Seusai mandi, Bea membuka handphone berharap Agam mengabarinya. Namun harapannya pupus setelah melihat tidak ada panggilan maupun pesan chat dari Agam. Bea melempar handphonenya ke kasur dengan kasar dan merebahkan tubuhnya di kasur.
"Bea, cepat makan malam dulu, Nak."
Suara Monic terdengar menggelagar memanggil nama Bea. Monic adalah ibunya Bea yang sudah beberapa hari lalu pulang dari luar kota bersama ayahnya yaitu Ferdy. Memang Bea tidak mempunyai sodara lagi karena Bea merupakan anak tunggal dari Ferdy dan Monic.
"Iya, Mah," Bea bergegas turun menuruni anak tangganya dengan lesu, menuju ruang makan dan menemui ibunya yang sedang menyiapkan berbagai menu makanan.
"Banyak banget, Mah, masaknya?" heran Bea.
"Iya, Om Andra sama Tante Lusy mau makan malam bersama di sini."
"Siapa Om Andra sama Tante Lusy itu? Kok Bea gak pernah dengar temen mamah yang itu?" tanya Bea penasaran.
"Itu loh sahabat mamah sama papah yang tadi pindahan jadi tetangga kita itu," jawab Monic ibunya Bea. Bea mengangguk paham dengan mulut berbentuk 'o'. Bea yakin bahwa Tante Lusy dan Om Andra itu adalah orang tuanya Bara.
Iya, Bara sahabatnya sekarang. Bea melamun sendiri memikirkan betapa sempitnya dunia ini sampai dia bertemu seorang Bara yang awalnya nyebelin tapi ternyata adalah anak dari sobat karib orang tuanya.
Lamunannya buyar saat bel rumah berbunyi, ya itu pasti keluarga Bara yang sudah datang untuk makan malam bersama di rumah Bea bersama dengan tujuan melepas rindu lama tak jumpa.
Bea segera beranjak berdiri dari tempat duduknya untuk segera membukakan pintu rumahnya. Namun ibunya Bea menahan tangan Bea, Bea menoleh heran dengan mengerutkan keningnya seolah berkata 'ada apa ma?'.
"Kamu ganti baju dulu, pake baju rapih dulu malu dilihatnya," kata Monic ibunya Bea.
Bea memperhatikan penampilannya. Dia memakai celana pendek selutut, kaos oblong dan rambut asal cepol. Ah betapa jeleknya Bea. Bea hanya menyengir lebar dan bergegas ke kamar untuk mengganti pakaiannya.
Sekarang Bea sudah rapih, dia memperhatikan dirinya di cermin. Dia sekarang memakai dress selutut yang berwarna hijau tosca dengan balutan cardigan levis dan rambut panjangnya yang terurai, aha betapa cantiknya Bea sekarang. Bea bergegas menuruni anak tangganya, semua orang yang sedang duduk di meja makan terpolongo melihat penampilan Bea yang girly sangat cantik.
Bea malu-malu dilihat seperti itu mukanya berubah merah merona. Monic tersenyum geli dan memecahkan keheningan, "ayok sini, Bea. Turun," panggil Monic.
"Jadi dia anak perempuan kamu Mon? Cantik sekali," puji Lusy mamahnya Bara.
"Siapa dulu papanya," balas Ferdy ayahnya Bea. Semua orang terbahak atas ucapan Ferdy yang terlalu pe-de. Namun lain dengan Bara, Bara hanya diam memperhatikan gadis itu dengan terpesona tanpa berkedip sedikit pun.
Andra yang dari tadi sadar bahwa putranya sedang memperhatikan putri sahabatnya langsung menyenggol tangan Bara, "Awas cinta," ledek Andra papah Bara.
"Apaan sih, Pa."
Bea duduk di sebelah ibunya dan berhadapan dengan Bara. Bara tersenyum melihat gadis itu duduk tepat di hadapannya, jadi Bara bisa modus deh.
"Ayo silahkan dimakan," sila Monic membuka pembicaraan.
Dua keluarga itu langsung menyantap makanannya masing-masing dengan lahap sehingga suasana menjadi hening hanya ada suara dentingan garpu dan sendok yang beradu. Mereka menyantapnya sampai habis. Selesai makan orang tua Bea dan orang tua Bara pindah mengobrol di ruang tamu dan meninggalkan ruang makan.
"Bea, kita ke taman belakang yuk," ajak Bara. Bea mengangguk saja dan bergegas jalan menuju taman, Bara mengikuti Bea dan mensejajarkan langkahnya dengan Bea.
"Bar, duduk di sana aja ya, itu tempat favorit gue kalau lagi galau," ajak Bea.
"Favorit lagi galau? Berarti lo lagi galau dong sekarang? Buktinya lo pengen duduk di sana."
"Enggak ah, biasa aja. Sotoy lo, Bar," balas Bea menjintak pelan kepala Bara.
"Bea, lo tau gak kenapa bintang di atas sedikit?" tanya Bara menunjuk kearah langit malam.
"Ketutupan awan kali."
"Salah."
"Terus?"
