Cahaya matahari pagi menyelinap lembut melalui teralis jendela. Menyisakan kehangatan di kulit Azura. Perempuan itu sedikit membuka matanya. Dia tergeragap tatkala berada dalam pelukan seseorang. Bergelung di sana.
Azura menelan ludahnya. Dia menatap ke arah depan. Ia tahu betul siapa lelaki yang tengah memeluknya. Ya, dia adalah Pangeran Ansell!!
Azura memutar kilas balik kenangan antara dirinya dan Pangeran Ansell. 'Apa yang terjadi terakhir kali?'
Menggigit bibirnya, mencoba untuk mengingat-ingat dengan baik semuanya.
Kemarin, Azura bangun. Lalu, Azura mendengar suara serangan. Kemudian, dia datang ke kamar Pangeran Ansell. Dan menenangkannya.
Ketika akan pergi, Pangeran Ansell tanpa sadar mencegatnya.
'Dan… dan… dan aku ketiduran di sini?!!!' batin Azura terkejut bukan main. Astaga naga! Dia ketiduran. Di. Ranjang. Pangeran. Ansell!
Bayangkan. Dia ketiiduran di ranjang Pangeran Ansell! Apa yang terjadi kalau si Pangeran Es, Pangeran Kulkas, yang menyebalkannya sampai ke langit ke tujuh ini bangun?
Dia pasti nanti akan senewen bukan main!
Oleh karenanya, Azura langsung bangkit perlahan dari sana. 'Ingat, perlahan-lahan, supaya aku tidak membangunkannya.'
Azura menurunkan kepalanya supaya keluar dari selingkung rangkulan Pangeran Ansell. Menggelosor turun, turun, turun, dan turun …
Sampai lelaki itu bergerak. "Ergh…"
Azura menutup matanya otomatis. Apa kabar buruknya sekarang?! Ternyata, Pangeran Ansell terbangun!!!
Bukan hanya terbangun sesaat saja, dia malah bergerak. Mengubah posisi tangannya. Lantas, dia duduk. "Ini … kenapa …"
Pangeran Ansell sepertinya linglung. Ya tentu saja dia linglung. Terkena serangan hebat seperti itu, siapa yang tidak kaget?
Apalagi, pakaiannya masih tercakar-cakar, Azura belum sempat menggantinya. Bagaimana mau menggantinya, untuk menenangkannya saja susah sekali! Apalagi kalau Azura harus sampai melepas pakaiannya! Ouch! Bisa-bisa dia yang terkena cakaran dari Pangeran Ansell!!
Dan apa yang terjadi selanjutnya sangat mencengangkan!! Tanpa aba-aba, Pangeran Ansell justr berteriak dengan sangat keras. "Apa yang kamu lakukan di sini?!"
"BANGUN!!"
"BANGUNNN!" Dia mengguncang-guncang tubuh Azura dengan sangat mudah. Azura yang semula berpura-pura tidur, akhirnya membuka mata juga. Gadis tersebut mengucek matanya perlahan, berusaha bersikap natural, seakan benar-benar baru bangun tidur.
Dan ketika membuka matanya … dilihat wajah marah dari Pangeran Ansell!! "Apa yang kamu lakukan di sini?!"
"Kenapa kamu di atas ranjangku!!"
Azura tergeragap. "Ma, maafkan aku, Pangeran Ansell. Aku… aku… aku sungguh tidak bermaksud apa pun. Aku … aku sungguh ingin …"
Azura mencoba untuk tidak banyak berkata-kata. Akan tetapi, agaknya semuanya percuma. Bagaimana mungkin Pangeran Ansell bisa bersikap biasa saja, padahal lelaki itu memang sangat kesal kepadanya?
Azura menelan ludahnya sendiri.
Sementara Pangeran Ansell … "PERGI DARI KAMARKU SEKARANG JUGA!!"
"PERGI!!!"
Azura langsung diusir dari kamar Pangeran Ansel!! "Pangeran!!"
"Aku tidak mau tahu, keluar dari sini sekarang juga!!"
Dengan kekuatan Pangeran Ansell yang sangat besar, dia menyeret tangan Azura! SRETTT!! Dia mendorong Azura keluar dari kamarnya.
JBLAK!
Kamar Pangeran Ansell pun ditutup rapat oleh Azura. Lelaki tersebut tidak memberikan akses masuk kepada Azura sedikit pun!
Sedangkan Azura hanya tertegun melihat pintu jati yang ditutup di depannya. Setengah hatinya menggerutu. 'Apa yang dia lakukan? Kenapa dia berbuat semena-mena kepadaku??!'
Azura tidak pernah menyangka kalau dia akan bertemu manusia menyebalkan bentukan Pangeran Ansell. 'Mimpi apa aku, sampai menemui manusia semacam dia! Ck ck ck ck ck!'
