Vando menyalakan laptopnya, matanya menyipit menatap layar laptopnya yang di matanya terlalu terang. Kepalanya pusing, seperti biasa, migrain menyerangnya tanpa ampun. Ia meraih gela yang berada tepat di samping vas bunga, lalu menuangkan teko air yang memang sudah tersedia di sana.
Ia menghabiskan isinya dalam sekali minum.
Selarut ini, ia masih terjaga. Ia sedang berada di ruang kerja, berniat mengeprint catatan yang tadi ia ketik.
———
Mudah sekali menggambar dirimu, tinggal tarik garis dan asal coret, replika dirimu pun jadi. Tapi berbeda dengan perasaan, ketika garis-garis itu mulai kutarik. Campur aduk dan begitu berantakan.
Aku ingat gerak tanganku berhenti ketika aku akan menggambar liontin kalung mu. Iya, liontin yang bagi orang tampak tak penting, tapi bagiku sangat berguna untuk mengartikan siapa sebenarnya dirimu untukku.