Menyebalkan
Bab 6
"Maaf, Sarah. Semua itu hanya masa lalu bagiku," kata Erik pelan.
Sarah terkejut dengan penolakan Erik.
"Bagaimana mungkin, Erik yang dulu begitu tergila-gila padaku sekarang menolak?" batin Sarah.
"Erik pasti tengah berpura-pura, mungikin dia sedang membalas dendam karena dulu kutinggal begitu saja," pikir Sarah.
"Erik!" panggil Helena.
Erik berbalik mendengar panggilan mamanya, demikian juga dengan Sarah.
"Tante Helena, apa kabar? Makin cantik aja sekarang?" puji Sarah sambil memeluk Helena yang masih kaget dengan kehadirannya.
"Alhamdulillah baik. Kamu ... Sarah, kan?" tanya Helena tak percaya.
Dia tahu dan mengenal Sarah sebagai kekasih Erik saat masih kuliah. Namun, Sarah pergi meninggalkan Erik karena ingin mengejar karier sebagai model di Singapura.
"Iya, Tante. Wah! Ternyata Tante gak bisa melupakan aku, ya," jawab Sarah dengan wajah sumringah.
Sarah masih saja bergelayut manja di bahu Helena membuat Erik kesal.
"Ma, sudah selesai belanjanya. Kalau sudah, ayo kita pulang. Erik ada janji sama teman!" ajak Erik sambil memberi kode pada Dayu.
Dayu paham akan maksud Erik, dia pun ikut mengajak pulang dengan alasan Seno akan pulang cepat hari ini.
"Sarah, maaf ya! Kami harus pulang sekarang!" kata Helena.
Sarah melepas pelukannya dengan wajah sedih. Dia pun mengikuti ke mana Helena, Dayu, dan Erik melangkah. Bahkan saat sampai di parkiran, dengan pedenya dia ikut masuk ke dalam mobil dan langsung mengambil posisi duduk di depan.
"Kamu mau kemana, Sarah?" tanya Erik yang duduk di balik kemudi tanpa melihatnya.
"Aku mau ikut ke rumah, boleh, kan, Tante?" rajuk Sarah.
Dia berbalik ke belakang, meminta persetujuan calon mertuanya dulu. Helena tak menjawab, dia menunjuk Erik dengan dagunya.
"Tidak! Kamu gak boleh ke rumahku sekarang!" jawab Erik.
"Kenapa?"
"Pacarku mau datang sore ini, aku gak mau dia jadi salah sangka jika melihat kamu datang ke rumahku juga!"
Mata Sarah membelalak tak percaya, dia yakin kalau Erik telah berbohong. Tak mungkin rasanya jika Erik sudah mempunyai pacar. "Bukankah dia itu sangat tergila-gila padaku?" tanya Sarah dalam hatinya.
Sarah ingin protes, dia ingin ikut ke rumah mantan kekasihnya itu sekarang juga. Namun dia tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Sarah paham jika mungkin Erik masih marah atau bisa jadi dendam padanya.
Sarah hanya bisa menatap kepergian Erik dan mamanya dengan pandangan kesal. "Aku harus bisa merebut hati Erik kembali, masa sudah gagal jadi model sekarang gagal juga jadi menantu orang kaya!" tekad Sarah.
*
Erik yang baru saja bangun dari tidur siangnya merasa terganggu dengan suara-sisra berisik dari bawah. Bergegas dia turun dan melihat mamanya sedang sibuk di dapur. Erik pun mendekati Helena lalu memeluknya dari belakang.
"Wah, ada acara apa ini? Tumben masak banyak, Ma?" tanya Erik pada Helena, mamanya. Siang itu Helena memasak beraneka macam hidangan yang menggugah selera siapa saja yang melihatnya.
Helena melirik anak bungsunya tersebut lalu melanjutkan menyusun piring dan peralatan masak lainnya dibatas meja makan.
"Gak ada acara apa-apa. Hari ini sepupu kamu, Andre yang baru pulang dari Paris akan berkunjung. Jadi anak mantu Mama mau ngumpul semua di sini, makan siang bareng," sahut Helena.
Wajah Erik langsung mendung seketika begitu mendengar jawaban mamanya.
