Chapter 12 - Jadi Ini Keputusanmu?

Suara kesakitan itu berlangsung cukup lama karena Anthony memijat kakinya Natalie.

Di saat matanya itu masih terpejam, tiba-tiba gerakan memijat Anthony berhenti. Pria itu masih berjongkok dan memegang kakinya dengan erat.

"Ada apa?"

Natalie tidak tahu apa yang terjadi, rasa kesakitannya tadi masih membuatnya ketakutan.

"Berdirilah dan cobalah berjalan!"

Natalie membuka matanya secara perlahan dan menatap Anthony. Sambil ragu-ragu, dia mencoba untuk berdiri dan melangkah beberapa kali. Rupanya kakinya sudah tidak sakit lagi.

"Oh! Terima kasih!" Natalie segera mengucapkan rasa terima kasihnya.

Anthony berdiri tegak dan memasukan satu tangannya ke saku celana sambil menatapnya dengan tajam. "Tentu semua ada harganya."

"Kalau begitu, bagaimana Anda ingin saya membayarnya?" Wajah Natalie menatapnya dengan bingung.

Anthony berjalan menghampirinya, jarinya yang ramping itu membelai pipinya dan matanya yang dingin itu memancarkan kehangatan. "Aku menyukaimu!"

Kata-katanya itu sederhana tetapi nadanya penuh dengan tekanan dan kuat.

Natalie tentu terkejut olehnya.

Anthony adalah CEO dari perusahaan global terbesar, pria yang tampan dan super duper kaya.

Sedangkan dirinya? Dia hanyalah seorang mahasiswa yang uang warisannya sedang disandera. Bahkan kisah cintanya sama menyedihkan dengan dompetnya.

Mengingat hal ini, ada jejak kesedihan di matanya.

"Aku akan memikirkannya!"

"Kamu punya waktu satu jam sebelum aku berubah pikiran."

Tatapan matanya tajam dan dalam, hal ini membuat Natalie mengangguk tanpa sadar.

Anthony lalu menyuruh pelayannya untuk mengantar Natalie ke kamar di lantai 2.

Kamar tersebut sangatlah luas. Dengan meja rias yang luas, interior yang bernuansa Eropa, dan juga tempat tidur yang luas, membuat kamar ini menjadi idaman para wanita.

Ketika si pelayan membuka lemari, selain jas dan baju laki-laki, terlihat banyak baju perempuan yang tergantung di sana. Bahkan baju-baju itu masih memiliki label harganya.

Natalie lalu mengucapkan terima kasih dan berjalan menuju kamar mandi untuk mandi.

Setelah menggunakan gaun malam, dia berbaring di atas tempat tidur. Sesaat punggungnya menyentuh kasur yang empuk, pikirannya langsung menuju adegan di ruang ganti sebelumnya.

Adegan di mana Reynold dengan tegas mempercayai Erlyn dan memutuskan pertunangannya. Mengingat hal ini membuatnya sakit kepala.

Di tengah kelinglungannya, lampu kamarnya tiba-tiba menyala. Di saat dia mengangkat kepalanya, dia melihat sosok Anthony yang berjalan masuk. Dia segera duduk di tempat tidur dengan tegang.

Anthony menatapnya dengan samar dan berkata dengan santai. "Aku mau mandi!"

Mendengar hal ini, Natalie menyimpulkan satu hal. Kemungkinan tempat yang dia tiduri ini bukanlah kamar tamu melainkan kamar milik Anthony!

Dan karena untuk menghormati privasi, Anthony membiarkannya mandi duluan dan menunggu di luar.

Melihat sikap jentelmen seperti ini, Natalie tersipu malu.

Dia pun berjalan menuju lemari baju dan melihat-lihat isinya lagi.

Matanya terpaku pada satu set lingerie. Lingerie itu berisikan sepasang pakaian dalam, babydoll yang cukup tipis, stocking, dan garter belt.

Ujung jarinya bergetar ketika merasakan sensasi pakaian dalam tersebut.

Entah kenapa, dia merasa butuh kehangatan malam hari ini.

Dia memutuskan untuk memakainya karena dia tahu bahwa pria seperkasa dan setampan Anthony dapat memberikannya kehangatan pada malam hari ini.

Tetapi sesungguhnya, ini adalah keputusan yang sangat berat baginya.

Dia adalah wanita berpendidikan, apa yang paling dia benci adalah orang yang menjual tubuhnya untuk kepentingan pribadi.

Tetapi rupanya dia hidup cukup lama untuk melihat dirinya berubah menjadi orang yang dibencinya itu.

Sesuai dengan pepatah, entah kamu mati sebagai pahlawan atau kamu hidup cukup lama untuk melihat dirimu sendiri berubah menjadi penjahat.

Tetapi Natalie yang sekarang memang membutuhkan bantuan dari orang yang kuat.