"Kerena bintangnya sekarang ada di sini, sama gue," balas Bara menatap bola mata Bea. Bea terkekeh geli, "A pa sih lo, receh mang dasar raja gombal sedunia."
"Elah gue gak gombal kali. Gak tau tiba-tiba gue ngomong gitu ke lo. Kayaknya gue lagi khilaf tadi."
Bea menoyor kepala Bara, "Sialan."
Tawa mereka berdua pecah secara bersamaan tak menyangka yang tadinya musuh seperti Tom and Jerry bisa menjadi sahabat seperti Nobita dan Doraemon. Eh, iya gak sih?
***
Sudah sekitar 3 Minggu Bea dan Agam menjalin kasih, di tiga minggu terakhir Agam sedikit berubah. Agam cuek, jutek, kurang care pokoknya fix Agam berubah.
Bea merasa lelah sendiri menghadapi sikap Agam yang moody-an, dan kadang-kadang juga bersikap cuek.
Sekarang pun Agam sama sekali tak memberinya kabar. Apakah Agam sekarang sedang bersama wanita lain? Atau Agam punya selingkuhan cabe? Semua pertanyaan itu selalu menghantui pikiran Bea. Ah dari pada Bea memikirkan Agam yang tidak-tidak, lebih baik Bea segera memastikannya dengan menelpon Agam.
"Gam, lo di mana? Kok telepon gue lama lo angkat? Lo sibuk?"
"Haduh, bawel banget sih lo jadi cewek. Gue lagi sibuk! Curigaan banget."
"Bukannya curiga, Gam. Tapi di dalam sebuah hubungan, komunikasi itu penting jangan sampe kita gak ada komunikasi sama sekali kayak gini."
"Cewek bawel, ceramah mulu bisanya. Udah ya gue lagi sibuk." Agam segera memutuskan sambungan telepon tanpa memperdulikan Bea yang sedang marah.
Dada Bea terasa sesak. Agam benar-benar berubah! Agam tidak lagi perduli padanya. Apakah Agam sudah tak mencintainya lagi?
Ah, namun Bea harus berpositif thinking, harus percaya bahwa Agam masih mencintainya. Walaupun sebenarnya Bea mulai merasa ragu dengan keyakinannya itu.
Handphone Bea berdering. Air muka Bea yang sedih berubah menjadi sumringah. Bea berharap Agam yang menghubunginya itu dan meminta maaf atas sikapnya tadi. Bea segera membuka notif line namun, harapan Bea pupus saat mengetahui notif tersebut adalah dari line today. Bea berdecak sebal karena Agam sama sekali tak berniat meminta maaf padanya atas sikap Agam tadi.
Sungguh keterlaluan.
"Nih admin line today nge-line terus gak bosan-bosan. Kayaknya admin line today jomblo deh gak ada yang nge-chat jadi ngirim line ke orang lain terus." Bea jadi meracau sendiri akibat Agam tadi yang sudah membuatnya sebel, ditambah ada notif line dari line today lengkap sudah emosi Bea semakin membara.
Sekarang Bea butuh teman curhat untuk meluapkan segala beban di hati dan pikirannya. Bea tak bisa jika harus memendamnya sendiri. Tapi dia harus curhat ke siapa? Akhirnya sebuah nama terlintas di pikirannya, Bea tau siapa yang harus dihubunginya sekarang. Bea segera mengetik pesan chat kepada sahabatnya yaitu Vidia.
Bea: Hibur gue dong, gue galau pengen curhat:(
Vidia: Galau kenapa? Karena Agam?
Vidia: Cewek cuek tomboy bisa galau juga?
Bea: Njir gue juga manusia, punya hati kali. Gak jadi ah curhatnya. Lo rese bikin mood gue tambah ancur aja!
Vidia: Elah lo marah? Santai kali, becanda.
(Read)
Ternyata Bea salah memilih Vidia sebagai teman curhatnya. Bea lupa kalau Vidia-kan otaknya rada geser tapi kok cowok-cowok yang jadi mantannya mau sama makhluk seperti Vidia? Sudahlah memikirkan Vidia malah membuat hatinya tambah kesal saja. Sekarang yang Bea butuhkan adalah teman curhat ataupun penghibur saat ini.
Tapi siapa?
Tok tok tok.
Pintu balkon kamar Bea ada yang mengetuk. Bea bergegas membuka pintu balkon. Tentunya orang rese yang gak ada kerjaan ngetuk pintu itu adalah seorang Bara. Ya setidaknya Bea punya penghibur di saat seperti ini.
"Ngapain lo?" tanya Bea pura-pura tak senang Bara datang. Sebenarnya jauh dari dalam lubuk hati kecilnya, Bea senang Bara datang karena Bea jadi mempunyai teman di saat sepi seperti ini.
"Elah, udah jadi mamah tiri aja lagi, galak mulu."
Bea mengerucutkan bibirnya sebal, "Jangan panggil gue mamah tiri! Sekali lagi lo panggil gue mamah tiri, gue gantung Lo di pohon tomat."
Bara terbahak menggelengkan kepalanya, "Anju, pohon tomat mah pendek kali, Bea. Mana bisa nge-gantungin gue." Bara tidak bisa menahan kekehan gelinya.
***
Bersambung....