Chereads / life must Go on / Chapter 22 - Bab 22

Chapter 22 - Bab 22

Alex memasuki kelasnya dan melempar tasnya begitu saja ke atas meja. Terlihat Alex perlahan lahan melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas dengan wajah yang terlihat sangat kesal seraya melemparkan tasnya begitu saja keatas meja. Kepalanya terasa pusing padahal masih pagi. mau Bagaimana lagi? Mood nya sangat buruk dari kemarin. Timbul sebuah perasaan aneh yang merasuki hatinya setelah ia mendapatkan tamparan yang begitu keras dari Syila. Alex bahkan tidak bisa memahami dan mengartikan rasa itu, karena hal itu sekarang membuatnya putus asa untuk mencari jawaban dan berakhir pada mood nya yang semakin memburuk tanpa ada sebab apa pun. Puncaknya, Alex merasa ingin menyendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain Karena ha; itulah kemarin dia mengurungkan niat untuk bermain bersama dua teman baiknya, lalu memutuskan untuk pulang saja dengan menggunakan taksi. Bahkan semalam dia membentak Rena yang hanya ingin mengingatkannya untuk bergabung makan malam bersama dengan papa dan mamanya

Oh,tentu saja jangan sampai lupakan keberadaan para cewek yang mengerubunginya sejak Alex berada di halaman sekolah sampai depan kelas. Melihat hal itu kepalanya serasa akan meledak saja.

"Lex!"

"Alex..!"

Diantara suara ricuh para cewek cewek diluar kelas yang mengerubunginya sejak tadi. Sayup sayup Alex mendengar ada seseorang yang memanggilnya beberapa kali. Alex mendongakkan kepalanya, bola matanya memutar mencari dari mana asal suara yang tadi memanggil nama nya. Pandangan matanya terhenti ketika mendapati sosok cewek yang sedang berdiri tepat di depan pintu kelasnya. Melihat keberadaan cewek itu membuat Alex kemudian berdecak lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela. Saat ini dirinya masih belum ingin bicara dengan orang lain. Entah siapa pun itu.

"Ngapain kesini?" Alex bertanya dengan nada yang dingin, terdengar sekali bahwa ia tidak suka dengan keberadaan cewek itu.

Namun, sepertinya cewek yang ber nametag Temari Adelina itu sama sekali tidak peduli dengan sikap dingin Alex padanya. Dia menggeser bangku kosong disebelah Alex lalu menduduki bangku itu. tak berapa lama Temari menguurkan tangannya untuk menyentuh bahu cowok itu sepelan mungkin agar Alex tidak merasa risih dengan keberadaannya disana.

"Lo nggak papa kan Lex?"

Alex merasakan ada sesuatu yang menyentuh bahunya dengan reflek yang cepat ia segera menjauhkan bahunya dengan risih dan tatapan dingin nan tajam. "Nggak," jawabnya singkat lalu menatap kearah luar jendela kembali.

Temari bahkan tidak bisa mengartikan arti kata 'nggak' yang dimaksud oleh Alex. Entah itu 'nggak papa' atau justru Alex 'nggak baik-baik saja'. Temari sama sekali tidak bisa menebak isi hati dari raut wajah datar cowok dihadapannya itu. Cowok itu terlalu misterius dan pintar menyembunyikan isi hatinya.

"Kemarin kamu kenapa?"

Alex terlihat sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan dari Temari. Meski begitu Temari sedikitpun tidak merasa kesal atau marah pada Alex ia hanya memakluminya.

"Berita yang kesebar itu bener? Sayang banget aku nggak masuk sekolah kemarin."

Temari mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi demi meluapkan dan mengungkapkan rasa khawatirnya pada cowok itu. Cowok yang selama ini Temari cintai secara diam-diam sejak berada dikelas sepuluh dulu. Dimana saat itu keduanya berada dalam kelas yang sama dan Alex pernah meminta bantuan pada Temari untuk mengerjakan tugas nya. Dia sangat beruntung karena ia menjadi satu-satunya cewek yang diajak mengobrol Alex hingga keduanya lumayan dekat dan menjadi teman walaupun tidak terlalu dekat sepeti dengan Roni dan Dika. Sekali lagi, Alex merupakan cowok yang terlalu menutup diri pada orang orang hingga sulit untuk diajak berteman.

