Chereads / Friendshit Relationshit / Chapter 7 - Beatrice Sold Out

Chapter 7 - Beatrice Sold Out

Beberapa menit kemudian.

"Selesai," kata Vidia heboh. Ia menatap puas pada hasil karya tangannya dari wajah sang sahabat. "Gak nyangka ternyata lo cewek cuek penampilan, bisa cantik juga ya," sambung Vidia tertawa geli.

"Anjiirrr, kalo ngomong gak pernah di pikir dulu," balas Bea sebal. Vidia terbahak tanpa henti. Tiba-tiba suara klakson terdengar dari depan rumah Bea. ya tentunya itu pasti Agam. Bea dan Vidia bergegas segera turun membukakan pintu rumah.

"Hai," ungkap Bea membuka pembicaraan.

Agam membelalakan matanya, "Lo cantik banget, Bea," ujar Agam memuji.

Bea malu-malu menyembunyikan pipi meronanya, "Mm, makasih," balas Bea salah tingkah. Bea benci saat dia baper seperti ini, karena pasti dia terlihat bego jika dia sedang berbunga-bunga seperti ini.

"Hm, blushing," ungkap Vidia meledek memecahkan suasana hening.

"Ayo berangkat," ajak Agam menggandeng tangan Bea. Bea melongo melihat tangannya digandeng Agam, namun Bea berusaha bersikap santai agar Bea tidak terlihat bego di depan Agam.

"Gue berangkat dulu, Vid," pamit Bea melambaikan tangan.

"Oke, jaga jarak aman, Bea," balas Vidia mengacungkan jempolnya ke atas.

Agam membukakan pintu mobil sedan merah miliknya mempersilahkan Bea untuk masuk. Bea sangat bahagia karena dia diperlakukan layaknya tuan putri oleh Agam. Bagi Bea ini first date yang membahagiakan.

Dari jarak kejauhan mobil sedan berwarna hitam mengikuti mobil Agam dan Bea. Dia adalah Bara. Bara takut Bea kenapa-napa dibawa oleh Agam jadi dia mengikuti mereka. Ya walaupun Bara harus menahan sakit hati yang luar biasa melihat kemesraan Bea dan Agam.

***

Selesai makan Agam dan Bea memilih untuk mengobrol sebentar sebelum mereka beranjak pulang. Karena waktu masih menunjukkan pukul 09.00, bagi mereka pukul 9 itu masih sore.

"Bea?" tanya Agam membuka pembicaraan.

"Ya?" balas Bea.

"Gue pengen ngomong sesuatu sama lo."

"Mau ngomong apa? Ngomong aja kali," suruh Bea.

"Sebenarnya ... "ungkap Agam ragu-ragu.

"Iya, sebenarnya apa, Gam?" tanya Bea kebingungan, keningnya berkerut menunggu kelanjutan perkataan Agam.

"Sebenarnya gue suka sama lo, sejak pertama kali gue lihat lo yang bareng Bara itu," ungkap Agam to the point.

Hening.

Jantung Bea berdegup lebih kencang dari sebelumnya, Bea merasa sedang bermimpi Agam bicara seperti itu padanya. Bea masih tidak percaya karena Agam adalah suatu ketidakmungkinan yang Bea selalu semogakan. Tapi sekarang Agam dengan lantang mengungkapkan perasaannya sendiri pada Bea.

"Bea, kok bengong? Lo mau gak jadi pacar gue?"

"Ehm, j-jadi pacar lo?" tanya Bea gugup, memastikan pendengarannya tidak salah kali ini. Malu dong jika nanti dia jawab iya, eh malah si Agam gak ngomong gitu.

"Iya, mau gak jadi pacar gue, Bea?" Bea tersenyum mendengar pertanyaan itu terlontar lagi dari mulut Agam sendiri.

"Iya, a-aku mau" jawab Bea malu-malu.

Sementara di seberang sana, dada Bara terasa sesak menahan sakit di bagian hatinya saat mendengar jawaban Bea yang mengiyakan pertanyaan Agam. Karena sedari tadi Bara memperhatikan Agam dan Bea dari kejauhan.

"Kenapa hati gue ngerasa sakit banget ya denger jawaban, Bea. Pokoknya gue gak bisa biarin Bea disakiti Agam, cowok brengsek itu!" tekad Bara kesal dengan mengepal kedua tangannya.

Ingin rasanya Bara menonjok pipi Agam yang sok ganteng itu biar bonyok sekalian. Tapi Bara harus menahan dirinya agar Bea tak marah padanya. Bara bergegas beranjak pulang karena sudah tak tahan melihat Agam dan Bea yang sok romantis itu.

