Revan dan Reyno benar-benar memiliki wajah yang sama persis, bahkan mereka juga mempunyai tahi lalat di belakang telinga yang letaknya sama juga. Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mengenali perbedaan di antara mereka berdua, Ratu yang melihat pertama kali saja juga syok dan tidak bisa membedakan di antara keduanya.
"Mama, rencananya pengen ngajakin keluarganya Ratu untuk dinner malam ini di rumah kita bagaimana menurut kalian?" celetuk Jessica membuat ke tiga pria menatap ke arahnya.
"Kenapa mendadak malam ini? Harusnya dari jauh-jauh hari kalau mau ngasih tahu, kalau malam ini aku tidak bisa ada meeting di luar," protes Kevin.
"Yahh aku emang baru kepikirannya tadi, tapi kalau kalian tidak bisa ya tidak apa-apa kita atur lagi jadwalnya kapan-kapan," keluh Jessica padahal tadi udah semangat banget pengen dinner, tapi baru ingat kalau para laki-laki di keluarganya semuanya orang sibuk.
"Lagi ngapain sih ngundang mereka ke sini? Mereka kan bisa makan di rumah mereka sendiri," sahut Reyno.
"Reyno, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Bagaimanapun juga nantinya keluarga mereka akan menjadi bagian dari keluarga kita juga, jadi tolong bersikap sopan," tegur sang mama.
"Revan, nanti kamu jemput calon istri kamu lalu ajak ke sini. Mama, ingin ngobrol-ngobrol dengannya, sekaligus membicarakan soal pernikahan kalian," suruh Jessica membuat Revan mendengus kesal.
"Mau bicara apa lagi, sih? Kenapa juga aku harus menjemputnya? Aku tidak bisa, aku sibuk," tolak Revan membuat Jessica terkekeh.
"Tidak ada kata sibuk kalau menyangkut calon istri kamu, pokoknya mama tidak mau tahu nanti kamu jemput dia dari sekolah. Kalau papa marahin kamu, nanti bilang aja sama mama, biar mama marahin papa kamu balik," ujar Jessica.
"Aku tidak akan memarahinya, asalkan dia tidak keluar terlalu lama. Nanti Revan juga harus menghadiri meeting, makanya setelah menjemput Ratu dia harus segera kembali ke kantor," suruh Kevin.
Ratu dan teman-teman yang lainnya hari ini lagi sibuk nonton pertandingan basket, di mana yang main sekolahannya melawan anak-anak dari sekolahan idola kota sebelah.
"Tu, coba lihat itu yang pakai baju merah bener-bener ganteng banget. Kayaknya rata-rata cowok dari sekolah sebelah visual semua," kagum Andin.
"Heleh, harusnya kita mendukung anak-anak dari sekolahan kita bukan malah memuji dari sekolahan lain, kalian berdua ini bagaimana, sih?" tegur Ratu.
"Iya kita mendukung anak-anak dari sekolahan kita kok, tapi kan tetap saja tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak dari sekolahan sebelah lebih tampan," sahut Naila.
Saat mereka berdua tengah asik memberikan support dengan meneriakkan yel-yel, tiba-tiba fokus mereka terbagi begitu melihat kehadiran seseorang yang menarik perhatian mereka.
"Itu laki-laki kayaknya kita pernah lihat deh, eh kita udah beberapa kali ketemu sama dia tapi sampai sekarang belum tahu siapa namanya?" ujar Andin menunjuk ke arah Revan yang baru saja memasuki area lapangan basket bersama dengan para petinggi sekolah.
"Revan? Ngapain dia ke sini?" batin Ratu yang melihat kehadiran calon suaminya.
"Kalian tahu tidak, sih? Kalau ternyata laki-laki itu adalah salah satu pemilik saham dari sekolahan kita, makanya dia juga datang setiap kali ada acara penting di sekolahan kita," celetuk Naila membuat teman-teman yang menggunakan kepala ke arahnya.
"Pemegang saham? Serius? Wahh hebat sekali, itu berarti dia orang kaya dong. Mana tampan banget lagi," takjub Andin yang sangat suka melihat penampilan Revan yang mengenakan pakaian serba hitam, tidak lupa juga dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.
"Iya dia ganteng banget, andaikan aja aku punya pacar kayak dia pasti tidak akan aku bolehin dia keluar rumah," ujar Naila.
