Melihat Vlam masih diam berpikir. Kelvin Zhong kembali bersuara.
"Mungkin lebih baik kau biarkan saja janda kembang itu sendirian, ada kalanya ada orang yang memang ingin sendirian setelah apa yang ia alami selama ini."
Vlam melihat ke arah Kelvin Zhong yang seolah memihak janda kembang tahu itu.
"Kau menyukainya? Atau jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanya Vlam dengan memicingkan matanya.
"Otakmu kenapa makin menurun aja, kau tahu sendiri aku masih belum bisa move on dengan perpisahan dengan Clara."
"Hmmmm, salahmu sih. Walau ia fans beratmu tapi kau menyakitinya sampai separah itu, wanita mana yang tidak akan pergi setelah kau permainkan. Apalagi dia sangat lugu saat itu," cibir Vlam dengan nada menghinanya.
Kelvin Zhong mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Bayang-bayang Clara yang mengatakan kalimat menusuk hatinya masih tergiang-giang di benaknya.
"Kita tidak akan ketemu lagi untuk selamanya, walau di dalam neraka sekalipun. Itulah kata Clara padamu," ucap Vlam yang tidak ingin ikut campur banyak dalam urusan asmara sahabatnya.
Vlam sudah berjanji pada Clara, sampai matipun ia tidak akan mengatakan di mana keberadaan Clara selama ini kepada Kelvin Zhong. Karena semua ini demi masa depan James.
"Mati," gumam Vlam tidak jelas. Ia baru sadar, jika ia sudah lama mati dan jiwanya yang tersesat di dunia.
Kelvin Zhong melihat Vlam tetiba menghilang dari dalam ruangan kantornya. Ia hanya bisa menghela nafas panjang.
***
Di apertemen, Vlam melihat wanita kembang tahu yang ia namai barusan. Sedang duduk berlinang air mata dengan kedua mata menatap ke layar tv di mana acara membahas ibu dan tumbuh kembang anak.
Tetiba Vlam terpikir apa yang di katakan oleh Kelvin Zhong barusan. Setiap orang punya masalah dan ada kalanya mereka ingin sendirian karena tidak bisa membagi rasa itu kepada orang yang tidak mereka pahami.
"Kau ini punya masalah apa sih, sampai kayak gini?" ucap Vlam yang ikutan duduk di samping Agnes.
Seperti biasa, Agnes selalu menulikan telinganya. Ia segera menghapus air matanya dengan telapak tangan dan berdiri untuk memasak makan malam.
Vlam memijit-mijit dahinya. Ia sungguh pusing menghadapi masalah wanita, dulu karena wanita juga ia menjadi seperti ini. Mati dengan konyol dan wanita itu hidup bahagia denga pria lain.
"Sial, hari ini kenapa banyak masalah sedih. Aku kan tidak mau mengingatnya," umpat Vlam yang memilih kembali ke dalam cermin.
Ujung mata Agnes melirik bayangan transparan putih itu masuk ke dalam kaca. Ia hanya bisa berkata dalam hati, "Maaf."
Selesai memasak, Agnes mengotak atik ponselnya dengan mencari lowongan kerja yang bisa ia kerjakan. Banyak pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Tapi ia tidak mau melakukannya, karena banyak pelecehan dalam kasus pembantu rumah tangga. Apalagi statusnya saat ini adalah seorang janda. yang semakin bisa kena tuduh lebih banyak hal.
Pikiran Agnes berkelana di masa lalu, saat ia masih kecil. Ia ingin menjad seorang desener perhiasan.
"Aku akan mencoba mengasah bakat yang dulu terpedam," seru Agnes dengan semangat tinggi.
Agnes memperlajari berapa aplikasi yang membahas soal desain dengan ponsel, tapi karena poselnya tipe lama. Agnes kembali kecewa, tapi ia tetiba teringat ada laptop di dalam kamar. yang sudah lama tidak tersentuh.
Agnes segera mengirimkan pesan untuk Kelvin Zhong untuk meminta izin memakai laptop tersebut.
