Azura mengangkat kopernya dengan kepayahan. Kereta kencana gadis tersebut telah berhenti di depan sebuah asrama yang megah lagi besar.
Ya. Ini adalah Sekolah Elite Para Bangsawan. Sekolah ini bernama Sekolah Danteveleis.
Sekolah ini terdiri dari tiga struktur utama. Yang pertama adalah, bangunan sekolah itu sendiri. Bangunan sekolahnya terdapat pada bagian depan, sangat mentereng dan juga besar.
Lantas, bangunan kedua adalah asrama putri. Dan bangunan ketiga adalah asrama lelaki.
Bangunan asrama putera dan puteri terletak saling berseberangan. Siapapun, tak boleh melintas ke asrama lawan jenisnya, baik malam hari ataupun siang hari.
Azura memandang ke sampingnya. Pangeran Ansell dan Pangeran Parker sudah berdiri dengan gagahnya. Mereka juga memandang ke arah Sekokah Danteveleis ini. Sekolah yang sangat ternama di kerajaan ini.
"Ayo cepat." kata Pangeran Parker.
Mau tak mau, dengan bersungut-sungut, sosok Pangeran Ansell pun berjalan menuju ke arah sekolah. Langkahnya terseok-seok saking malasnya. Melihat Pangeran Ansell yang penuh kemalasan, mau tidak mau Azura merasa prihatin. Dia menawarkan diri, "Pangeran, apakah Pangeran ingin untuk dibawakan koper-kopernya?"
Pangeran Ansell menatap Azura dengan tatap kejam. "Tidak usah."
Dia malah mengangkat kopernya dengan menghentak-hentak karena kesal.
Azura paham betul, kalau Pangeran Ansell juga enggan untuk ada di asrama ini. Bayangkan saja, orang tua mana yang otaknya waras, kalau mereka mengirimkan anaknya yang tengah sakit, berada dalam wabah Horrendum, malah ada di sekolah?
Untuk menetralkan wabah yang menjangkit di tubuhnya saja sudah susah. Kenapa dia harus masuk ke sekolah yang suram ini?
Azura akhirnya mengikuti kedua langkah Pangeran tampan ini. Wajah mereka memang tampan. Seluruh dunia juga mengakui ketampanan mereka.
Sayangnya mereka hanya tampan. Jangan ditanya bagaimana sifat kedua Pangeran ini! Keduanya sangatlah sama; sarkas, kejam, dan juga mengerikan.
Walau tak dapat dipungkiri kalau Pangeran Parker lebih baik dibandingkan majikannya sendiri, Pangeran Ansell.
Sembari berjalan, Azura melihat sekeliling. Bangunan sekolah ini sepi. Bahkan seakan tak ada kehidupan. Meja dan kursinya terlihat lapuk dan berdebu. Untungnya, sinar mentari bersinar terang benderang. Daerah ini bukan tempat yang lembab.
Usai mengeksplorasi sekeliling, tibalah mereka bertiga di Kantor Guru.
Masuklah ketiganya ke sana. Terlihatlah sosok perempuan yang duduk di sana. Seorang Kepala Sekolah bernama Nyonya Inggrid.
Ia memiliki wajah yang tirus dengan pipi yang lancip dan juga mata yang berujung sipit. Untuk itu, di tiap gerakan matanya memiliki nuansa yang kuat dan cukup menakutkan.
Kedua Pangeran sudah duduk di sofa, sementara Azura menautkan tangannya, menunduk dalam di pinggir.
"Aku telah mendengar Keluarga Kerajaan telah datang. Tetapi, aku tak tahu kalau kalian akan datang secepat ini."
Pangeran Parker dengan elegan menjawab, "Kami datang lebih dulu. Kendati demikian, kami juga terlambat bukan?"
"Ya. Semester baru sudah dimulai sejak satu minggu yang lalu. Tetapi tidak masalah. Tidak terlambat untuk memulai pembelajaran ini."
Pangeran Ansell jelas menampilkan wajah malas. Sedangkan Azura sedikit antusias. Apa yang akan dipelajari di kelas nantinya? Apakah dia akan belajar tata bahasa, ilmu alam, dan juga matematika? Atau apa? Ah, Azura sudah tidak sabar lagi untuk ikut ke kelas!
