Chereads / Friendshit Relationshit / Chapter 4 - Bara Beraksi Mode On

Chapter 4 - Bara Beraksi Mode On

Jam weker Bea berdering keras membuat Bea terbangun dari tidur. Bea segera mengambil jam weker di nakasnya dan segera mematikan alarm yang mengganggunya.

Perlahan Bea membuka matanya dan menghirup udara segar di pagi hari. Dia masih merasa ngantuk karena semalam dia sudah berdebat chat dengan Bara yang tak berujung.

Namun, Bea bergegas bangun dari tempat tidur dan membuka gorden jendelanya agar sinar matahari masuk ke kamarnya. Dia segera bergegas mengambil handuk untuk segera mandi.

Handphonenya berdering, Bea segera membukanya. Pesan dari Bara.

Bara: Pagi, Bea. Berangkat sekolah bareng ya?

Bara: 5 menit lagi gue otw jemput lo.

Bea: Gausah! Gue bisa sendiri.

Bara: Gue di depan bukain dong.

Bea: Gue belum mandi. Lo duluan aja!

Bara: Gue tungguin. Keluar atuh gak sopan pisan ada tamu gak di bukain.

"Gila tuh orang ngeyel banget," kesal Bea.

Bea bergegas turun dari anak tangganya karena kamar Bea berada di lantai 2. Bea segera membukakan pintu rumah dan mendapati Bara tersenyum lebar kepada Bea.

"Lo duluan aja, napa! Gue belum mandi," ketus Bea.

"Belum mandi aja cantik. Apa lagi udah mandi klepek-klepek dah."

"Receh!" balas Bea.

"Gue tamu lo. Gak di suruh masuk nih jahat."

"Yaudah masuk lo, tunggu bentar."

Bara nyengir lebar penuh kemenangan dia segera duduk di sofa ruang tamu Bea untuk menunggunya. Sedangkan Bea bergegas berjalan menaiki anak tangganya menuju kamar.

Bara mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah Bea, Bara melihat foto Bea saat masih kecil. Bara tertawa kecil, gemes melihatnya.

"Haha, lucu dia."

"Pentes sekarang dia cantik banget, kecilnya juga udah cantik." Bara jadi berseloroh sendiri.

"Ayo berangkat, Bar. Kesiangan baru rasa lo. Gak usah sok terpesona gitu lihat foto gue pas bocah," ungkap Bea sedikit songong.

"Gue mau pamitan dulu sama bonyok lu," ucap Bara.

"Bokap nyokap gue lagi sedang keluar kota. Udah cepat mau berangkat gak?" ajak Bea sekali lagi.

"Oh gitu. Lo sendiri dong di sini?"

"Sama pembantu gue," jawab Bea seadanya.

Bara mengangguk paham. Bea menarik tangan Bara cepat agar mereka segera berangkat, karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.30. Bea takut kesiangan dan di hukum guru BP yang galaknya kayak macan ngamuk.

***

Bea dan Bara berjalan bersebelahan menuju kelas walaupun kelas mereka lumayan berjauhan. Tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang pria. langkah mereka berdua terhenti saat seorang pria itu memanggil nama Bara. Orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Agam, orang yang selalu di perhatikan Bea.

"Hey, Bro. Lo apa kabar?" tanya Agam dengan mata tertuju tepat pada Bara.

"Ngapain lo nanyain kabar gue? Tumben banget?" balas Bara tak percaya pada Agam.

"Itu cewe lo?" tanya Agam lagi kepo.

Bea yang mendengar pertanyaan itu terlontar dari mulut Agam, orang yang disukainya. Merasa sesak di dada menahan sakit yang menusuk-nusuk di hati Bea.

"Bukan, gue bukan pacar Bara," sela Bea cepat, meralat.

Agam mengangguk paham, dia tidak menggubris jawaban Bea dan langsung berlalu meninggalkan Bea dan Bara.

"Gila tuh orang emang dari dulu gak tau sopan santun banget," ungkap Bara menggerutu.

Bea berlari meninggalkan Bara yang masih tetap berdiri di tempat. Bea bergegas lari ke toilet dia ingin meluapkan segala emosi dan sesak di dadanya.

"Gue harus kuat gak boleh cengeng."

"Masa gitu doang gue nangis. Padahal kan gue strong!"

"Agam itu ganteng gak mungkin dia suka sama gue. Seharusnya gue tahu diri dan ngaca siapa gue."

Bea berbicara sendiri dan menghapus butiran-butiran air mata yang membasahi pipinya. Ia bergegas pergi munuju kelas karena bel masuk sekolah sudah berbunyi.

***

Bel pulang berbunyi, seluruh siswa termasuk Bea bergegas membereskan semuanya. Saat Bea berjalan menuju parkiran untuk menunggu taxi tiba-tiba seseorang memanggilnya, dia adalah Agam.

"Eh, Lo!" teriak Agam.

Bea membalikkan badan dan menunjuk dirinya sendiri memastikan apakah dia yang di panggil Agam atau bukan.

"Gue?" tanya Bea memastikan, menunjuk dirinya sendiri.

"Iya tunggu bentar!" Agam berlari mendekati Bea.

Bea tersenyum kegirangan tak percaya. Bea berusaha menutupi pipi merona nya dari Agam.

"Pulang bareng yuk? Lo teman Bara, kan?" tanya Agam.