"Kenapa, gitu?" tanya Andin mewakili apa yang ada di dalam pikirannya Ratu.
"Iya coba aja kamu lihat dia, sekarang banyak pasang mata yang memperhatikannya. Apalagi cewek-cewek juga pada kecentilan tebar pesona di hadapannya," terang Naila membuat Ratu diam-diam membenarkannya.
Ratu tidak ingin ikut-ikutan berkomentar, nanti ada teman-temannya malah menanyakan banyak hal padanya. Sampai sekarang juga Ratu belum jujur pada teman-temannya, kalau laki-laki yang dari tadi mereka puji adalah sama suaminya.
Ratu sengaja berpamitan pada teman-temannya dengan alasan mau pergi ke toilet, padahal ia sengaja mau pergi begitu melihat Revan hendak keluar dari area lapangan.
"Revan?" panggil Ratu begitu melihat calon suaminya berada di parkiran mobil.
"Ada apa?" tanya Revan yang tidak terkejut lagi melihat wanita dihadapannya saat ini, karena Revan sudah melihatnya sekilas ketika masih ada di dalam area lapangan basket.
"Mobil kamu yang mana?" tanya Ratu membuat Revan mengerutkan keningnya.
"Ada di belakang kamu," tunjuk Revan pada mobil Alphard berwarna hitam.
"Ayok masuk, aku mau bicara empat mata sama kamu." Ratu menarik tangan laki-laki di hadapannya.
"Ada apa? Kenapa tidak berbicara di sini saja, saya harus buru-buru ke kantor," protes Revan.
"Aku tidak bisa membicarakannya di luar, berabe nanti kalau banyak yang melihat." Ratu kemudian menyuruh suaminya untuk masuk juga ke dalam mobil, dengan terpaksa Revan menurutinya.
"Langsung to the point saja, aku tidak ada waktu untuk berbasa-basi," ujar Revan sembari melepaskan kacamata hitamnya.
"Jangan sok sibuk deh, aku ini calon istri kamu jadi kamu harus meluangkan banyak waktu buat aku. Kamu kok bisa ada di sini?Emang bener ya kata temen-temen aku, kalau kamu pemegang saham di sekolahan aku juga?" tanya Ratu yang mengintrogasi calon suaminya.
"Apa urusannya sama kamu?" heran Revan.
"Ya jelas dong ada urusannya, aku ini calon istri kamu jadi aku berhak tahu apapun yang kamu lakukan," kesal Ratu membuat Revan memutar bola matanya dengan malas.
"Padahal baru calon, aku pikir kamu tidak perlu mengetahui sampai sedetail itu," sindir Revan membuat Ratu semakin kesal.
"Oh jadi kamu berani ngomong kayak gitu sama aku? Baiklah, dengan terpaksa aku akan melaporkannya kepada mama kamu kalau kamu, tidak berperilaku baik terhadap calon istri kamu sendiri," ancam Ratu membuat Revan melebarkan matanya.
"Kenapa kamu selalu bawa-bawa mama dalam pembicaraan kita?" protes Revan namun tak dihiraukan oleh wanita yang duduk di sampingnya.
"Ya itu sih terserah kamu, padahal aku hanya bertanya satu pertanyaan saja tapi kamu tidak menjawabnya? Ya dengan terpaksa aku benar-benar akan melakukannya." Ratu sengaja mengeluarkan ponselnya, supaya seakan-akan ancamannya akan menjadi kenyataan.
"Huft, iya aku pemegang saham di sekolahan kamu. Aku sudah menjawab pertanyaan kamu, jadi sekarang kamu keluar dari mobilku karena aku mau ke kantor," usir Revan yang hendak membuka pintu mobilnya agar si pengganggu enyah dari kehidupannya.
"Enak aja, masih banyak yang mau aku tanyain sama kamu. Kenapa sih kamu kalau datang ke sekolahan pakaiannya sekeren itu? Tahu enggak? Tadi itu kamu jadi pusat perhatian cewek-cewek loh, aku tidak suka melihatnya. Kalau mau datang ke sini pakaiannya biasa aja, aku tidak suka kalau nanti cewek-cewek itu keganjenan sama kamu," omel Ratu sembari bersedekap di depan dada.
"Apaan, sih? Gak jelas banget," cibir Revan.
JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN COMENT NYA YAAA
TERIMAKASIH!!