada masalah sama mereka, aku malas untuk menceritakannya," ujar Reyno.

"Makanya kalau punya pacar itu jangan banyak-banyak, cukup satu saja karena kamu tidak akan pernah bisa menangani satu wanita di dalam hidup kamu. Bahkan jarang sekali ada laki-laki yang bisa mengerti para wanita, ini malah kamu dengan gegayaan punya pacar banyak sekaligus. Sekarang kamu tahu sendiri kan, bagaimana rasanya menangani mereka semua dalam waktu yang bersamaan?" tegur Jessica membuat Reyno memutar bola matanya dengan malas.

"Ini kenapa mama jadi nyeramahin aku, sih? padahal aku lagi mau curhat," protes Reyno.

"Mama, cuma memberikan saran yang baik buat kamu, supaya kamu tidak terjebak lagi dengan wanita-wanita itu. Pilih satu perempuan saja, toh nanti kamu nikahnya juga cuma sama satu orang bukan sama semuanya," tegur Jessica.

"Aku malah punya cita-cita pengen punya istri banyak, masa iya punya muka ganteng tapi tidak dimanfaatkan?" ujar Reyno membuat Jessica seketika membulatkan matanya.

"Heh, ajaran siapa kayak gitu? Bisa-bisanya kamu kepikiran pengen punya istri banyak? Mama tidak setuju dan mama tidak meridhoi, kalau sampai kamu benar-benar punya istri lebih dari satu," ancam Jessica.

"Hadehh, padahal punya istri lebih dari satu rasanya enak. Tapi ini malah tidak dibolehin," gumam Reyno.

"Sudah, mendingan sana kamu mandi gih. Mama, tungguin di meja makan sekarang juga dan enggak ada bantahan lagi," ujar Jessica kemudian keluar dari kamar putra sulungnya.

Kevin ingin sekali ngobrol banyak dengan putra bungsunya, tapi yang ditanya cuma menjawab ala kadarnya. Berbeda sekali kalau ngobrol dengan putra sulungnya, pasti bisa merembet ke mana-mana dan bahkan sampai berdebat sengit.

"Bagaimana perkembangan perusahaan? Apa kamu mengalami sesuatu yang dirasa sulit?" tanya Kevin.

"Tidak, aku bisa mengatasinya," ujar Revan.

"Lalu bagaimana dengan sekertaris yang papa pilihkan buat kamu, apa kamu sudah berteman baik dengannya?" tanya Kevin.

"Biasa saja."

Kevin bisa memaklumi karakter putra bungsunya, memang dari kecil sifatnya seperti itu sangat irit berbicara dan pendiam. Ke dua anak kembarnya benar-benar seperti saling melengkapi satu sama lain, yang satunya sering bikin masalah dan yang satunya lagi tidak pernah mau mencari masalah.

"Reyno, masih mandi," ujar Jessica kemudian bergabung di meja makan bersama anak dan suaminya.

"Oya bagaimana hubungan kamu dengan calon istri kamu, apa mengalami peningkatan? Sudah sejauh mana kedekatan kalian berdua?" tanya Kevin yang jarang sekali membahas tentang calon menantunya.

"Biasa saja," ujar Revan dengan kata-kata andalannya singkat padat dan jelas.

"Sering-sering ajak dia main ke sini, supaya mengenal rumah calon mertuanya juga," suruh Kevin.

"Buat apa?" tanya Revan.

"Hm kok pake tanya buat apa? Memang sudah sewajibnya dia sering-sering datang ke rumah ini, supaya lebih akrab dengan kita semua yang ada di sini," ujar Kevin.

"Nanti deh coba mama atur jadwal, supaya kita semua bisa makan malam bersama. Mumpung papa juga ada di rumah, jadi nanti formasi bisa lengkap," sahut Jessica.

Reyno bergabung di meja makan dengan muka lesu, rasanya tidak semangat pergi ke kantor hari ini. Angan-angan menjadi bos adalah kerjanya santai dan tinggal mengawasi pekerjaan bawahan saja, tapi ternyata semua itu tidak bisa dilakukannya kalau masih di bawah pimpinan papanya.

"Kalau kenapa malah diam aja kayak gitu? Apa makananya tidak enak?" tanya Kevin yang melihat putra sulungnya tidak menyentuh makanan sama sekali.

"Aku sedang tidak berselera makan, nanti saja kalau lapar aku makan di kuar," ujar Reyno.

"Makanan yang sudah ada di depan mata kamu tidak disentuh sama sekali, tapi malah milih makan di luar. Ada masalah apa kamu sama masakan, Mama?" tegur Kevin membuat Reyno mendengus kesal, karena sepertinya papanya masih marah padanya perkara masalah beberapa hari yang lalu.

"Iya aku makan kok, aku tidak jadi makan di luar," ujar Reyno buru-buru mengambil nasinya, sebelum papanya benar-benar marah.

Kevin berpamitan pada keluarganya karena harus pergi meeting sekarang juga, ia memang selalu berangkat sendiri tanpa berbarengan dengan anak-anaknya walaupun mereka satu kantor.

Ketika acara sarapan sudah selesai dan Jessica kembali sibuk di dapur karena mau mencoba bikin kue. Reyno menahan kembarannya yang hendak beranjak dari tempat duduk.

"Ada apa?" tanya Revan.

"Emm kamu punya uang lebih, enggak?" tanya Reyno membuat Revan mengerutkan keningnya.

"Memangnya kenapa?" heran Revan.

"Aku mau pinjam uang sama kamu, kira-kira boleh enggak? Tidak banyak kok, kali ini aja pinjemin aku duit. Soalnya kartu kredit aku tidak bisa digunakan," curhat Reyno.

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa menggunakan uangku dengan leluasa seperti biasanya, Papa sedang mengawasi pengeluaranku akhir-akhir ini," ujar Reyno.

"Kamu mau pinjam uang buat apa? Aku yakin nominalnya pasti tidak sedikit?" tebak Revan membuat kembarannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Iya, jumlahnya memang lumayan. Tapi kamu kan jarang memakai uang banyak, jadi tidak masalah kalau sekali-kali pakai uang banyak," bujuk Reyno.

"Pasti buat pacar-pacar kamu?" tebak Revan.

"Hehe itu kamu tau ak..."

"Tidak sudi aku mengeluarkan uang sepeserpun, untuk pacar-pacar kamu itu. Karena mereka tidak ada urusannya denganku, kamu meminjam uang pada orang yang salah," ketus Revan kemudian pergi ke kantor tanpa memperdulikan kembarannya yang tengah menggerutu.

JANGAN LUPA TINGGALKAN

VOTE DAN COMENT NYA YAAA

TERIMAKASIH!!