"Gua pulang ajalah. Sakit hati gue Bea ngeliat lo sama Agam," gerutu Bara lagi dan berlalu meninggalkan cafe.

***

Hari ini hari yang melelahkan bagi Bara. Selain lelah badan, hati Bara juga ikut lelah setelah mendengar Agam dan Bea jadian. Bara memejamkan matanya agar dia lupa segala hal yang telah terjadi di cafe tadi, Bara tidak ingin mengingat-ingat hal yang sangat ia benci itu.

Handphone Bara berdering, dia langsung membuka matanya dan melihat roomchat. Bea. Bea mengirim chat kepada Bara, dengan mata melotot Bara segera membuka chat tersebut.

Bea: Tumben Lo gak gangguin gue? (Read)

Bea: Songong lu nge-read doang.

Bara: Longlast sama Agam.

Bea: Jadi lo udah tau?

Bara: Iya gue udah tau, gue boleh kan jadi sahabat lo, Bea? Gue pengen ngejagain lo. Jika nanti suatu saat ada seseorang yang bakal nyakitin lo, gue bakal hibur lo sampai air mata sedih lo berubah menjadi air mata bahagia.

Bea terdiam membaca pesan singkat yang dikirim Bara. Sangat bermakna. Bea merasa bersalah tapi dia hanya cinta sama Agam bukan Bara.

Bea: Iya boleh kok, lo jadi sahabat gue. Gue seneng punya sahabat cowok. Maafin gue ya, kemarin-kemarin sikap gue kayak mamah tiri.

Bara: Elah lo santai. Udah aja jadi melow-melow gini.

Bea: Gue tidur dulunya, Bar, bye.

Bara: Iya, Bea. Mimpi indah untuk kita ya. See you. (Read)

Sebenarnya Bea tak sungguh-sungguh ingin tidur, ia mengakhiri obrolan pesannya dengan Bara, karena ia merasa bersalah atas sikapnya dulu. Padahal Bara orang baik dan perhatian terhadapnya. Berbeda dengan Agam pacarnya sendiri, Agam bahkan sekarang tak mengabari Bea sama sekali.

Apakah Agam sudah sampai rumah atau belum Bea tak tahu soal itu.

Bea akhirnya memutuskan untuk menelpon pacarnya. Setelah menunggu beberapa menit untuk di angkat, akhirnya telpon itu diangkat Agam juga.

"Halo, Gam. Udah sampai?"

"Iya, gue udah sampe. Kenapa emang? Kangen ya?" tanya Agam terkekeh geli.

"Ih ke-pedean lu."

"Ayolah sayang ngaku aja."

"Hah?"

"Iya, Sayang. Emang gak boleh pacarmu ini memanggil kamu dengan sebutan sayang?"

"Lebay lo," ungkap Bea tertawa sumringah.

"Lebay, tapi lo suka kan?" jawab Agam menggoda.

"Ih, Agam. Udah sono cepatan tidur udah malam."

"Haha, iya, Sayangku. Good night ya."

"Iya, night." Sambungan telepon akhirnya putus. Bea merasa sangat bahagia bisa memiliki Agam sebagai kekasihnya.

"Akhirnya gue melepas gelar jomblo gue," gumam Bea sambil tertawa kecil. Bea akhirnya terlelap tidur. karena Bea ingin cepat hari esok dan bisa bertemu Agam lagi besok, kekasihnya.

***

Tok tok tok.

"Anjir pagi-pagi gini siapa sih yang namu. Ini kan masih pagi banget gue aja belum rapih," gerutu Bea kesal dan segera membukakan pintu rumahnya.

"Lah kok gak ada orang," ungkap Bea kebingungan. Tiba-tiba kaki Bea terasa sedang menginjak sesuatu. Alhasil Bea menemukan buket bunga mawar merah yang sangat cantik.

Bea segera menutup pintunya dan masuk dengan muka yang masih kebingungan. Namun Bea juga senang pagi-pagi dikirim buket bunga walaupun tidak tahu siapa pengirimnya.

"Berasa di sinetron dikirim bunga misterius gini," gerutu Bea sambil tersenyum geli.

Tok tok tok.

Lagi-lagi suara ketukan pintu rumahnya terdengar di telinga Bea. Tanpa pikir panjang Bea segera berlari untuk membukakan pintu. Alhasil sekarang Bea menemukan seorang pria yang sedang berdiri membelakangi pintu. Belum sempat Bea bertanya kepada pria itu langsung membalikkan badannya dan tersenyum lebar.

***

Bersambung.