"Apa kamu bilang? Kamu bilang aku tidak jelas? Aku itu ngasih tahu kamu yang bener, aku ngingetin kamu untuk tidak memakai pakaian yang bisa menarik perhatian perempuan lain," tegur Ratu membuat Revan memutar bola matanya dengan malas.
"Kamu kenapa jadi over kayak gini, sih? Cuma perkara pakaian doang kamu sampai marah-marah, bukan sesuatu yang penting untuk diperdebatkan," kesal Revan.
"Huftt, sekali lagi aku lihat kamu datang ke sekolahan dengan pakaian sok keren kayak gitu, aku pastiin bakal kurung kamu di kamar," ancam Ratu membuat Revan mengernyitkan alisnya.
"Buat apa?" heran Revan.
"Ya supaya tidak ada lagi cewek-cewek yang keganjenan sama kamu, kamu tahu enggak sih kalau cewek-cewek di sekolahan ini kebanyakan, suka sama cowok yang penampilannya kamu. Makanya aku mau wanti-wanti banget kamu tampil keren di hadapan mereka," tegur Ratu sembari mengerucutkan bibirnya.
"Hadeh, ini sampai kapan berdebat kayak gini? Udahlah, kamu turun dari mobil. Aku mau ke kantor," usir Revan namun ditolak mentah-mentah, oleh cewek yang masih mengenakan seragam di sebelahnya.
"Aku tidak mau turun, aku ingin ikut kamu ke kantor. Lagian di sekolah juga tidak ada pelajaran, ngapain juga aku lama-lama di sana," ujar Ratu yang tetap duduk di posisinya, tanpa menghiraukan usiran dari calon suaminya.
"Aku ini mau bekerja dan aku tidak mau direpotin siapapun, jadi kamu jangan mengganggu aku kerja. Pak, kita akan antarkan dia pulang." Revan meminta sopirnya untuk mengantarkan Ratu pulang ke rumah dulu, baru setelah itu kembali ke kantor.
"Ihh kenapa malah pulang ke rumah? Padahal aku pengen ikut kamu ke kantor," keukeh Ratu.
Ddrrtt ddrrtt drrt!!
"Mama"
Is calling...
"Halo."
"Sayang, kamu jangan lupa untuk menjemput calon istri kamu dan ajak dia ke rumah."
"Kapan?"
"Kalau bisa sekarang saja, takutnya nanti kalau terlalu siang malah hujan. Sekarang saja sudah mendung, aku tidak mau kalau sampai calon menantuku sakit kalau sampai kehujanan."
"Kita naik mobil, bukan naik motor jadi tidak akan kehujanan."
"Ya kan siapa tahu saja, nanti kalian mampir ke mana dulu gitu terus kehujanan. Pokoknya sekarang kamu jemput dia, Mama sudah siapkan makanan untuknya."
"Iya."
"Kebiasaan banget deh, Mama ngomong panjang kali lebar tapi jawabannya cuman iya."
"Iya, Mama."
"Ck auk ah, Mama tunggu di rumah."
Ratu pura-pura tidak mendengar apapun, padahal dirinya mendengar semuanya. Calon mertua ingin bertemu dengannya, itu berarti Ratu akan diajak ke rumah calon suaminya.
"Pak, kita putar balik, Mama nyuruh kita pulang." Revan berbicara pada supirnya, ia malas kalau harus berbicara dengan wanita di sampingnya, bahkan jarak tempat duduk mereka bisa dibilang sangat jauh tidak seperti calon pengantin pada umumnya yang menempel ke mana-mana.
"Jauh banget sih duduknya? Kayak alergi tahu enggak sama aku?" protes Ratu.
"Memang."
"Aihh ngeselin." Ratu dengan sengaja menggeser pinggulnya, supaya bisa duduk lebih dekat dengan calon suaminya.
"Ihh kamu ngapain duduk deket aku? Sana agak jauhan," usir Revan mendorong wanita di sebelahnya supaya tidak mepet dengannya.
"Kamu kenapa sih dorong-dorong aku kayak, gitu? kayak anti banget sama aku, ingat ya sebentar lagi kita itu akan menikah dan kamu harus terbiasa deket-deket sama aku," tegur Ratu namun tak dihiraukan oleh Revan.
"Kita menikahnya masih lama, jadi untuk sekarang tolong jauh-jauh dari saya," ujar Revan yang kesal ditempelin ulat bulu terus.
