Sepeninggal Davio, 3 lelaki yang menjadi pengamat dari sudut jendela mengendap masuk ke kamar rawat Anya.
Nathan, Hilary dan Alfian masuk secara berurutan, Nathan mengambil alih kursi yang tadi diduduki Davio, Alfian memilih untuk duduk di sofa dan mengamati dari kejauhan.
Berbeda dengan Hilary yang terpaku dengan posisi berdiri.
"Ngapain masang ekspresi kaya gitu? Apa kak Davio udah masang mantra beku khusus lo di kamar ini?" komentar Alfian berupa tanya.
Hilary menggeleng pelan dengan tatapan mata bertumpu pada satu titik.
"Terus?" tanya Alfian lagi, kali ini dengan kerutan samar di dahinya.
Hilary tersenyum kecut, berjalan pelan ke arah Nathan lalu mengusap lembut sprei putih yang lembab. "Gue kira kak Davio cuma nangis bentaran, ternyata engga," bisik Hilary. "Kali ini, gue bener-bener berharap bisa jadi teman dekatnya yang dia sayangi. Kalo gue sakit, dia bakal cemas. Tapi keknya, harapan gue berlebihan deh.." celoteh Hilary.