Azura tiba di sebuah Paviliun yang paling belakang. Berwarna merah dan juga amat kecil –dibandingkan dengan paviliun-paviliun lain yang menjulang dengan sangat tinggi di kanan dan kirinya.
"Ini adalah Paviliun Pangeran Ansell." kata Penny.
Azura memandang ke Paviliun tersebut. Tak lama kemudian, seorang lelaki muncul dari sana. "Perkenalkan, dia adalah Grritos. Dia akan membantumu mengenalkanmu kepada Pangeran Ansell."
Azura mengiyakan. "Terima kasih, Nyonya Penny."
"Kalau begitu, aku pamit undur diri terlebih dahulu. Tuan Grritos, bersabarlah."
Azura sedikit mengernyit kepada Penny. Tetapi dia memutuskan untuk tak bertanya atas ejekan yang muncul dari Penny.
Detik berikutnya, Azura mengangkat tas jinjingnya. Grritos tak mau membantunya! Grritos adalah lelaki yang memiliki usia hampir sama dengan Flint Roderick. Sekitar akhir 30 tahun an. Masih bugar. Dan ketampanannya juga masih menguar.
Meskipun tidak menutup kemungkinan dia hanyalah om-om yang menjadi seorang pelayan bagi Pangeran Ansell.
Mata Azura menjelajah di Paviliun ini. Ia melihat setiap sisinya.
Lorong ini sangat besar dan tinggi. Desain bagian dalamnya hampir mirip dengan gereja. Tetapi tanpa bangku dan juga mimbar. Kosong.
Dengan bilik-bilik kamar di kanan dan kirinya.
Azura tidak memahami ada berapa ruangan di sini. Mungkin sepuluh? Atau lebih?
Akan tetapi...
Tiba-tiba saja terdengar sebuah teriakan!!
Ini adalah teriakan yang sangat keras!!
"ARGGGGHHH!!"
Sontak Grritos yang awalnya tengah mengantarkannya, langsung panik.
Lelaki itu segera berlari, meninggalkan Azura. Tanpa berkata apa-apa. Azura melongo.
Dia bingung. Dan takut. Bahkan kakinya tidak bisa bergerak lagi. Beku.
"Ya ampun... Apa yang terjadi? Teriakan apa itu tadi?"
Meskipun rasa takut secara sempurna menyelimuti hati Azura. Gadis itu tetap saja penasaran. Tak ada yang bisa menghapuskan rasa penasaran Azura.
Dengan langkah tertatih menimpakan beban tasnya kepada kaki setiap kali berjalan, dan tangan yang mulai kebas memegangi tas jinjingnya, gadis itu menjulurkan kepala penasaran.
Di depan sana, di ujung lorong ini, Grritos melakukan sesuatu. Grritos menyusul orang yang berteriak.
Deg-deg. Deg-deg.
Azura menggigit bibirnya. 'Eh jantung! Tenanglah!!'
"Eh!! Kok kamu malah makin kencang! Kamu adalah milikku, jantung! Jangan deg deg an begini dong!"
Azura berkata sendiri untuk mentralisir debaran kencang yang sarat akan rasa takut tersebut.
Tetapi namanya juga jantung. Mana mungkin bisa punya telinga? Malah menakutkan kalau dia punya telinga, dong!
Walaupun jantungnya berdebar cepat. Meskipun kakinya itu kesakitan dan lagi kaku. Rasanya sudah lemas.
Azura tetap saja gigih untuk mencari tahu.
Berjalan perlahan-lahan...
Sampai akhirnya, dia berada di ujung lorong, membelok ke kiri.
Ketika itulah... Ada sebuah ruangan yang terbuka. Kembali terdengar lagi sebuah raungan yang menggelegar!
"Aaarggggghhh!!"
Azura merinding. Langkah kakinya yang takut takut berubah kian kaku.
Dia menelan ludahnya. Berharap bisa menelan ketakutannya.
Lantas, gadis itu berjalan....
Berjalan...
Berjalan...
Dan terus berjalan...
Ternyata apa yang terjadi???
Dia melihat seorang lelaki yang kurang lebih sama seusianya. Berkisaran usia 17 tahun. Dia menutupi telinganya. Lantas menangis dan jongkok.
Grritos memegangi pundaknya. "Pangeran Ansell!!"
"Pangeran Ansell!!"
"Pangeran!!"
Azura mengerjap penuh dengan kekagetan. Apa katanya?? Pangeran Ansell?? Dia adalah Pangeran Ansell?
Dan Azura harus melayani Pangeran Ansell yang mengerikan ini? Berteriak teriak seperti ini?
Seakan dijatuhi godam yang begitu keras. Azura terperanjat di tempat.
Tasnya terjatuh di bawah.
Matanya membelalak.
Bukan hanya peraturan di istana yang mengekangnya. Bukan hanya Penny yang menyuruhnya supaya berjalan tegap. Bukan hanya keharusan dia menjadi seorang pelayan.
Tetapi.... Dia juga ketiban sial karena mengurus Pangeran Ansell yang mengerikan ini!!
'Tuhan, katakam kepadaku. Apakah ini ujian darimu???' Azura mau menangis. Ia sudah berkaca-kaca.
Tetapi, ketika dia berkaca-kaca, sosok Pangeran Ansel justru menatapnya dengan tatapan mengerikan. Bermata merah dan menggeram selayaknya binatang.
Azura tergeragap di tempat. Gemetaran.
"Aaargggghhh!!" Pangeran Ansell berteriak lagi kepadanya.
Azura... Terduduk di lantai. 'Matikan aku sekarang juga... Bunuh aku daripada aku berada dalam dunia mengerikan ini!!!!'
Azura berteriak dalam hatinya. Meminta kepada Tuhan yang telah memasukkan ke dalam dunia aneh ini.
Tapi apa dayanya??
Tuhan masih ingin mengujinya. Dia... Tak akan keluar dari sana dalam jangka waktu sebentar!!
'Tolong! Aku akan menjadi santapan Pangeran ku sendiri!'
* * *