Temari bukan termasuk dalam jajaran fans Ega. Cewek itu bukan hanya sekedar fans yang memuja Alex setiap waktu, yang selalu mengikuti setiap langkah kaki kemana pun cowok itu atau pun bersorak seperti budak cinta. Temari bukan fans, perasaan tulusnya pada Alex tidak bisa dianggap sebagai fans kepada idolanya. Temari mencintai Alex, sebagai seorang perempuan ke laki-laki. Perasaan yang diam-diam ia sembunyikan selama ini demi untuk mempertahankan agar Alex tetap berada disisinya meski hanya dengan status 'teman'. Kalau sampai Alex tahu Temari mencintainya, cowok itu pasti akan menjauh dan Temari tidak ingin hal itu terjadi. Menjadi 'teman' adalah alasan terbaik untuk menutupi perasaan itu dan agar Alex tetap berada di dalam jangkauannya.

"Mending lo balik ke kelas. Udah mau masuk," usir Alex secara halus.

Bagaimanapun dia tidak tega mengusir Temari dengan kata-kata kasar. Sebab keberadaan Temari selama ini adalah seperti Roni dan Dika. Sama-sama teman baik Alex. Bedanya, Alex tidak banyak bercerita perihal masalahnya pada Teari. Tidak seperti yang ia lakukan pada Roni dan Dika. Kedua cowok itu hampir tahu bahkan tahu semua masalah yang menyangkut tentang Alex.

Bahkan rasa cinta yang begitu besar membuat Temari tidak marah meski kata kata Alex barusan terdengar seperti mengusirnya. Dia hanya tersenyum lalu menurunkan tangannya agar tidak mengganggu Alex lebih banyak dan memperparah mood nya yang sedang rusak.

"Pulang sekolah nanti kita hangout yuk! Kayaknya kamu lagi suntuk banget."

Alex mulai mengacak acak surai hitamnya. Bagaimana Alex harus menjelaskan kalau dia sedang tidak ingin bicara apapun?

"Enggak, Em, please. Gue lagi pengen sendiri."

Temari tersenyum pahit. Ada sedikit rasa tidak terima ketika Alex menolak ajakannya. Entah apa yang sebenarnya terjadi pada Alex hingga seketus ini padanya, yang Temari pikirkan adalah itu ada hubungannya dengan berita yang tersebar. Tentang Alex yang bermasalah dengan seorang cewek yang tidak diketahui oleh Temari.

"Oke. Aku balik, ya? Kalau ada apa-apa, cerita ke aku."

Alex bahkan tidak memberi tanggapan apapun meski kini Temari meninggalkan kursinya. Temari berpapasan dengan Roni dan Dika di depan pintu kelas, lalu menahan tangan Roni hingga cowok itu berhenti melangkah. Dika pun juga ikut menghentikan langkahnya.

"Gue titip Alex, ya? Kayaknya dia lagi nggak mood. Gue nanti jam istirahat kesini lagi."

"Udah gede ngapain dititipin?" Dika menggumam malas. Masih kesal setengah mati dengan perlakuan Alex pada Syila kemarin. Apalagi dia juga mendengar berita tentang Syila yang menampar Alex. Reaksinya, tentu saja senang bukan main. Teman baiknya itu memang sekali-kali perlu diberi pelajaran langsung. Siapa suruh mempermainkan Syila yang berjuang demi menuruti perintahnya.

Roni menginjak ujung kaki Dika hingga membuat pemiliknya mendesis kesakitan. Namun ia diam saja ketika Roni menatapnya tajam.

"Lo tenang, Em. Nanti pasti balik lagi ke sedia kala. Kayak nggak kenal anak itu aja." ucap Roni menenangkan Temari yang tampak sedikit cemas tentang keadaan Alex.

Temari mengangguk kecil lalu menoleh pada Alex sekilas. Cowok itu kini menopang dagu melihat ke arah jendela. Dengan pandangan kosong, persis seperti kemarin. Roni menghela nafas. Dia tidak bisa menebak apa yang membuat Alex bad mood seperti itu. Masalahnya dengan Syila? Bukankah harusnya Syila yang berada di posisi itu? Bad mood karena banyak orang yang membicarakannya.

"Gue balik kelas dulu, ya."

Roni tersentak lalu bergumam kecil. "Hm,"

Ternyata, Temari tidak langsung menuju kelasnya yang berjarak dua kelas dari kelas Alex. Cewek yang kerap membuat iri para cewek itu menghampiri dua cewek teman sekelas Alex yang sedang asyik ber gosip di kursi depan kelas.

