"Oh ya, ini sisa uang harta gono gini anda setelah bercerai dengan Roy. Hanya ini yang bisa kau terima," jelas pengacara yang menyerahkan uang tunai satu juta rupiah kepada Agnes yang diam seribu bahasa.
Agnes tidak terima, ia hanya diam seribu bahasa. sehingga pengacara itu hanya meletakkan di samping ranjang Agnes.
"Untuk harta lain, anda tidak punya hak atau menuntut. Apalagi sampai di laporkan kepada polisi," jelas pengacara yang langsung pergi dari kamar Agnes.
Setelah pengacara pergi, David masuk ke dalam ruangan. Ia melirik amplok putih yang terlihat 10 lembar uang merah ke pink. Dalam hati, David mencibir keserakahan dan ke pelikkan keluarga Martin yang sungguh perhitungan terhadap menantu sediri yang kini berstatus mantan menantu. Setelah di paksa cerai.
David duduk di depan Agnes, kemudian mencari topik pembicaraan.
"Rencana tinggal di mana?" tanya David yang menyerahkan makan siang kepada Agnes. Karena ia bertugas sebagai pengantar makanan ke pasien.
Agnes nemutar matanya ke arah David yang menyantap makanan rumah sakit.
"Sorry aku makan dulu. Soalnya sangat kelaparan," jelas David yang sungguh-sungguh kelaparan.
Agnes menahan tawanya. Kemudian bersuara.
"Cari rumah susun murah," ucap Agnes yang menghela nafas pajangnya, setelah melihat uang satu juta untuk hidup di Jakarta. Bahkan ia tidak bisa menghubungi keluarganya karena tidak punya ponsel.
David tertiba teringat satu iklan yang sering muncul di ponselnya, ia segera mencarinya dan memperlihatkan pada Agnes.
"Ini ada yang kontrakkan apertemen secara murah meriah, tapi wajib mengurus semua peralatan di dalamnya. Apa kau tertarik?" tanya David yang tidak membaca tulisan para komentar para netizen mengenai tempat tersebut.
"Boleh," jawab Agnes datar, tanpa melihat ke arah layar ponsel dan David menuliskan alamatnya serta nomor ponsel yang tertera di dalamnya.
"Oh ya Dok, boleh minta tolong belikan ponsel murah dengan uang satu juta ini. Aku hanya ingin kasih tahu orangtuaku, bahwa aku baik-baik saja dan mereka tidak perlu cemas dengan keandaan aku di sini. Jadi aku bisa lebih menenangkan diri," tanya Agnes melihat ke arah dokter David yang hendak pergi dari ruangan kamarnya.
"Tentu saja," balas David yang menarik lima ratus ribu rupiah dari amplok putih tersebut dan menyisahkan lima ratus di dalam amplok.
"Terima kasih," ucap Agnes dengan senyuman tipis.
"Sama-sama," balas David yang langsung pergi dari ruangan pasien.
Saat pulang kerja, David mampir ke salah satu konter ponsel yang biasa diskon ponsel murah meriah. Terutama ponsel merk China harganya selalu miring dan sangat miring gila-gilaan. Saat seri baru keluar, maka seri lama akan jatuh harga dasyat.
Dengan harga lima ratus ribu, David berhasil mendapatkan ponsel 8GB dan koneksi internet 5G. sehingga akan mempermudah Agnes untuk mencari usaha lain melalui ponsel. Seperti menjual barang di Sh*pee atau aplikasi lainnya. Semua tergantung keahlian Agnes, yang penting ia sudah menyediahkan ponsel semi canggih kepada Agnes.
***
Paginya, Agnes bersiap-siap keluar dari rumah sakit. Karena dokter sudah mengizinkan dirinya keluar. Tepatnya di usir keluar dengan biaya rumah sakit yang di keluarkan pihak Martin, Roy dan Gisela sudah habis semuanya selama sebulan lebih.
David yang kasihan, ia membayar dua hari biaya rumah sakit Agnes dengan uangnya sendiri. Kemudian membujuk Agnes untuk keluar dua hari lagi. awalnya Agnes menolak, tapi David menunjukkan bukti pembayaran yang sudah terlanjur di bayar.
"Tolong biarkan aku mencicilnya di bulan berikutnya," ucap Agnes memohon.
"Santai saja, sekarang fokus rawat dirimu. Katanya tidak mau membuat keluarga di kampung cemas. Tapi ini?" cercah David yang menyerahkan satu kotak berisi ponsel brand Oppo kepada Agnes.
"Maaf," lirih Agnes yang merasa tidak enak hati.
"Jika tidak mau mendengarkan dan istirahat sebaik-baiknya, aku kenakan bunga di hutangmu!" ancam David dengan candaannya.
Wajah Agnes memucat seketika.
"Aku bercanda he he dan aku harus kembali kerja. Jangan lupa hubungi yang punya nomor yang menyewakan apertemen murah meriah itu," ucap David dengan senyuman ramah seorang dokter.
Agnes menganggukkan kepalanya, ia segera mengatur ponselnya dan tetiba ia ingat tidak kartu indentitas diri yang ia pegang saat ini. Tapi berapa foto ktp, sim dan sebagainya masih tersimpan di file email. Agnes membuka emailnya dan memasukkan semua data dirinya.
Sesaat Agnes yakin, semua barangnya di rumah pasti sudah di musnahkan sama Roy dan ibu mertuanya dengan cara di buang ke tempat sampah atau di bakar.
Anna yang hendak menyingkirkan semua pakaian Agnes dari dalam lemari Roy. Langsung di cegah oleh Roy.
"Tolong jangan usik kamarku, aku tidak ingin ada perubahan apapun di dalam?" ucap Roy menekan.
"Untuk apa semua kau pertahankan, wanita itu sudah jadi mantan istrimu?" cercah Anna berkacak pinggang.
"Aku tahu, tapi hanya untuk menghindari pemberitaan dadakan. Yang bisa-bisa di di ungkit oleh awak media. Kamar ini untuk sementara tidak di kosongkan, jadi pas ada berita tersebut. Kita bisa menunjukkan pada awak media. Bahwa Agnes kita tempatkan di kamar yang baik, tidak seperti pemberitaan miring yang akan semakin memancing banyak pihak yang bisa mencari tahu apa yang terjadi di dalam rumah ini," jelas Roy.
Anna terdiam dengan tubuh gemetar. Ia lupa dengan ancaman Martin untuk tidak otak-atik barang Agnes yang masih ada untuk berjaga-jaga di masa depan. Kalau ada wartawan iseng yang mengangkat kasus ke rana publik. yang akhirnya akan menyeret dirinya dan Gisela ke dalam sel penjara.
Dengan wajah kesal, Anna keluar dari kamar Roy. Sedangkan Roy memindahkan semua pakaiannya seperti perkataan ayahnya untuk menghindari kecurigaan orang lain sewaktu-waktu.
Saat Roy memindahkan barangnya, ia melihat satu kotak ukuran sedang yang menarik perhatiannya. Roy segera membuka kotak tersebut yang berisi banyak accessories murah yang dulu ia berikan kepada Agnes di masa-masa mereka masih di kampung dan semua tersimpan dengan baik.