Bea memanfaatkan minggu pagi untuk berolahraga jogging keliling kompleks. Karena bagi Bea jogging itu selain menyehatkan, juga bisa menghilangkan stress.
Seperti minggu-minggu biasanya Bea jogging tanpa di temani siapa-siapa ia jogging hanya ditemani alunan musik yang selalu ia dengarkan lewat earphone.
Bea tipekal cewek yang suka dengan musik, karena bagi Bea di saat semua orang menjauh, hanya musik yang selalu menemaninya tiap saat.
Hampir semua genre musik dia sukai tapi Bea lebih menyukai musik yang berbau hip-hop, itu sebabnya penampilan Bea agak cuek dan tomboy.
Bea beristirahat di bawah pohon besar karena ia sudah merasa cukup lelah setelah beberapa kali mengelilingi kompleks.
Bea tidak sadar kalo selama ia jogging ia di ikuti seseorang dari belakang, dan ternyata orang itu adalah Bara. Iya, Bara.
"Aneh ya gue sama cewek itu, Kan biasanya kalo cewek keluar rumah pasti merhatiin penampilannya dulu. Lah dia cuek-cuek aja kayak engga peduli sama penampilannya sendiri," ungkap Bara heran.
"Tapi cantik juga sih," sambung Bara dengan senyum mengembang di bibirnya.
Saat Bea mengikat rambutnya yang terurai, Bara mengabadikan moment itu di handphonenya, karena menurut Bara saat Bea mengikat rambutnya, ia terlihat lebih lucu dan menggemaskan dari sebelumnya.
Tapi walaupun begitu, Bara tak bisa pungkiri bahwa Bea lebih cantik lagi saat rambutnya terurai menjuntai ke bawah.
Bea merasa ada yang ganjal, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Alhasil Bea mendapati seseorang yang sedang diam-diam memotret dirinya.
"Bara," bisik Bea memastikan.
Bea bergegas menghampiri Bara dengan sorot mata tajam. Karena Bea tidak suka jika ada seseorang yang memotret dirinya tanpa seizinnya.
"Woy lo ngapain diem-diem moto'in gue? Lo ngefans sama gue? Sini handphone lo gue pinjem mau hapus foto gue."
"Iya kalo gue ngefans ke lo kenapa? Ngapain di hapus? Di fotonya jugakan lo cantik. Cantik banget malah," puji Bara terang-terangan.
Hening.
"Gombalan lo gak mempan sama gue, gombalan lo basi!" tangkas Bea membuang muka.
"Gue gak gombal. Emang ini sesuai fakta, kalo lo gak percaya, lo ngaca deh biar lo itu sadar kalo lo itu cantik."
Bea menahan bibirnya yang berkedut hampir mengeluarkan senyum, pipi Bea pun berubah menjadi merah muda.
"Gombal mulu lo. Sayangnya gue gak kemakan omongan lo. Gue gak bakalan baper kayak cewek lain di luaran sana cuma gara-gara omongan modus lo yang murahan," tandas Bea cepat-cepat mengembalikan kesadarannya. Kalau tidak, cowok di depannya itu bisa-bisa besar kepala.
"Yaudah serah lo aja. Mau ngecap gue cowok jago gomba lah cowok modus lah. Serah! Yang penting gue ngomong tadi tuh jujur sesuai fakta," balas Bara berusaha menahan emosi.
Bea terdiam merasa bersalah atas ucapannya yang ceplas-ceplos tanpa rem. Tapi ia tak mau peduli dengan omongannya karena toh Bea juga gak begitu dekat dengan Bara. Jadi Bea merasa masa bodoh dengan hal itu.
"Yaudah sih, hapus gak fotonya sekarang," pinta Bea ngotot.
"Ogah," balas Bara meledek.
"Ih rese."
Bea berusaha merebut handphone Bara di genggaman Bara. Namun, Bara tak mau kalah untuk mempertahankan handphonenya. Saat wajah mereka saling bertemu satu sama lain mata Meraka saling bertatapan satu sama lain dengan posisi seperti orang sedang berpelukan.
Setelah beberapa menit mereka bertatapan, mereka sadar dengan posisinya sekarang. Bea langsung menjauh dari Bara, begitu pula dengan Bara yang menjauh dan menjaga jarak dengan Bea.
"Ngapain lo peluk-peluk gue? Naksir ya lo sama gue?" goda Bara.
"Najis gue peluk-peluk lo, bisa-bisa gue harus mandi kembang tujuh rupa tujuh malam itu mah," balas Bea jijik.
Bara terbahak mendengar jawaban Bea.
"Ngomong sama lo gak bakalan ada ujungnya ini mah. Mending gue cabut nyari makanan lo mau ikut gak?" ajak Bara.
"Ogah!" balas Bea berlalu meninggalkan Bara.
***
Bara memarkirkan motor yang ia kendarai di halaman rumah seseorang dan melepaskan helm yang ia pakai. Bea bergegas kepintu masuk dan mengetuknya perlahan.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum, permisi," ucap Bara sopan.
"Iya. Waalaikumsalam. Tunggu bentar."
Seseorang membukakan pintu rumah dan mempersilahkan Bara masuk kedalam dengan sopan.
"Masuk, Bar," ucapannya.
"Iya makasih, Vid," balas Bara.