Dua cewek itu menyadari keberadaan Temari lalu tersenyum menyambutnya. "Hai, Em. Ada apa?" tanya salah satunya yang bernama Dita.

Tidak perlu heran mengapa mereka mengenal Temari. Lagipula siapa yang tidak kenal Temari? Cewek cantik populer dan memiliki postur tubuh bak model, serta selalu memakai barang branded dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia juga sering dikira sebagai pacar Alex, karena hanya Temari lah yang memiliki hubungan cukup dekat dengan cowok idaman para cewek SMA Nusa Bangsa itu.

"Gue tanya, dong. Kemarin ada apa sih?"

"Kemarin? Oh, waktu Alex bikin rencana buat ngerjain Syila itu?"

"Syila? Siapa Syila?" Temari sedikit mengerutkan keningnya bingung. Nama itu terdengar asing di telinganya.

"Syila itu cewek yang nampar Alex. Masa lo nggak denger berita itu? Padahal udah kesebar kemana mana." jelas Sani cewek lainnya.

"Gue cuma denger Alex ditampar cewek. Tapi gue nggak tau siapa cewek itu."

"Syila itu anak baru. Dia baru aja sekolah kemarin. Alex bilang cewek itu pelayan dia." Dita menambahkan.

"Pelayan? Kok Alex nggak pernah bilang ke gue?"

"Nggak tau. Kayaknya emang dadakan, deh."

"Oke," Temari memutuskan untuk melewatkan informasi tentang siapa itu Syila. Ada hal lebih penting yang perlu dia ketahui sekarang. "Terus apa yang terjadi?"

"Alex minta tolong kita buat ngerjain si Syila itu. Kita yang dari awal udah gedeg sama cewek itu tentunya langsung tancap gas. Apalagi Alex sendiri yang minta. Kita ngerjain dia pake ember diisi air terus ditaruh di atas pintu. Waktu dia dateng dan buka pintu... byur! Cewek itu basah semua." Sani bercerita dengan berapi-api. Karena bangkunya berada di deretan depan, dia ingat jelas bagaimana terkejutnya Syila terkena guyuran air tiba-tiba itu. Dita bahkan tertawa saat mengingat insiden kemarin. Lumayan menjadi hiburan sebelum memulai pelajaran berikutnya. "Nah karena cewek itu nggak terima atau apa, dia langsung marah dan nampar Alex."

"Serius?" Mata Temari melebar. Perasaan tidak terima lagi-lagi memenuhi hatinya. Lebih tepatnya, Temari tidak terima Alex mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Selama ini tidak ada yang berani menyakiti fisik Alex. Bahkan sepertinya tidak ada yang melawan Alex yang terkenal sulit mengendalikan emosi itu. Teman-teman baik Alex termasuk Temari sangat paham dengan wataknya yang keras dan mudah melayangkan pukulan, lantas berusaha agar Alex tidak terlibat dalam masalah adu fisik. Kalau sampai terjadi, lawannya bisa saja akan terluka parah.

Alex memang berbahaya. Dan kini, ada seseorang yang berani melawannya. Ah, Temari yakin cewek itu bukan berani, tapi dia memang sengaja memberanikan diri agar Alex melihat ke arahnya. Agar berhasil menarik perhatian Alex.

Cih! Udah kurang ajar, ngga profesional, dan ternyata licik juga! Temari membatin.

"Serius! Emang si Syila itu aja yang kurang ajar! Padahal cuma keguyur dikit tapi seenaknya nampar Alex. Ngga ingat posisi dia yang cuman pelayan!" Dita begitu semangat membicarakan tentang Syila. Mengeluarkan segala unek-uneknya sejak kemarin ketika melihat sendiri bagaimana Alex meringis kesakitan akibat tamparan itu.

Tangan Temari mulai terkepal. Api amarah menguasai dan tampak melalui iris mata ber contact lens abu-abu pekatnya.

Bel jam pertama terdengar nyaring. Dengan terpaksa Dita dan Sani menghentikan acara ber-gosip mereka dan segera masuk ke kelas. Temari pun ikut berdiri. Kembali ke kelasnya dengan perasaan dongkol dan tangan yang gatal untuk membalas perbuatan cewek yang bernama Syila itu.

Temari berjanji, dia akan memberikan pelajaran 'berharga' untuk Syila nanti.