Chapter 14 - Idola Baru di Sekolah

"Apa kamu beneran tidak mau mencobanya?"

"Apakah itu enak?"

Mungkin aroma dan sosok Natalie membuat Anthony sedikit tertarik.

Dia mendorong piringnya dan berkata padanya. "Cobalah! Satu gigit tidak akan membunuhmu."

Anthony duduk di depannya dan memberanikan diri untuk pertama kalinya memakan mie instan.

Satu sendok, dua sendok, tiga sendok.

Mendadak, piring itu menjadi putih bersih.

Benar-benar mengejutkan dan membingungkan.

Kedua mata Natalie terbelalak, dia terkejut karena 2 bungkus mie instan dan telor mata sapi itu habis dalam waktu 10 detik.

Setelah menyeka mulutnya, Anthony menatap Natalie dan memegang lengannya. Dia menariknya dan menyuruhnya untuk duduk di pangkuannya. "Seterusnya kamu hanya boleh memasak untukku, mengerti?"

Suara itu benar-benar tirani dan sangat posesif.

Wanita ini di mata Anthony benar-benar terus mengenalkan dunia baru untuknya.

Bahkan di ranjang pun dia sangat cantik dan mempesona, tidak heran dirinya sampai terpikat sedemikian rupa.

Bahkan mie instan yang dia makan barusan sangat enak.

Sepertinya dia berhasil menemukan harta karun.

Natalie tersenyum dan berkata. "Seterusnya? Hahaha, apakah kamu lupa bahwa hubungan kita ini cuma berlangsung 100 hari? Jangan-jangan kamu mulai jatuh cinta denganku ya?"

"Setiap kamu pulang sekolah nanti, aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu setiap hari. Jangan pernah berhubungan dengan orang lain tanpa seizinku!"

"Tidak perlu menjemputku, aku bisa pulang sendiri. Sebenarnya, aku sendiri tidak ingin terlalu mencolok di sekolahku nanti. Oh iya, omong-omong bisakah aku membawa seorang temanku untuk menginap?"

Dia berpikir untuk membawa Nia tinggal di sini untuk menghemat biaya sewa. Lagipula, apartemen sebesar ini sangat disayangkan jika kosong seperti ini.

"Tidak!"

Wajah Anthony menjadi gelap ketika mendengarnya. Dia sendiri sebenarnya masih bingung dengan Natalie, apakah gadis ini masih bisa mempercayai orang lain bahkan setelah kejadian yang menimpanya?

Melihat senyuman dangkal Natalie, Anthony hanya bisa menghela napas.

Keesokan harinya, Natalie berangkat ke universitasnya dengan lancar.

Poster berita kemenangannya itu ditempel di mana-mana, hal ini membuat dirinya tidak bisa berhenti tersenyum.

Tapi kemenangan ini hanyalah langkah kecil di persaingannya dengan Erlyn.

Perjalanannya masih sangat panjang.

Memikirkan adegan di ruang ganti itu lagi, hati Natalie sedikit menegang. Dia berharap suatu hari Reynold dapat menyadari tindakan bodohnya itu.

"Permisi, apa kamu Natalie?"

Sekumpulan mahasiswa memberanikan diri untuk bertanya setelah memelototinya cukup lama.

Natalie mengangguk sambil tersenyum. "Iya!"

"Wah selamat atas kemenanganmu kak, kami benar-benar tersentuh dengan karyamu! Kalau tidak keberatan, di waktu luang kakak nanti, bisakah kakak mengajarkan beberapa hal kepada kita?"

"Tidak masalah, kamu juga bisa melihat blogku untuk mengenal karyaku yang lain. Jika kamu ada pertanyaan, beri saja komentar di salah satu postingan, aku akan menjawabnya sebisa mungkin!"

"Kak, bisa minta foto?"

Untuk para mahasiswa yang masih naif dan polos ini, Natalie dengan sabar menanggapi mereka.

"Kak, aku anggota mading (majalah dinding), bisakah aku meminta waktu kakak sebentar? Orang-orang ingin mengenal lebih jauh siapa sosok kak Natalie yang sebenarnya."

"Oke, tapi aku harus masuk kelas dulu sekarang, nanti ya…"

Sepanjang pagi hari, Natalie sibuk melayani foto, tanda tangan, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dia telah menjadi idola baru di universitasnya!

Namun, di mana ada cahaya, di situ ada kegelapan.

Pada saat ini, Erlyn menatap Natalie dengan wajah bengis dari dalam mobilnya.

Dua hari ini, dia sama sekali tidak berani menginjakkan kakinya di kampusnya. Dia takut diolok-olok dan dipermalukan di depan umum.

Hari ini meski perhatian semua orang teralihkan, dia tetap tidak berani sembarangan masuk ke gedung universitasnya.

Dan semua ini adalah salahnya Natalie!