Sosok Anthony jelas merupakan persimpangan jalan yang paling krusial dalam hidupnya.

Terlebih lagi, dia telah menyelamatkan dirinya dua kali. Selain tubuhnya, dia tidak memiliki harta apa pun yang bisa dia berikan sebagai imbalan kepada Anthony. Lagipula, mereka sudah melakukannya sekali saat dia mabuk waktu itu.

Pintu kamar mandi itu terbuka dan hati Natalie semakin menegang.

Dari celah pintu kamar mandi, sosok gagah pria itu terlihat sedang mandi di bawah pancuran air.

Tetes demi tetes air mengalir turun ke tubuhnya yang berotot.

Anthony Stevano adalah salah satu contoh pria yang memiliki tubuh ideal. Dia memang terlihat biasa ketika memakai baju tetapi ketika dia melepasnya, otot dada, punggung, dan perutnya sangat menggoda.

Di udara, bau maskulin yang keluar dari tubuhnya juga sangat mendominasi.

Wajah Natalie mulai panas dan jantungnya berdebar dengan kencang.

Dia berjalan menuju pria itu tanpa berbicara. Satu tangannya bersarang di dadanya dan yang satu membuka pintu shower.

Meski dia telah memutuskan di dalam hatinya, Natalie masih benar-benar gugup. Meskipun dia sudah menjalin hubungan dengan Reynold selama 4 tahun, dia tidak pernah berhubungan intim.

Dia ingin menyimpan momen intim ini saat dia resmi menikah nanti.

Tetapi siapa yang menduga bahwa Erlyn akan menghancurkan semua rencananya itu.

Oleh karena itu, Natalie berusaha menekan rasa bersalah di dalam hatinya. Lagipula ini sudah bukan disebut lagi selingkuh kan?

Ketika masih sibuk membersihkan rambutnya, Anthony merasakan hawa kehadiran seseorang di belakangnya. Dengan spontan dia berbalik dan memojokkan Natalie hingga membentur dinding dengan kedua tangannya.

Seorang seperti dirinya dituntut memiliki rasa kewaspadaan yang tinggi. Ketika dia melihat bahwa sosok itu adalah Natalie, dia menghembuskan napas lega.

Air hangat yang masih mengalir memancarkan uapnya ke ruangan shower yang kecil itu. Tidak butuh waktu yang lama untuk rambut dan lingerie yang dia pakai ikut menjadi basah.

Bibirnya yang mungil itu bergetar ketika dirinya dipojokkan seperti itu.

Ketika dia mengangkat matanya, dia dapat melihat sosok Anthony yang tersenyum.

"Sayang, kamu sungguh cantik!"

Suaranya yang magnetis itu menusuk hatinya, bibirnya yang gemetar itu dikunci oleh bibir pria itu dengan rapat.

Ciuman yang awalnya lembut itu berubah menjadi ganas dalam hitungan detik.

Pikiran Natalie melayang dan dia tidak bisa memikirkan apa-apa selain memeluk erat punggung Anthony.

Dia benar-benar termakan oleh nada magnetis pria ini, dia ingin memberikan seluruh dirinya kepadanya.

Benar, dia ingin memberikan dirinya kepada pria yang 100x lebih tampan dan 1000x lebih kaya dari Reynold.

"Jadi ini keputusanmu?"

Setelah bibir mereka berpisah, Natalie hanya bisa menatap Anthony dengan tatapan kosong dan napas terengah-engah.

"Mulai sekarang, kamu adalah wanitaku. Siapapun yang berani menyentuhmu akan menjadi musuhku."

Mendengar hal ini, Natalie menjatuhkan wajahnya ke dada Anthony.

Suaranya itu mendominasi dan memberikan dirinya rasa aman, hal ini membuatnya nyaman sekaligus berdebar.

Di bawah cahaya lampu, tatapan mata Anthony begitu tajam dan dalam.

Dia tahu bahwa pria ini bisa menemaninya menapaki jalan yang terjal itu.

Di kota Surabaya, nama Anthony Stevano bisa menggetarkan siapapun yang mendengar. Namanya melambangkan kekuatan, uang, dan kekuasaan. Hidup dan mati para perusahaan besar di Surabaya berada di tangannya.

Ketika dia masih sibuk mendengar detak jantung yang menenangkan hatinya itu, Natalie mengangguk dan menyetujui kata-kata Anthony.

"Tunggu aku sebentar!"

Natalie melepaskan diri dan melihatnya berjalan keluar dari kamar mandi. Dia lalu melihat handuk yang ada di pinggangnya itu sudah berubah menjadi baju rumah.

Rambutnya yang masih basah itu menggantung di dahinya. Ketika dia masih mengagumi sosoknya, Anthony berjalan keluar dari kamar tidur.