"Kumpul keluarga, pasti mereka akan mem-bully aku lagi dengan pertanyaan kapan nikah? Mana pacar kamu?" batin Erik. Dia berjalan dengan gontai ke ruang tamu.
"Hey, mau ke mana kamu? Sini bantuin Mama menyusun buah di piring!" suruh mamanya. Erik berbalik lagi, lalu menuruti permintaan Helena.
Erik memang selalu menurut jika Helena yang meminta tolong padanya. Walaupun kadang dia mengerjakannya karena mengharap imbalannya.
"Mbak Dayu mana? Mbak Anye sama mbak Ruri juga, kok gak ada yang kelihatan?" Erik menanyakan ketiga kakak iparnya yang tak kelihatan sejak tadi.
"Dayu sama Anye pergi ke toko kue, Ruri ada di atas, istirahat di kamar Mama. Dia baru selesai membantu mama masak. Kenapa, kamu gak ikhlas bantu mama?" Helena menatap Erik dengan tatapan meyelidik.
"Mama suka suudzon sama anak sendiri. Aku cuma nanya aja, Ma," jawab Erik cemberut.
Helena tersenyum melihat tingkah anak bungsunya itu. Dalam hati dia merasa kalau seharusnya Erik itu terlahir sebagai perempuan.
"Oh, iya, dari kemarin mama mau nanya, tapi lupa terus. Itu si Sarah kenapa bisa bersama kamu di Mal kemarin? Apa kalian sudah berbaikan kembali?" tanya Helena.
"Aku juga gak tahu, Ma. Tiba-tiba aja dia muncul dan langsung sok mesra begitu. Katanya dia mau memperbaiki apa yang sudah di rusaknya. Hah, dia pikir aku masih mau sama dia!" jawab Erik dengan emosi.
Helena tersenyum melihat Erik yang sedang marah. Helena bersyukur karena Erik ternyata sudah tak ingin kembali dengan Sarah. Tadinya dia mengira Erik dan Sarah akan dekat kembali.
Setahu Helena, dulu Erik sangat mencintai dan memuja Sarah. Apa pun yang diminta gadis itu pasti akan diturutinya. Helena sudah berulang kali menasihati Erik, tapi cinta telah membutakan mata dan menuliskan telinganya.
Saat mengetahui Erik dan Sarah putus, Helene salah orang yang paling bahagia mendengarnya. Namun, dia tak menampakkan perasaan itu untuk menjaga perasaan Erik.
Soalnya, saat itu Erik sangat terpukul ditinggal Sarah ke luar negeri.
Helena kurang suka dengan sikap dan perilaku Sarah yang suka seenaknya sendiri selama berhungubmngan dengan Erik dulu.
Pembicaraan antara Erik dan Helena terhenti karena kedatangan Dayu dan Anye. Mereka membeli aneka macam kue yang kelihatan sangat enak.
Dayu dan Anye berteriak melihat kue yang mereka beli dimakan Erik tanpa henti. Sudah lebih dari lima potong di makannya, saat dia ingin mengambil sepotong kue lagi, tangannya dipegang oleh Dayu dan Anye dengan erat.
Dayu memindahkan kue itu sebelum dimakan lagi oleh Erik yang sengaja membuat gerakan seolah ingin memakannya lagi. Padahal di dalam hatinya Erik tertawa melihat kepanikan kedua kakak iparnya.
Puas rasanya bisa menjahili mereka berdua. Hitung-hitung sebagai balas dendam karena suami mereka suka memuat bagiku Erik.
Helena hanya tertawa-tawa saja melihat Erik yang dikeroyok kedua kakak iparnya. Ruri yang mendengar kemeriahan suara ipar-iparnya di bawah pun ikut turun dan larut dalam keceriaan itu.
"Selamat siang, Tante, Erik juga kakak-kakak iparku!" Sapaan Sarah yang baru datang membuat semua yang ada di ruang makan menoleh padanya.
Suasana mendadak canggung jadinya, baik Erik, mamanya maupun kakak-kakak iparnya terdiam. Mereka tak menyangka jika Sarah datang di saat yang tak tepat ini.
Bersambung.