Tiba-tiba, seseorang mengetuk kaca jendelanya. Erlyn membuka kunci pintu dan Cindy langsung masuk dan duduk di sampingnya.

"Tumben pakai kacamata hitam?"

Ketika kata-kata itu jatuh, Erlyn meremas setirnya dengan keras. Ketika dia membuka kacamatanya, matanya sudah semerah darah. "Kamu lihat perempuan bajingan itu sedang menikmati waktunya?"

"Ah iya, gadis kampung itu murahan sekali. Pertama kali menjadi sorotan orang saja sudah belagu sekali. Oh iya, siang ini kita ada ujian, kamu ikut kan?"

Erlyn tidak mendengarkan kata-kata Cindy dan tenggelam dalam pikirannya.

"Cindy, kamu adalah tangan kananku. Di masa depan, aku pasti akan memasukkanmu ke perusahaan ayahku dan membuatmu jadi brand ambassador. Tetapi, sekarang perempuan jalang itu dengan berani menghalangiku. Sangat sulit bagiku untuk melangkah jika dia terus mengganggu hidupku. Untuk hari ini, aku serahkan masalah dia kepadamu."

"Kalau itu maumu, serahkan dia padaku! Aku sendiri cukup kesal ketika melihatnya. Perempuan itu akan kubuat menyesal karena telah terlahir ke dunia ini."

Sebelum ini Cindy benar-benar tidak peduli pada Natalie, tetapi setelah memenangkan kompetisi itu, banyak laki-laki di universitasnya itu mengatakan bahwa Natalie adalah wanita tercantik di Maximillian. Tentu saja hal ini membuat marah Cindy.

Ketika Natalie berjalan menuju ruangan kelasnya, dia merasa bahwa ada tatapan tajam yang mengawasinya.

Tapi dia tidak peduli. Setelah ujian, dia membereskan peralatannya dan berniat untuk mendatangi Dekannya yaitu Kevin.

Bagaimanapun juga, kemenangannya kemarin tentu saja berkat bantuannya mentornya itu. Setelah dia nanti lulus, dia takut tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkan rasa terima kasihnya secara langsung.

Lima belas menit kemudian, dia berjalan keluar dari gedung para dosen.

Saat dia berjalan menuju perpustakaan, tidak tahu kenapa, tiba-tiba punggungnya merinding.

Dia langsung menoleh ke belakang. Tetapi di koridor tidak terlihat seorang pun selain dirinya.

Apakah ini cuma imajinasinya?

Karena semester ini adalah semester terakhirnya, selain ujian dia tidak memiliki hal yang bisa dikerjakan lagi. Oleh karena itu, dia berencana untuk meminjam beberapa buku untuk menghabiskan waktunya di rumah.

Selain menunggu ujian-ujian, orang-orang seangkatannya juga sudah mulai mencari kerja.

Hari ini Natalie memakai baju putih dan rok berwarna biru. Rambut panjangnya dia ikat hingga mencapai bahunya. Di tengah cahaya matahari, dia terlihat cantik dan mempesona.

Langkah demi langkah dia ambil dengan mantap.

Di sudut koridor, tiba-tiba sekumpulan mahasiswa muncul secara alami di hadapan Natalie.

Itu adalah Cindy dan teman-temannya.

Dikenal sebagai wanita tercantik, Cindy memiliki wajah dan bentuk tubuh sekelas supermodel, dan dia juga terkenal akan sifatnya yang baik.

Natalie memperhatikan mereka dan menyadari ada yang salah. Dia menatap Cindy dengan dingin. "Ada perlu apa denganku?"

"Ah… aku dengar kalau kamu digosipkan sebagai wanita tercantik di kampus ini ya?"

Natalie tidak bisa berhenti tertawa. "Oh iya, aku baru tahu! Bukan salahku juga kalau orang-orang menyukaiku bukan?"

Ketika Cindy memutuskan untuk mengkhianati dirinya dan memilih untuk menjadi modelnya Erlyn, Natalie benar-benar sudah jijik dengannya.

"Memalukan, aku baru tahu ada wanita yang benar-benar tidak tahu diri sepertimu. Apa pikirmu kemenanganmu kemarin itu bisa menutupi sifat busukmu itu? Wajahmu seperti pembantu dan tinggimu itu mirip kurcaci. Mimpi apa kamu sampai-sampai kamu mengira dirimu itu wanita tercantik di kampus?"

"Kalau begitu, syarat apa yang diperlukan untuk menjadi wanita tercantik?"

Cindy meluruskan posturnya dan berkata. "Selain pengakuan dari siswa-siswa yang lain, kamu juga harus mempunyai cowok yang kuat dan berkuasa. Percuma dibilang cantik tapi tidak dikejar-kejar sama cowok."

Tatapan mata Cindy terlihat licik, dia tahu bahwa Natalie tidak punya pacar.

Karena itu, dia dengan berani menyanggupi permintaan Erlyn dan berhadapan dengan Natalie.