Chereads / Fake Nerd CEO / Chapter 28 - Hanya Salah Paham

Chapter 28 - Hanya Salah Paham

BYUUUURRRR!!

Untung saja Kevin memejamkan matanya, saat wanita dihadapannya menyiramkan segelas es ke mukanya. Pakaian kerjanya basah semua, belum lagi dirinya yang malu dilihat oleh seluruh pengunjung restoran. Ia mengelap mukanya dengan jasnya yang sudah basah, manisnya minuman tersebut tidak seberapa kalau dibanding dengan rasa malunya, yang tidak tahu mukanya mau taruh di mana.

"Eh maaf pak, anda kenapa tiba-tiba bisa ada di depan saya? Padahal saya tadinya mau menyiram cowok yang ada di belakang anda, tapi anda main menyelonong begitu saja?" omel wanita asing tersebut.

"Huh, apa kalian tidak tahu siapa saya? Saya bisa saja melaporkan ke polisi, tentang perbuatan kalian yang tidak menyenangkan. Asal kalian tahu, laki-laki yang ada di belakang saya adalah putra saya. Jadi wajib bagi saya untuk melindungi putraku, dari makhluk-makhluk halus seperti kalian," balas Kevin menatap ke tiga wanita dihadapannya.

"Oh jadi Reyno itu putra anda? Tolong kasih tahu sama laki-laki itu, untuk berhenti mempermainkan perempuan dan jangan pernah lagi mengganggu kami. Walaupun kalian itu orang kaya, tapi kalian tidak bisa seenaknya membuat kami sakit hati. Bahkan anak anda pernah berjanji akan menikahi saya, tapi apa buktinya? Anak anda malah mengkhianati saya," geramnya.

"Kalian semua itu sudah salah paham, laki-laki yang ada di belakang saya memang putra saya tapi dia putra bungsu saya. Sedangkan yang kalian maksud adalah putra sulung saya, kebetulan saya mempunyai dua anak laki-laki di mana mereka kembar, bahkan mulai dari wajah serta postur badannya semuanya mirip. Laki-laki yang ada di belakang saya bernama Revan, bukan Reyno. Saya rasa tidak penting menjelaskan panjang kali lebar kepada orang asing, lebih baik sekarang kalian pergi dari sini atau saya akan memanggilkan polisi?" ancam Kevin dengan nafasnya yang tak beraturan.

"Persekongkolan macam apa ini? Kenapa aku merasa bodoh di sini? Aihh ya sudahlah terserah siapa pun kamu, saya tidak perduli. Tolong katakan pada laki-laki yang bernama Reyno, bahwa saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Permisi."

"Saya juga memutuskan hubungan kami, permisi."

"Jangan harap bisa bertemu dengan saya lagi."

Satu persatu makhluk halus yang mengusik hidupnya Revan keluar dari restoran, akhirnya mereka berdua dapat menghela nafasnya dengan lega. Kevin tidak ingin menjadi pusat perhatian, kemudian ia mengajak putra bungsunya untuk keluar dari restoran juga dan masuk ke dalam mobil.

Sebelumnya Revan memberikan beberapa lembar uang, sebagai ganti rugi karena sudah membuat kekacauan di restoran mereka. Awalnya pemilik restoran tersebut menolak ganti rugi, begitu melihat salah satu orang terkaya di Indonesia yang memberikan mereka uang, tapi Revan tetap memaksa agar mereka mau menerima uang ganti rugi tersebut.

"Sialan!" umpat Kevin begitu sudah masuk mobil, ia melepaskan jas dan juga kemejanya yang sudah basah.

"Revan? Kamu tidak papa, kan?" tanya Kevin begitu anaknya menyusul masuk mobil.

"Tidak papa, terima kasih sudah menolong saya." ucap Revan membuat Kevin terkekeh.

"Untuk apa kamu berterima kasih? Sudah menjadi kewajiban seorang ayah melindungi anaknya, karena papa tahu kamu tidak akan mau melawan wanita-wanita menyeramkan itu," ujar Kevin sembari memakai pakaian yang baru.

Revan menyuruh supir untuk membawa mobilnya pulang ke rumah, hari ini Revan meminta izin pada papanya untuk tidak kembali ke kantor. Rasanya sangat malas kalau nanti di kantor harus bertemu dengan kembarannya, bahkan Revan sempat berpikir kembarannya tersebut memang sengaja melakukannya supaya terhindar dari masalah.

Revan dan sang papa sama-sama tidak kembali ke kantor, toh hanya tinggal beberapa jam lagi jam kantor sudah selesai. Revan tanpa mengucapkan satu patah katapun, begitu sudah memasuki rumah ia langsung pergi ke kamar. Tanpa mencari di mana mamanya berada, karena biasanya ketika pulang yang dipanggil pertama kali adalah mamanya.