Ya dia Vidia Agnesia, entah dorongan dari mana Bara ingin mengunjungi rumah Vidia sahabat Bea sampai ia berbohong pada Bea, tadi Bara bilang ia ingin membeli makan tapi entah apa yang di pikirkan Bara sampai ia menyangkut di rumah Vidia.
"Ada apa, Bar, ke sini? Gak nyasar kan nyariin rumah gue?" tanya Vidia terbahak.
"Ya enggalah gue kan suka nge-trip masa ke sini aja nyasar," balas Bara songong.
"Hahahaha iyalah gue percaya, btw ada perlu apa kerumah gue?"
"Mau nyuciin pakean lo."
Vidia mengerinyit keheranan.
"Iya kali gue nyuciin pakean lo gue kesini pengen nanya tentang sahabat lo," sambung Bara.
"Siapa? Bea?"
"Ya iyalah siapa lagi kalo bukan Bea. Gue minta no handphone Bea dong, lo kan baik dan tidak sombong," bujuk Bara dengan memelas.
Vidia mencibirkan bibirnya "Lo mah ada maunya doang ngomong gitu deh."
"Ayolah, Vid," bujuk Bara lagi.
"Nih, cari aja di kontak gue nama kontaknya Beatrice."
Bara mencoba mencarinya dan yah akhirnya dia menemukannya. Bara segera mencatat di handphonenya dan menamainya 'BeanyaBara'.
"Oke, Vid. Gue cabut ya, thanks nomornya. Kapan-kapan gue boleh main lagi kesini Kan?" tanya Bara.
"Lo jauh-jauh ke rumah gue cuma mau minta nomor Bea doang?"
Bara tersenyum lebar "Ya iyalah, emang mau ngapain lagi." Bara terkekeh.
"Udah gue cabut ya, bye. Thanks nomornya," final Bara dan berlalu dari sana.
***
Bara merebahkan tubuhnya ketempat tidur dengan lelah. Dia teringat akan Bea, Bara merasa rindu pada Bea walaupun Bea bukan siapa-siapa Bara.
Akhirnya Bara memutuskan mengirim chat kepada Bea. Segera Bara mengambil handphone dinakasnya dan jari-jari gavin langsung menulis pesan kepada Bea.
Bara: Hai cantik, lagi ngapain? Udah makan? Belum tidur kan?
Send.
***
Bea segera mengambil handphone di nakasnya saat handphone miliknya berbunyi. Menandakan ada pesan masuk, Bea segera membukanya dan membacanya.
"Nomor siapa ini? Kok nomor yang gak di kenal," gerutu Bea, merasa tidak suka jika orang asing mengetahui nomornya tanpa izinnya.
Jari tangan Bea Langsung mengetik untuk membalas pesan tadi.
Bea: Ini nomor siapa? Di kontak gue belum terdaftar.
Sementara di lain tempat, Bara berjingkrak kegirangan setelah ia tahu pesan yang dia kirim dibales juga, Bara langsung membalasnya lagi.
Bara: Gue Bara Ardani cowo terhitz di SMA Nusantara.
Bea: Dih najis. Punya nomor gue dari mana lo?
Bara: Nemu di tong sampah, pas gue buang sampah.
Bea: Gue serius njir.
Bara: Gue dua rius malah.
Bea: (Read)
Bara menunggu balasan Bea lagi namun setelah sekitar 10 menit pesannya tak kunjung di balas juga. Bara penasaran dan dia mengirim pesan lagi kepada Bea.
Bara: Lo udah tidur ya? (Read)
Bara: Kalo udah tidur kok bisa baca chat gue? (Read)
Bara: Lo sibuk? ( Read)
Bara: Gue ganggu ya? (Read)
Bara: Selamat tidur Bea-ku sayang jangan lupa mimpiin Abang Bara yang ganteng dan pintar ini ya. See you:*
Bea: Njs! Jangan panggil gue sayang pengen muntah dengarnya. Emot lo jijik.
Bara tertawa heboh saat chat yang dia kirim akhirnya dibales juga walaupun balasannya dengan makian. Tapi Bara tetap merasa bangga dan terbahak penuh kemenangan.
Bara: Dibalas juga, Yang. Balesannya singkat amat yang kayak gak diajarin Bahasa Indonesia yang baik dan benar aja:v
Bea: Sekali lagi lo panggil gue 'yang'. Gue sunat po pake gergaji mesin.
Bara: Gue ngetik 'yang' belum selesai ada kelanjutannya kali gausah geer. (Read)
Bara: Maksud gue 'yang' aus 'yang' aus 'yang' aus.
Bea: Rch!
Bara: Ciaahh marah. Udah ah ya gue mau tidur gausah dibales lagi gabakal ada ujungnya see you."
Bea: Alay!
Bara: Cie dibales lagi. Masih kangen ya? Padahal gue udah bilang ke lo jangan bales lagi. (Read)
***
"Tuh orang dapat nomor gue dari siapa sih rese banget ganggu orang aja," gerutu Bea misuh-misuh sendiri, mengumpati Bara dalam hati.
"Dah lah dari pada gue mikirin orang itu mending gue tidur."
"Iiii apaan sih kok gue kepikiran dia terus."
"Anjay otak gue koslet kayanya ini mah."
"Harus di periksa kali ya."
Bea meracau sendiri, mengguling-gulingkan badannya gelisah. Sekarang ia hanya butuh waktu beristirahat agar otaknya kembali normal seperti biasa.
***
Bersambung.