Chereads / Balas Dendam Yang Sempurna : Wanita Simpanan Sang CEO / Chapter 23 - Tidak Akan Tinggal Diam

Chapter 23 - Tidak Akan Tinggal Diam

"Kamu tahu kesulitanku. Aku tidak punya pendidikan yang tinggi. Aku harus membayar sewa tempat tinggal, membayar air dan listrik, membeli baju, makan. Aku butuh banyak uang …" katanya dengan memelas.

Dengan kondisinya saat ini, Ella tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan lain selain menjadi pelayan bar. Ditambah lagi, gaji yang ditawarkan oleh bar itu cukup tinggi dan cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kalau ia tidak bekerja di sana, bagaimana ia bisa mendapatkan uang?

Alis Christian terangkat. "Kamu bisa tinggal denganku."

Ella merasa sangat terkejut dengan kata-kata itu. Ia tidak menyangka Christian akan menawarkan tempat tinggal padanya.

Sedetik kemudian, ia merasa menyesal karena telah memberikan uang sewa pada pemilik apartemennya. Kalau tahu ia bisa tinggal di tempat Christian, seharusnya ia tidak perlu menyewa apartemen itu.

Uang sebanyak itu sudah cukup untuk ia makan selama berminggu-minggu.

"Walaupun ada tempat tinggal, aku tetap harus bekerja di malam hari. Aku butuh uang untuk hidup," kata Ella dengan memelas. Setelah itu, ia mendapatkan sebuah ide dan melanjutkan, "Jangan khawatir. Sekarang aku sudah menjadi wanitamu kan? Tidak akan ada yang berani menggangguku."

Ella menyeringai lebar saat mengatakannya. Wajahnya yang mungil terlihat cerah seperti bunga yang mekar.

"Baiklah kalau begitu."

Christian merasa bahwa permintaan Ella itu masuk akal. Ia hanya perlu menelepon manajer bar tersebut dan menyapanya.

Selain itu, kata-kata Ella membuat Christian merasa senang.

Ella adalah miliknya sekarang. Ella adalah wanitanya …

Christian mengangguk dengan puas.

"Apakah kamu sudah selesai? Sekarang giliranku?" Ella berdeham untuk membersihkan tenggorokannya. "Aku menerima persyaratan darimu. Tetapi aku membutuhkan bantuan darimu dan aku harus mendapatkannya. Kalau kamu bisa membantuku, tolong jangan terlalu pelit padaku," lanjutnya dengan nada yang manis.

"Baiklah." Christian menyanggupinya dengan mudah.

Setelah kesepakatan di antara mereka berdua terpenuhi, Christian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jason, asistennya. Ia meminta Jason untuk menyiapkan sebuah kontrak antara ia dan Ella.

Jason tidak pernah melihat atau membuat kontrak semacam ini sebelumnya. Tetapi ia adalah asisten Christian dan ia harus bisa melakukan apa pun yang diminta oleh bosnya, termasuk membuat kontrak semacam ini.

Oleh karena itu, ia langsung melaksanakan perintah bosnya.

Christian merasa jauh lebih tenang saat memikirkan bahwa wanita di pelukannya itu sudah menjadi miliknya. Ia duduk di sofa sambil membiarkan Ella bersandar di pelukannya.

Ella pun juga merasa bahagia. Hari ini, ia tidak membuat Christian memandangnya dengan jijik atau memarahinya. Bahkan Christian bersikap cukup lembut kepadanya dan memeluk Ella sambil menunggu kedatangan asistennya.

Tidak butuh waktu lama bagi Jason untuk menyelesaikan tugas dari bosnya.

Jason datang untuk mengirimkan kontrak itu dengan canggung saat melihat Christian dan Ella sedang duduk sambil berpelukan di sofa.

Begitu mendapatkan kontraknya, Ella langsung duduk dengan tegap dan membacanya dengan cermat. Kalimat per kalimat, kata per kata …

Kontrak macam apa ini? Ini jelas-jelas merupakan kontrak yang tidak adil!

Ada lima halaman syarat yang harus Ella penuhi, tetapi untuk Christian hanya ada beberapa kalimat saja. Dan kalimat itu sama persis dengan yang ia diskusikan dengan Christian sebelumnya, tidak kurang dan tidak lebih.

Namun, Ella tidak punya pilihan lain. Apa yang bisa ia tawarkan untuk Christian.

Christian tidak akan rugi apa pun kalau kehilangannya. Sementara Ella akan kehilangan segalanya kalau ia tidak bisa mendapatkan dukungan dari Christian.