"Hmmm, boleh saja kau pakai. Tapi besok aku bantu kamu instalkan berapa program yang kamu mau, bagaimana? sehingga kau bisa belajar lebih cepat," tawar Kelvin Zhong yang berbaik hati kepada Agnes.
"Boleh, terima kasih atas bantuannya."
"Sama-sama," balas Kelvin Zhong menutup ponselnya. Kemudian ia melihat jadwal untuk kembali ke Singapura. Karena ia harus mengunjungi ibunya yang kini di rawat di rumah sakit jiwa.
***
Di kediaman Martin, Roy kadang suka memanggil nama Agnes selama sebulan ini tanpa sengaja. Walau ia tahu, istri keduanya sudah tidak ada di rumah lagi.
"Kenapa masih saja kau panggil nama wanita sialan itu," decak Anna yang merasa makan malamnya terganggu karena nama menantu tidak sederajatnya.
Roy tidak bergeming, Gisela yang melihat suasana tidak baik. Ia segera bersuara dengan membahas soal produk yang ia iklanin berapa hari lalu.
Anna yang suka cosmetic mahal dan mewah, langsung ikut dalam pembahasan Gisela dengan maksud meminta produk cosmetic yang di iklankan oleh Gisela secara gratis.
"Besok aku kasih ibu mertua satu set," tawar Gisela yang ramah.
"Ini baru calon menantu ibu, tidak seperti Agnes yang tidak bisa kasih ibu barang mewah dan hanya bisa mempermalukan nama keluarga kita."
Roy menajamkan matanya kepada ibunya yang materliastik terhadap barang mewah dan memuji-muji Gisela. seolah Gisela yang terbaik daripada semua wanita yang mendekatinya.
"Waktunya makan, bukan untuk ribut. Apa kalian bisa sadar diri," ucap Martin yang tidak suka, saat makan malam membahas hal yang di luar topik pembicaraan.
Kedua wanita saling melihat satu sama lain, mereka saling senyum tipis. seolah menganggap apa yang di katakan oleh Martin sebagai angin lalu.
"Jangan di simpan di dalam hati," bisik Anna kepada Gisela.
Gisela menampakkan senyuman manisnya.
acara makan malam berlangsung singkat, Gisela masih tidak menunjukkan tanda-tanda ia akan pulang kediamannya. sebaliknya memilih tidur dengan Rosa. putrinya dengan Martin.
"Mom, kok kita tidak tidur di kasur Daddy?" tanya Rosa yang heran dengan hubungan kedua orant tuanya.
"Coba kamu tanya Daddy boleh tidak?" balas Gisela yang mengelus kepala Rosa dengan elusan halus.
"Kalau begitu, aku tanya Daddy dulu. daripada Mom dan Daddy tidur terpisah," ucap Rosa yang berlari ke arah kamar sang ayah.
Roy melihat kedatangan anaknya yang menampakan wajah bahagia.
"Ada apa?" tanya Roy yang mengendong Rosa untuk duduk di sampingnya.
"Aku ingin Mom tidur sama Daddy dan aku tidur di tengah," ucap Rosa yang mengatakan apa keinginanya.
Roy agak ragu, tapi karena ada Rosa di tengah. ia pun setuju dengan apa yang di katakan oleh Rosa,
"Horeee..." seru Rosa dengan suara bahagianya. ia berlari ke luar kamar sang ayah untuk menjemput ibunya untuk tidur barengan dengan ayahnya.
Gisela menampakkan wajah malunya di depan Roy yang bersikap datar.
"Ini demi Rosa," ucap Gisela yang bersikap polos, seolah-olah semua ini ia lakukan demi anaknya.
Roy tidak banyak berkomentar, ia segera berbaring di samping Rosa dan juga merupakan orang pertama yang tidur duluan.
Gisela memandangi wajah Roy yang tertidur lelap. ia semakin beramisi untuk bisa kembali bersama dengan Roy. walau melakukan hal tidak terpuji sekalipun.
"Kita akan menjadi satu keluarga lagi," batin Gisela.