Bea segera menuruni anak tangganya untuk menemui tamunya. Bea sudah siap-siap membuka mulutnya untuk marah-marah kepada Bara. Karena Bea menebak pria itu adalah Bara. Namun tebakan Bea salah, Bea segera menutup rapat-rapat mulutnya lagi setelah tahu pria itu adalah Agam.
"Eh lo, Gam. Ada apa?" tanya Bea penasaran, keningnya sampai menunjukkan kernyitan yang jelas.
"Mau jemput bidadari," balas Agam menggoda. Pipi Bea berubah menjadi merah padam mendengar ucapan Agam. Bea merasa sedang terbang menuju langit ke tujuh Agam bicara itu padanya. Namun Bea segera menepis kege-erannya Bea takut Agam tidak serius bicara seperti itu.
"Siapa? Mau jemput bidadari kok kerumah gue?" tanya Bea meneliti.
"Lo itu polos atau gimana sih, Bea? Ya lo lah bidadarinya," balas Agam tersenyum geli. Bea benar-benar merasa sedang terbang di langit ke tujuh. Sungguh hari ini pagi yang bahagia bagi Bea.
'Please tampar gue sekeras mungkin, apa ini mimpi atau kenyataan. Kalau ini mimpi gue milih untuk tidak bangun deh'_batin Bea. Lamunan Bea buyar saat Agam melambaikan tangannya di depan wajah
Bea.
"Hei, masih pagi udah bengong. Yuk berangkat. Udah siapkan?" ajak Agam.
"A-ayo deh," balas Bea gelagapan.
Agam segera melajukan motor ninja hitamnya menuju sekolah. Di parkiran sekolah, Agam dan Bea berpapasan dengan Bara. Agam tersenyum sinis menaikan alisnya dengan penuh kemenangan kepada Bara. Tangan Bara mengepal menahan emosi, ingin sekali sekarang Bara menonjok pipi merekah Agam yang sedang tersenyum itu. Namun Bara cukup tahu diri, dia sadar dia bukanlah siapa-siapa Bea.
"Bea nanti malam ada acara gak?" tanya Agam.
"Gak ada kenapa emang?"
"Makan malam bareng gue yuk, berdua aja?" ajak Agam.
"Maksud lo nge-date?" tanya Bea sumringah.
"Iya, first date kita."
Bea tersenyum sumringah pipinya merona tak terkontrol. Bea bingung ingin menjawab apa, di sisi lain dia ingin teriak menjawab 'iyaa' namun di sisi lain dia takut dia bakalan baper tingkat dewa kalo nge-date bareng Agam.
"Bea? Mau gak?" tanya Agam sekali lagi.
"Eu i-iya m-mau," balas Bea gelagapan menyembunyikan rasa bahagianya. Tangannya mengusap tengkuknya salah tingkah.
"Oke, gue jemput jam 7 malam ya," ucap Agam dan berlalu meninggalkan Bea yang mematung.
Bara, yang sedari tadi mendengarkan setiap pembicaraan Agam dan Bea merasa dadanya dihujami ribuan paku yang di tusuk tepat di bagian hatinya. Dia sakit hati mendengar Bea mengiyakan ajakan Agam. Terlebih gadis itu mengiyakannya tanpa unsur paksaan.
***
Bara keluar menuju kantin bersama Algis karena bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Saat Bara dan algis sampai di kantin, Bara melihat Vidia dan Bea sedang makan, namun sekarang Bara sudah bertekad untuk menjauhi Bea, agar Bea tidak diganggu oleh Agam lagi. Bara tidak mau Bea kenapa-napa gara-gara masalah dia dengan Agam di masa lalu yang berujung dendam.
Vidia tersenyum melambaikan tangan kepada Bara dan berteriak kencang. "Bar, sini duduk bareng kita," ajak Vidia.
"Ih, lo apaan sih ajak-ajak dia," ucap Bea sebal.
"Biarin kali, dia jugakan teman kita," balas Vidia membenarkan. Bea mencebikan bibir bawahnya sebal. Dan Bara hanya membalas ajakan Vidia dengan senyuman dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin untuk mencari bangku kosong. Karena Bara tidak ingin pertahanan untuk menjauhi Bea hancur.
