Buk buk buk buk
Agnes melayangkan pukulan bertubi-tubi pada dada bidang Roy.
"Sialan kau Mas, aku masih hidup kau sudah selingkuh dengan mantan istri. Kalian berdua benar-benar pasangan tidak tahu malu," maki Agnes yang dengan penuh kemarahannya.
Antara marah dan sedih, Roy langsung menarik tubuh Agnes kedalam dekapannya. Ia membiarkan istrinya terus menagis histeris.
Takut akan ketahuan para pemburu berita, Gisela langsung menutup pintu rapat-rapat dan golden juga di turunkan. Ia merceh Agnes yang hampir menghancurkan imejnya ke artisannya. Jika sampai ada yang tahu, dialah dalang orang ketiga dalam hubungan Roy dan Agnes. bisa-bisa ia yang kena bully senetizen indonesia.
Gisela langsung membawa Rose ke dalam kamar, walau Rose sempat tidak mau terima. Gisela masih berusaha menjelaskan agar Rose dapat paham dengan apa yang terjadi.
Melihat kanan kiri sudah sepi, Gisela mulai bersuara.
"Jika mau mommy kembali ke sini, kamu harus diam dan dengar apa kata Mommy. Paham?" ucap Gisela yang mengajari anaknya yang tidak baik untuk bisa kembali bersama Roy.
Rose menganggukkan kepala, seolah ia paham dan mengikuti apa kata ibunya.
***
Di ruang tamu, Roy langsung memopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar. Karena Agnes tetiba tidak sadarkan diri saat menangis histeris. Ada rasa takut di hati Roy, sehingga ia membersihkan wajah Agnes yang basah oleh air mata dengan tissu. Kemudian memangil dokter untuk datang kerumah secara diam-diam lewat bagian belakang. Tidak lupa ia minta dokter yang sekaligus temannya untuk memakai baju biasa. Karena tidak ingin ketahuan para pemburu berita yang semakin ngencar-ngencar memburu berita dirinya dan Gisela berapa hari ini.
Dokter bernama David, akhirnya datang kerumah Roy dengan menghela nafas panjang. Karena banyaknya awak media yang rajin bertahan di cuaca panas terik seperti ini.
"Busyet, tahan benar mereka berjemur berjam-jam seperti sotong. Salut aku," ucap David yang masih mengintip para awak media dari balik jendela.
"Ya gitu deh, namanya juga pemburu berita. Tak dapat berita hot, tak sah namanya. Jadi tidak perlu heran," balas Roy dengan mengedikkan kedua bahunya yang menunjukkan sikap acuh tak acuhnya kepada David.
David hanya mengeleng-ngelengkan kepalanya, melihat tingkah Roy yang kelewatan sangat tenang. Seakan tidak merasa bersalah pada Agnes yang kini menjadi istri Roy.
"Oh ya, kau minta aku kesini karena apa?" tanya David yang penasaran.
"Mau minta kau periksa keandaan Agnes, dia tiba-tiba pingsan. Aku cemas denga keandaanya," balas Roy dengan nada bersalahnya.
"Cemas, apa aku tidak salah dengar. Jika mau cemas dari dulu kali, tidak sampai para awak media di depan rumah lue kayak lebah hitam yang menjaga sarang madunya."
Roy menangkapi perkataan David dengan masa bodoh.
David sudah malas berkata-kata lagi, ia hanya megikuti Roy menaiki anak tangga menuju lantai dua, kemudian masuk ke dalam kamar utama. Mata David terbelalak melihat kondisi Agnes yang mengenaskan. Berapa memar nampak di pipinya, bahkan penampilannya lebih mirip pembantu yang tertindas daripada seorang istri yang di sayangi suami.
"Roy, saranku. Lebih baik kau ceraikan saja dia. Daripada kalian menyiksa dia seperti ini, nanti kena pasal belapis soal hukum. Kan bisa gawat," saran David yang duduk di samping ranjang.
