Ella mengepalkan tangannya dan berjalan ke sisi Budi. Sambil menatapnya, ia bertanya, "Apakah kamu menyesalinya?"
"Iya. Aku benar-benar menyesalinya!" Budi mengangguk penuh semangat dan meraih tangan Ella, "Ella, sekarang, di dunia ini, aku hanya satu-satunya keluargamu yang tersisa. Aku harap kamu bisa bahagia. Mengenai perusahaan ... Aku sudah tua dan harus pensiun. Aku hanya bisa mengandalkan putriku untuk menghidupi orang tua di masa depan."
Sambil mengucapkan semua kata-kata munafik itu, ia mengamati ekspresi Ella, berusaha mencari tahu apakah Ella percaya dengan omong kosongnya atau tidak.
Sayangnya, Ella tidak semudah itu untuk mempercayai Budi lagi. Ella menarik tangannya dengan acuh tak acuh.
"Kalau memang ayah berpikiran seperti itu, sebaiknya kita siapkan prosedur pemindahan sahamnya lebih cepat."
Ia melangkah mundur dan menoleh untuk memandang ke arah Budi, "Aku membiayaimu … Apakah kamu pikir kamu layak mendapatkannya?" bisiknya dengan enggan.