"Tumben tuh si kunyuk gak gangguin gue lagi," ungkap Bea heran.
"Dia udah capek kali gangguin lo yang galaknya kayak macan," balas Vidia girang.
"Anjayani, gue mah baik kali," balas Bea membela diri.
"Iya baik, saking baiknya tembok aja sampai roboh kalo lo marah, Bea."
Bara hanya bisa memperhatikan Bea dari kejauhan, walaupun sebenarnya hati Bara meminta Bara untuk menghampiri gadis itu namun berbeda dengan otaknya yang menyuruh menjauhi gadis itu. Bara berusaha menahan keinginannya itu, Bara tidak ingin egois! Dia harus memikirkan Bea kalau Bea dekat dengan Bara, pasti Agam akan menyakiti Bea.
Lamunan Bara buyar saat Bara melihat Agam menghampiri Bea dan Vidia yang sedang menyantap makanannya. Bara berusaha menahan emosinya kepada Agam.
"Hai, Bea," sapa Agam.
"Hai juga, Gam," balas Bea malu-malu.
"Nanti malam jadi kan," ungkap Agam dengan sengaja meninggikan nada suaranya agar terdengar oleh Bara.
'Nanti malem? Pokoknya gue harus ke tempat mereka nge-date' -batin Bara.
Karena memang Bara sudah tau mereka akan ngedate, kan Bara menguping pembicaraan Bea dan Agam di parkiran tadi.
"Oh i-ya jadi," balas Bea sumringah namun gelagapan.
"Dandan yang cantik ya," goda Agam sambil mencolek dagu Bea dan berlalu meninggalkan Bea.
Bea melongo tak percaya, dia benar-benar bahagia biasa datang dengan agam, pria yang dikagum-kaguminya selama ini. Namun, jujur ini pertama kalinya Bea nge-date sama cowok, sebelumnya Bea belum pernah nge-date sama cowok. Walaupun Bea cantik, tapi semua cowok di sekolahnya enggan mendekati Bea, karena semuanya tahu kalau Bea itu galak, segalak mamah tiri.
"Aaa ini first date gue, pokoknya moment ini harus gue ingat terus," seru Bea kegirangan.
"Nanti malam gue harus pake baju apa ya? Dress? Longdress? Aaa gue bingung," sambung Bea.
"Gak usah bingung, pokoknya semua serahin ke gue," usul Vidia yang ikut senang kalau Bea dekat dengan Agam, bukan dengan Bara.
"Aaa, iya gue lupa. Lo kan pakarnya cowok," balas Bea dengan muka yang masih sumringah.
***
Jam menunjukkan pukul 18.00 malam, ini waktunya Bea bersiap-siap dan berdandan cantik yang tentunya dibantu oleh Vidia--sahabatnya. Semua persiapan mulai dari make up, baju, sepatu, aksesoris dan lain sebagainya sudah di siapkan Vidia dengan cetakan. Karena butuh waktu lama untuk berdandan bagi wanita.
"Vid, jangan terlalu menor ya, gue mah ogah kalo menor mah," ungkap Bea memohon.
"Iya. Bakalan menor sama gue mah ah, gue dandanin kayak ondel-ondel biar cantik," balas Vidia tanpa dosa.
"Anjiirrr, ogahlah gue di dandanin lo. Yang ada ntar muka gue makin hancur bukannya makin cantik."
"Elah, gue becanda kali serius amat."
"Abis lo sih gue kan lagi dag-dig-dug malah dibikin sewot," balas Bea sebal.
"Iya sorry kali, orang first date ampe segitunya."
"Gak usah diperjelas kali."
"Lo marah-marah mulu ah, entar gue gak fokus dandanin lo," ungkap Vidia.
"Iya deh gue diam aja, dari pada ngerocos tanpa ujung."
"Yaudahlah iya mending diam," suruh Vidia yang sedang mendandani Bea.
Bea mengunci rapat-rapat mulutnya agar tak nyerocos dan membuat konsentrasi Vidia buyar. Bea tak mau jika make up nya gagal cuma karena konsentrasi Vidia buyar olehnya.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan jejak sehabis membaca. Tinggalkan review, batu kuasa dan hadiah jika berkenan:) Ditunggu banget ya.