Melihat kondisi Agnes seperti itu, ada rasa iba dan kasihan kepada Agnes yang sangat menyedihkan. karena setahu David, saat Agnes masuk kerumah Roy sebagai istri dengan tubuh berisi. Bukan sebagai pembantu rumah tangga yang tertindas. Yang memiliki tubuh cekung dan kedua pipi tirusnya.
"Cerai, aku belum ada niat cerai. Gosip tentangku masih marak di media social, mana mungkin aku cerai secepat itu," cetus Roy dengan nada santainya.
David tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya berdoa. Semoga Roy di bukakan pintu hatinya yang memanfaatkan kepolosan Agnes untuk tujuan tidak baik.
"Aku yakin kau akan menyesal suatu saat dengan kata-katamu barusan itu."
"Ya ellah, tak bakal kali nyesal. Toh aku tidak ada cinta sama Agnes. dia hanya peganti Gisela untuk menangkal gossip yang aku persiapkan secara diam-diam," jelas Roy dengan santainya. Tanpa mengetahui semua perkataannya telah di dengar oleh Agnes yang mulai sadarkan diri.
David hanya diam, ia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan rumah tangga orang. Yang penting ia sudah menasehati sahabatnya yang bodoh ini. Agar cepat sadar diri, tapi sahabatnya entah kenapa makin bebal dan keras kepala.
"Jadi kau akan ceraikan dia kapan?" tanya David tetiba. Yang mengulangi perkataan barusan.
"Mungkin tak lama lagi atau minggu depan, pokoknya secepatnya deh. Aku muak lihat wajahnya, kelakuannya yang ampun banget mirip orang kampung tidak berpendidikan. Malu banget aku, saat harus membawa dia jalan-jalan keluar. Mau taruh di mana wajahku ini," cerocos Roy yang bersibuk sedirian.
Sedangkan David sudah berwajah pucat pasih, ketika melihat Agnes sudah sadarkan diri. Ia secepatnya memeriksa Agnes dan berharap segera pergi dari sini. Sebelum di seret dalam pertengkaran rumah tangga dan besok namanya akan menguap di media social yang akan pengaruh pada karirnya.
Selesai memeriksa Agnes, David melihat ke arah Roy yang sudah selesai cerocos dan berkacak pinggang.
"Dia hamil, di perkirakan sudah dua bulan lebih. Jadi bagaimana," ucap David yang membuat Roy terkejut bukan main. Ia tidak ada rencana untuk mempunyai anak dari wanita miskin, jelek, kumuh, bau dapur seperti Agnes.
"APEEE? Kau tidak bercandakan?" tanya Roy dengan suara nyaring dan tidak percaya.
"Tidak, Agnes sedang hamil dan ini merupakan gejala awalnya. Belum memasuki tahap selanjutnya," jelas David yang meletakkan berapa peralatan kedokteran dan mulai menulis resep obat berupa vitamin.
"Ini resepnya, lebih baik kau pergi beli untuk istrimu!" perintah David dengan menyerahkan kertas resep obat kepada Roy.
"Resep kepala kau, aku tidak mengharapkan anak haram itu. anakku hanya Rose dengan Gisela," pekik Roy dengan menarik kertas dari tangan David dan meremasnya menjadi bentuk bola. Kemudian melemparkan ke wajah David secara kasar.
David yang habis emosi, langsung berdiri dari tempat duduk. Ia berjalan melewati Roy.
"Suatu saat jangan pernah mencariku lagi, saat kau sudah menyesal. Ingat itu," ucap David yang melangkah sampai pintu kamar.
"Ngak perlu kau ingatin deh, aku tak akan nyusahin dirimu. Jadi cowok baperan amat sih," celoteh Roy yang ikut keluar dari dalam kamar. Ia tidak perduli dengan Agnes yang sudah sadarkan diri.
Agnes mengusap perutnya yang masih rata dengan air mata berlinang. Ternyata alasan Roy menikahinya bukan karena cinta tapi sebagai alat untuk menekan pemberitaan.