* * *
SUARA TAPAK KAKI KUDA!! Azura memburu nyalang ke arah pintu. Ketika suara tapak kaki kuda tersebut muncul di hadapan mereka. Suara tapak kaki kuda itu jelas dari Grritos! Siapa coba yanga akan menaiki kuda kalau bukan Grritos, sampai ke depan paviliun?
Oleh karenanya, Azura berlari kepada Grritos. Lelaki berkuncir rendah itu kaget karena ada Azura yang menyongsong di depan pintu masuk paviliun. "Lho? Kenapa kamu ada di sini?"
"Kenapa kamu ada di sini? Tuan Grritos tidak berhak untuk bertanya kepadaku. Karena … akulah yang mestinya bertanya lebih dulu kepada Tuan Grritos!!"
"Akulah yang mestinya bertanya kepada Tuan Grritos … Kenapa … Tuan Grritos pulang terlambat?"
"Ada banyak hal yang harus aku urus sebelumnya."
"Bagaimana sakit adikmu?"
"Dia sudah jauh lebih baik."
Azura menghela napas panjangnya … 'Sabar, sabar, sabar … dan sabar …'
Karena kekesalannya kepada Grritos, Azura berkata juga. "Aku kesal dengan Tuan Grritos karena pergi terlalu lama. Dan Tuan Grritos tahu apa yang terjadi? Di hari ini, Pangeran Ansell serangan."
"Lalu? Bagaimana? Aku tahu, pada pagi hari Pangeran Ansell rentan terkena serangan. Akan tetapi, baru saja kemarin dia terkena serangan. Aku kira, hari ini dia tidak akan terkena serangan."
Wajah Grritos berubah panik. Lelaki usia tiga puluhan tersebut langsung berjalan cepat menuju kamar Pangeran Ansell. Azura mengikutinya di belakang, sengaja menyembunyikan dirinya di belakang tubuh Grritos saat masuk ke dalam ruangan Pangeran Ansell.
Dan ketika Grritos kembali … Wajah Pangeran Ansell marah total. Paling marah, sangat marah, seumur hidup Grritos tinggal di Paviliun Pangeran Ansell ini.
"Pa, pangeran Ansell …."
"Grritos … Tahukah kamu apa yang sudah kamu lakukan?"
"Kamu … pergi ke mana?"
Grritos menelan ludahnya. Dia siap untuk dimarahi oleh Pangeran Ansell kali ini.
* * *
Jujur saja, Azura memilih untuk mundur keluar dari kamar Pangeran Ansell. Perempuan itu takut kalau dia harus menghadapi Pangeran Ansell yang mengamuk-amuk.
Pangeran Ansell adalah sosok yang kuat lagi tangguh. Walaupun mungkin dia sangat pucat dan kurus, Pangeran Ansell memiliki kekuatan fisik yang cukup bagus. Maka dari itu, tidak heran kalau dia sampai bisa mencakar tubuhnya sendiri.
Azura meringis. 'Mungkin seharusnya aku memotong kukunya besok.'
Azura meyakinkan itu dalam hati.
Sayup-sayup, Azura mendengar Pangeran Ansell memarahi Grritos.
Sejatinya, meskipun Pangeran Ansell berusia lebih muda dari Grritos, lelaki tersebut berkedudukan sebagai Pangeran. Posisinya penting di Kerajaan Arthus. Tak mengherankan kalau Pangeran Ansell sejak kecil dibentuk menjadi seseorang yang kuat.
Dia dibentuk menjadi anak yang berani untuk memimpin. Menyatakan kalau orang lain salah, tanpa memikirkan perasaan mereka.
Laki-laki tangguh yang berpikir berlandaskan logika.
Azura menghela napasnya. Dia memandang ke luar, pada jendela. Entah keberapa kalinya, hujan turun.
'Kenapa … hidup di Kerajaan Arthus ini menyulitkan sekali?'
Walaupun Azura juga tahu, kehidupannya di bumi dulu juga biasa saja. Tetapi, di kehidupannya yang biasa saja, Azura tidak perlu pusing memikirkan negara. Sementara sekarang …
Azura mengembuskan napasnya lagi. 'Aku terlibat dalam urusan kerajaan.'
'Dan aku … aku harus mampu menghadapi Pangeran Ansell yang angkuh dan sok tak butuh bantuan. Padahal, dia membutuhkannya.'
'Bagaimana caranya supaya Pangeran Ansell tidak marah kepadaku dan juga menghormati Tuan Grritos? Kasihan Tuan Grritos…' batin Azura mengambang, mendengar suara dari Pangeran Ansell yang memaki Grritos dalam tugasnya.
* * *