Keesokan paginya, Merry membangunkan Ella, mengetuk pintu kamarnya dengan anggun.
Ella membuka pintu dengan malas. Saat melihat Merry, ia menguap lebar-lebar seolah tidak menganggap orang yang ada di hadapannya. Sikap itu membuat Merry merasa kesal, tetapi ia tetap tersenyum di depan Ella.
"Ayo kita turun dan sarapan," kata Merry dengan lembut. Sikapnya itu seperti seorang ibu tiri yang menyayangi putri tirinya seperti putrinya sendiri.
"Hmm …" Ella memandangnya dan bertanya. "Apakah kamu yang menyiapkan makanannya?"
Tidak tahu apa alasan Ella menanyakan hal itu sehingga Merry menjawabnya dengan jujur. Ia tidak
"Ohh, begitu ya?" Ella sengaja mengulur kata-katanya dengan cukup panjang. Ia terlihat kecewa dengan jawaban Merry. Setelah itu, ia memiringkan kepalanya dan memandang Merry dengan tatapan polos. "Tapi aku ingin mencoba masakanmu. Apa yang harus aku lakukan?"
Ketika mendengar kata-kata ini, senyum di wajah Merry menjadi sedikit kaku.