Sosok perempuan bernama Inggrid tersebut berbincang sejenak dengan Pangeran Parker. Sampai akhirnya, ia mengajak mereka bertiga untuk tur keliling sekolah sebentar.
Azura memandang ke sekeliling sekolah. Bangunannya sudah cukup lapuk, tetapi jelas masih mampu berdiri dengan kokoh. Pada bagian tengah, terdapat lapangan yang cukup besar. Diapit oleh bangunan sekolah pada bagian depan, lalu asrama putri di sayap kiri, dan asrama putra di sayap kanan.
"Kuharap, kalian tidak saling berkunjung ke asrama lawan jenis. Aku tahu jika Azura adalah pelayan dari Pangeran Ansell, tetapi peraturan tetaplah peraturan. Tidak ada perlakuan khusus di sini, meskipun seluruh sekolah ini tahu kalian adalah Pangeran."
"Dan perkenalkan, ini adalah Tuan Joe dan Nona Ellin. Dia adalah Ketua Asrama. Kuharap, kalian bisa akrab dengan mereka." ujar Nyonya Inggrid.
Azura menunduk sopan kepadanya sebagai tanda penghormatan. Sayangnya, perempuan bernama Nona Ellin itu terlihat sangat kaku dan juga menyebalkan.
"Sekarang, Nona Ellin dan Tuan Joe akan mengantarkan kalian ke kamar. Silakan masuk ke kamar kalian masing-masing."
Di sanalah, Azura dan para kedua pangeran berpisah. Azura mengikuti langkah tegap Nona Ellin. Entah mengapa, aura Nona Ellin sangat kuat dan juga terasa tidak ramah.
Ternyata, firasat Azura memanglah benar apa adanya. Nona Ellin belum apa-apa sudah menyampaikan. "Peraturan di asrama ini sangatlah ketat. Jangan berpikiran untuk melanggar salah satu peraturan asrama, atau nanti kamu akan menerima konsekuensinya sendiri."
Azura menelan ludahnya. Tampaknya, Nona Ellin tidak akan memberikan ampun sedikit pun kepada orang yang telah melanggar aturan.
Kini, langkah Nona Ellin terhenti.
BRAK.
Kedua sisi pintu terbuka. Terlihatlah, bagian dalam asrama puteri. Azura melangkahkan kakinya dengan wajah terperangah. Kepalanya mendongak.
Di ujung ballroom yang tengah dipijaki olehnya, terdapat tangga memutar yang mencapai ke puncak. Di setiap sisi tangga, tampak beberapa murid yang menggunakan seragam asrama (jubah berwarna hitam gelap) sembari tertawa dengan murid-murid lainnya. Mereka sangat santai dan juga bahagia.
"Kenapa melamun? Ayo cepat."
Azura beralih ke depan, tepat kepada Nona Ellin berdiri. "Ah, iya Nona."
"Aku tahu kalau kamu memiliki hubungan dengan kerajaan. Kalau tidak salah…, posisimu ini pelayan, bukan?"
"Dari usiamu… kulihat kamu juga bekerja untuk Sang Pangeran. Kamu sudah tahu arah pembicaraan ini, bukan?"
Azura hanya meringis. Mana mungkin dia tahu? Dia kan berasal dari bumi. Bukan di dunia antah berantah yang mirip di film ini!
"Aku tidak tahu kamu peduli soal ini atau tidak. Yang jelas, aku tidak akan bersikap segan kepadamu kalau kamu berbuat salah. Dan jangan mentang-mentang kamu dekat dengan Pangeran, kamu bisa mengadukan orang-orang kepada Pangeran."
"Beberapa di antara kami adalah murid magang yang akan bekerja di istana kerajaan. Kami adalah orang terpilih yang nantinya akan mengisi kerajaan. Kedudukan kami sangat penting di sini."
"Dan kamu juga mestinya tahu, sosok sepertimu tak pantas berada di sini."
"Hanya karena kamu pelayan pangeran saja, kamu bisa berada di sini. Mengerti?"
Azura memandang ke arah Nona Ellin secara lurus. Setelah itu …
* * *