"Reyno, benar-benar keterlaluan. Bukan sekali dua kali dia kayak gini, kasihan Revan yang selalu menjadi korban," gumam Kevin.

"Siapa yang menjadi korban?" celetuk Jessica yang baru saja kembali dari halaman belakang.

"Revan."

"Revan? Memangnya apa yang terjadi? Lho perasaan tadi kamu berangkat ke kantor tidak pakai baju yang ini, kenapa ganti?" heran Jessica kemudian mengambil duduk di samping suaminya.

"Aku baru aja dapat rezeki di restoran, nih kamu cium wajahku pasti aroma jeruk," ujar Kevin sembari menyodorkan pipinya.

"Muachh. Eh iya loh, kenapa ada rasa jeruk di situ?" heran Jessica.

"Sebenarnya tuh gini, Reyno tadinya mau berangkat meeting di salah satu restoran. Tetapi belum sempat dia masuk ke restoran tersebut dia melihat pacar-pacarnya ada di sana juga, akhirnya dia tidak jadi masuk ke dalam dan malah menyuruh Revan untuk menggantikannya. Mama, tahu apa yang terjadi selanjutnya?" jelas Kevin.

"Apa?"

"Revan, dicaci maki sama pacar pacarnya, Reyno. Mereka mengira kalau Revan itu adalah Reyno, padahal aku juga sudah menjelaskan bahwa mereka itu salah orang tapi mereka tidak percaya. Kamu tahu sendirilah bagaimana sifat anak bungsu kita, dia mana mau cari masalah ataupun bikin keributan. Dia cuma diem aja, saat wanita-wanita itu menyerang dengan berbagai macam pertanyaan. Sampai pada titik di mana mereka kehilangan kesabaran, mereka hendak menyiramkan segelas minuman ke mukanya Revan. Tapi untung saja aku datang tepat waktu, jadinya ya kayak gini," jelas Kevin.

"Maksudnya kamu yang terkena siraman dari minuman tersebut?" tebak Jessica yang diangguki oleh Kevin.

"Ahahahaa lucu sekali, enggak kebayang lihat kamu di siram sama orang asing kayak gitu. Pasti malu banget itu," ledek Jessica membuat Kevin mengerucutkan bibirnya, karena istrinya tidak menunjukkan rasa kasian tapi malah meledeknya.

"Bisa-bisanya tertawa lepas seperti itu, padahal aku baru saja disiram sama cabe-cabean. Dasar istri enggak ada akhlak," protes Kevin.

"Haha iya maaf aku hanya bercanda tadi, aku tidak sungguh-sungguh menertawakan kamu kok. Tapi kamu hebat karena kamu sudah melindungi anak kita, nanti kalau Reyno sudah pulang dari kantor kita harus beri dia pelajaran. Aku rasa dengan hanya menyita ATM dan juga membatasi fasilitasnya, itu belum cukup untuk membuatnya jera. Terbukti seperti hari ini ada saja masalah yang dia perbuat, tapi kali ini benar-benar kelewatan sih. Bisa-bisanya dia mengorbankan adiknya sendiri," geram Jessica.

"Kayaknya aku punya ide, untuk membuat dia jera dan tidak lagi mengerjai Revan," ujar Kevin.

"Ide apa?" tanya Jessica.

"Kita bikin dia takut saja dengan mengancam, kalau dia mengulangi perbuatannya lagi kita kirim dia ke pondok pesantren, bagaimana?" saran Kevin membuat sang istri melebarkan matanya.

"Pondok pesantren? Yang benar?" tanya Jessica yang masih tidak percaya suaminya mengusulkan hal tersebut.

"Kenapa? Kita kan hanya menakut-nakutinya saja, tidak sungguh-sungguh. Lagian mana mungkin anak kayak gitu mau dimasukin ke pondok pesantren, walaupun kemungkinan untuk berubah pasti lebih banyak kalau di didik di sana. Tetapi aku juga memikirkan sisi yang lain, kalau sampai beneran Reyno kita kirim ke pesantren. Kamu kan tahu sendiri aku sering sekali bolak-balik ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan, aku tidak mau kalau Revan sampai kelelahan mengurus perusahaan kita yang ada di Indonesia sendirian. Lebih enaknya ngomong aku membutuhkan tenaga ke dua anakku, untuk mengembangkan perusahaan keluarga kita," jelas Kevin.

"Iya kamu benar, bahkan aku saja ragu kalau Reyno bakalan betah di pesantren walaupun cuma sehari," ujar Jessica membuat sang suami terkekeh.

JANGAN LUPA TINGGALKAN

VOTE DAN COMENT NYA YAAA

TERIMAKASIH!!