"Lagian selama ini tidak pernah ada laki-laki yang menolak duduk dekat sama aku, mereka pasti kebanyakan berebut ingin dekat-dekat sama aku, pengen jadiin aku pacar dari mereka. Tapi kamu dengan sok jual mahalnya, malah nolak untuk aku deketin," protes Ratu dengan hati yang dongkol, karena baru kali ini merasa hina ditolak hanya perkara duduk bersebelahan dengan jarak yang dekat.
Sepanjang perjalanan hanya diisi dengan pertengkaran dari dua insan, yang hanya tinggal beberapa bulan lagi akan melangsungkan pernikahan. Bahkan sang supir dibuat menggelengkan kepalanya, dengan suasana di dalam mobil yang begitu ramai tidak seperti biasanya yang sunyi dan hening.
Revan turun dari mobil terlebih dahulu begitu sudah sampai di halaman rumahnya, tanpa perlu repot-repot membukakan pintu mobil untuk calon istrinya.
"Astaga, ngeselin banget sih jadi cowok? Bisa-bisanya laki-laki kayak gitu mau dinikahin sama aku?" gerutu Ratu.
"Sabar non, memang sifatnya dingin seperti itu kalau terhadap orang asing. Tapi bos saya itu orangnya sangat baik, kamu tidak akan menyesal kalau menikah sama dia nantinya. Kalau kamu bisa memikat hatinya, kamu akan menjadi wanita paling beruntung di dunia ini, namun kamu akan mendapati sikapnya yang sama, kalau kamu tidak bisa memikat hatinya," terang sang supir yang sangat mengenal betul bagaimana karakter bosnya.
"Rasanya sulit untuk mendapatkan hatinya, sampai sekarang saja dia masih dingin kayak gitu," keluh Ratu.
"Hm tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, karena usaha tidak akan menghianati hasil. Apalagi bos saya itu orangnya belum pernah jatuh cinta sama sekali dengan perempuan, kamu memiliki peluang besar untuk bisa membuatnya jatuh cinta. Apalagi nantinya kalian akan tinggal satu rumah, peluang itu akan semakin besar dengan kalian terbiasa bersama," ujar sang supir.
"Apa kalau terbiasa bersama, bisa membuat orang jatuh cinta?" tanya Ratu yang dibalas anggukan oleh sang supir.
"Tentu saja, seiring berjalannya waktu kalau setiap hari bersama rasa sayang itu perlahan-lahan akan tumbuh dan berkembang, kemudian berubah menjadi rasa cinta dan takut kehilangan. Kalian berdua pasti nanti akan merasakannya, tapi saya berpesan sama kamu. Kalau seandainya nanti kamu sudah mendapatkan hatinya, jangan khianati dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun. Orang yang belum pernah jatuh cinta, kemudian merasakan cinta, lalu dipatahkan hatinya karena sesuatu hal, jarang sekali orang-orang seperti itu mau merasakan cinta lagi. Bahkan mungkin ada beberapa dari mereka yang hanya mendengar kata cinta saja, sudah merasa muak saat masuk ke telinganya," nasihat sang supir membuat Ratu melongo.
"Panjang sekali?" gumam Ratu yang belum bisa menangkap seluruh inti nasihat dari sang supir, otaknya masih berusaha keras untuk mencerna.
"Jangan dipaksakan untuk memahami sekarang, perlahan-lahan saja nanti kamu pasti akan mengerti sendiri. Seiring bertambahnya dengan usia, pemikiran kamu nantinya juga akan semakin bertambah soal cinta. Yang terpenting adalah jangan pernah bermain-main dengan cinta, kalau kamu tidak mau mempertanggung jawabkan resikonya," nasihatnya membuat Ratu menganggukkan kepalanya.
Setelah selesai mendapat pencerahan dari sang supir, Ratu menyusul calon suaminya yang sudah dari tadi masuk ke dalam rumah. Entah di mana laki-laki itu berada, bahkan Ratu seperti tamu yang tidak dianggap kehadirannya.
"Ratu? Haii, kamu sudah datang rupanya. Kamu sama siapa, sayang?" tanya Jessica yang melihat calon menantunya memasuki rumah seorang diri.
"Tadi sama, Revan. Tapi aku ditinggal di mobil sendirian, tadi dia udah masuk duluan," adu Ratu membuat Jessica mendengus kesal.
"Aihh anak itu benar-benar menyebalkan, ayok masuk kita makan dulu. Mama, udah nyiapin makanan spesial buat nyambut kedatangan kamu." Jessica berjanji akan memberikan pelajaran pada anak bungsunya.
JANGAN LUPA TINGGALKAN
VOTE DAN COMENT NYA YAAA
TERIMAKASIH!!