Bea melongo tak percaya, "Euuu boleh deh, iya teman. Tapi gak terlalu dekat juga sih sama dia mah," balas Bea ragu-ragu.

Agam mengangguk dan menarik lengan Bea untuk menuju parkiran mengambil motor Agam, kemudian Agam mengantar Bea pulang ke rumah Bea. Di perjalanan mereka sudah mengobrol banyak tentang apapun ya walaupun sebenarnya omongan mereka gak berbobot sama sekali.

"Bea, gue balik dulu ya, kapan-kapan gue boleh kan main ke rumah lo?" tanya Agam to the point.

Bea melongo. Pipinya pun berubah merona. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya boleh, Gam," balas Bea kegirangan.

Agam mengangguk dan segera menyalakan motor ninja hitam miliknya untuk segera pergi pulang.

"Makasih ya, Gam. Lo hati-hati," sambung Bea lagi, wajahnya merona malu-malu.

Sekali lagi Agam hanya mengangguk-agukkan kepalanya tanpa menjawab. Namun, Bea paham mengapa Agam seperti itu. Karena memang sifat Agam yang cool dan dingin kepada siapapun kecuali orang yang Agam sukai.

Agam segera melanjutkan motor miliknya dan pergi dari rumah Bea. Bea segera masuk rumah dan berjala menaiki anak tangganya menuju kamar.

Bea langsung merebahkan tubuhnya ketempat tidur. Bea merasa sedang bermimpi diantar pulang rumah oleh Agam cowo yang dia kagumi selama ini. Bea beberapa kali mencubit pipinya memastikan apakah dia mimpi atau tidak. Namun kenyataannya ini bukan mimpi, ini memang benar terjadi di dunia nyata.

"Agam." Bea senyum-senyum sendiri mengingat pria tadi.

Bea terus saja melamunkan kejadian tadi dia masih merasa tidak percaya. Karena baginya peluang dapetin Agam itu kecil sekali, secara Agam itu kan orang terganteng dan terpopuler di sekolah SMA Nusantara. Mana mungkin bisa jadian sama Bea si anak slengean.

Lamunannya buyar karena handphonenya berdering. Bea segera mengangkat telpon tanpa melihat siapa yang menelponnya, biasa efek baper mah gitu jadi kurang konsentrasi.

"Iya ada apa? Eh maksudnya ini siapa?" tanya Bea yang masih kegirangan gara-gara Agam.

"Gila lo ini gue masa nomor orang gak di save sih. Parah!"

Bea langsung melihat nama kontak itu untuk memastikan. Mata Bea melotot membaca nama di kontak itu.

"Gila, kalo gue tau po yang telpon gak bakal gue angkat tadi," teriak Bea di telpon.

"Galak bener sama aa Bara neng."

"Najis najis," jawab Bea mengeja.

"Jangan gitu, menurut beberapa ahli psikolog bahwa orang yang benci berlebihan bakalan berubah menjadi cinta yang berlebihan juga," balas Bara dengan PDnya.

"Amit-amit gue cinta sama lo!" Bea segera memutuskan telponnya sebal.

"Baru aja gue mimpi indah dianter pulang Agam, lah sekarang jadi mimpi buruk lagi di telpon Bara cowok pede sedunia," gerutu Bea.

Bea akhirnya memutuskan untuk membersihkan badannya agar lebih segar dari sebelumnya, dia bergegas menuju kamar mandi dan menyalakan musik di handphonenya. Agar saat Bea mandi dia tidak merasa kesepian karena di temani musik.

Sedangkan Bara di kamar nya masih melamunkan Bea walaupun Bara sering kena makian Bea. Ya Bara mah aneh dimaki malah happy. Handphone Bara bergetar dia segera membuka roomchat dan membacanya. Ternyata chat tersebut dari Vidia sahabat Bea.

Vidia: Bar, lagi ngapain? Kapan main lagi ke rumah gue?

Bara: Gue lagi mikirin sahabat lo. Iya nanti kapan-kapan aja gue lagi sibuk, Vid.

Vidia: Sok sibuk lo. Sibuk ngapain?

Bara: Sibuk ngejar-ngejar lo.

Di rumahnya, Vidia tersenyum kegirangan membaca pesan Bara. Karena jujur Vidia sebenarnya menyukai Bara. Vidia hanya menjadikan Bea sebagai alasan dia dekat dengan Bara, ya walaupun Vidia sakit hati setiap kali Bara menanyakan Bea tanpa memperdulikan perasaannya.

Bara: Eh sorry typo. Maksud gue sibuk ngejar-ngejar sahabat lo.

Harapan Vidia pudar saat Bara mengirim pesan lagi. Wajah bahagia Vidia berubah menjadi wajah datar yang sedang menahan rasa sesak di dada. Vidia berusaha air matanya agar tak tumpah namun air matanya tak bisa di bendung lagi, Vidia sekarang menangis namun mencoba tegar membalas kembali chat Bara tadi.

Vidia: Yaelah gue tau kok, gue mau ngerjain tugas dulu ya. Bye, Bar.

Gavin: Oke, Vid. Semangat ngerjain tugasnya. (Read)

Sebenarnya Vidia tak benar-benar mengerjakan tugasnya dia hanya butuh sendiri tanpa diganggu siapapun termasuk Bara.

'Gue bakal dapetin lo, Bar. Walaupun kemungkinannya kecil gue bakal ngelakuin apapun demi mendapatkan elo' -batin Vidia.

***

Bersambung.