Ella memutar-mutar pulpennya dan mengangkat kepalanya, memandang ke arah Jason. Jason benar-benar asisten yang baik dan sangat memikirkan tuannya. Tetapi sayangnya, di mata Ella, Jason terlihat sangat menjengkelkan.

Ia berkata sambil tersenyum. "Asisten Jason, kamu adalah asisten yang sangat manis."

"Memang ini yang seharusnya saya lakukan," jawab Jason dengan sopan dan seadanya.

Christian langsung menandatangani kontrak tersebut dengan penuh kepuasan di hatinya. Memang Jason adalah asisten terbaiknya. Jason sangat memahami apa keinginannya dan bisa mewujudkannya dengan sempurna, sesuai dengan apa yang Christian pikirkan.

Ia membaca kontrak tersebut dengan senang, terutama saat membaca kalimat di mana Ella tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan pria mana pun.

Ella menggertakkan giginya. Ia tahu bahwa ia tidak punya jalan lain dan memutuskan untuk membubuhkan tanda tangannya dengan tegas.

Jason memeriksa kontrak itu dengan hati-hati dan setelah memastikan bahwa tidak ada masalah, ia berpamitan pada Christian. Setelah itu, ia segera pergi dari sana.

Batu besar yang membebani hati Ella seolah sudah terangkat.

Akhirnya …

Akhirnya, Keluarga Maheswara akan membayar semua hutang atas penderitaannya selama ini.

Di sore harinya, Ella bekerja seperti biasanya. Manajer bar tersebut terlihat lebih sopan saat bertemu dengannya. Ia juga terlihat sedikit bingung dan penasaran, mengapa Christian tidak mengantarkan Ella ke bar tersebut atau menyuruh supirnya untuk mengantarkannya.

Ella tetap datang ke tempat kerja seperti biasa, dengan menggunakan bus.

Sebelum manajer itu bisa bertanya, Ella berkata dengan malu-malu. "Manajer, apakah kamu punya baju lebih? Bajuku kemarin ... emm … tiba-tiba saja menghilang."

Ella tidak bisa menemukan alasan yang lebih baik untuk menjelaskan semuanya pada manajernya.

Tetapi manajer tersebut paham. Ia mengangguk dan masuk ke dalam ruang kantornya untuk mengambilkan baju kerja baru untuk Ella.

Ella hanya bisa berdiri diam di tempatnya dengan wajah yang merona saat menyadari bahwa manajer tersebut memahami apa yang terjadi dengannya dan Christian semalam.

"Bukankah ini Ella?"

Lisa baru saja keluar dari ruang loker karyawan dan melihat Ella datang. Saat mengingat kembali apa yang terjadi kemarin malam, Lisa merasa kesal dan terus memandangi Ella.

Ia merasa bahwa wanita yang awalnya bukanlah apa-apa di matanya, sekarang telah berubah menjadi setara dengannya.

Dan semua itu hanya karena satu malam …

Ella tidak berniat untuk bertengkar dengan siapa pun.

Baginya, semua karyawan di tempat itu setara. Tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah dari manusia lainnya.

Ia memutuskan untuk mengabaikan Lisa dan menuju ke ruang ganti.

Lisa adalah salah satu yang cukup dihormati oleh rekan-rekannya di tempat tersebut. Kapan ia pernah diabaikan seperti ini?

Sikap Ella membuatnya merasa marah. Ia bergegas masuk ke dalam ruang loker dan berteriak. "Ella, apa yang kamu lakukan? Kamu hanya bersama dengan Christian satu malam saja! Dan kalau kamu berhasil mendapatkannya, mana mungkin kamu masih berada di tempat ini?"

Dua kalimat terakhir itu terasa sangat ironis saat keluar dari mulut Lisa.

Sebelum Ella bisa menjawab, Lisa melanjutkannya, merasa Ella hanya diam saja karena kalah. "Aku benar kan? Christian tidak akan menyukai orang yang kosong sepertimu."

Melihat Lisa hendak mengoceh lagi, Ella bergegas menyela. "Setidaknya aku masih punya malu. bagaimana denganmu? Oh, ngomong-ngomong, tadi kamu bilang kan kalau Christian meninggalkan aku?"

Ella melangkah maju perlahan-lahan, mendekat ke arah Lisa.

"Kalau begitu, biar aku tanya padamu. Kalau memang kamu yang paling cantik di sini, kalau memang kamu yang paling hebat di sini, mengapa Christian tidak memilihmu? Mengapa Christian malah memilihku?"

Ella tidak ingin mencari masalah. Tetapi kalau ada yang ingin mencari masalah dengannya, ia tidak akan tinggal diam.