Chereads / Aku Bukan Jalang / Chapter 3 - Aku Bukan Penghangat Ranjang

Chapter 3 - Aku Bukan Penghangat Ranjang

"Tidak mungkin!! Memangnya siapa kau?" tanya Vanessa dengan raut wajah tampak ketakutan. Ia beranjak dari tempat duduknya dan memundurkan langkahnya ke belakang.

Wanita paruh baya yang sedang menghisap sebuah benda berwarna putih dan mengeluarkan kepulan asap itu diam-diam memiringkan senyumnya.

Vanessa tak mengetahui hal itu. Ia terlalu takut dan pasang sikap waspada pada wanita tersebut yang kini sialnya telah memanggil bala bantuan.

Kesialan apa ini?

Vanessa pada akhirnya memberanikan diri bertanya pada wanita asing itu di mana keberadaan sang ayah dan maksud beliau menjual dirinya.

"Katakan padaku di mana ayahku sekarang? Jangan-jangan kalian telah menculik dan menyembunyikan beliau, iya 'kan?" pekik Vanessa dengan bibir yang bergetar. Ia benar-benar ketakutan di mana saat ini beberapa pria berbadan tegap berjalan mendekat lalu berdiri di belakang wanita asing itu.

"Hahahaha," tawa si wanita asing senang.

Vanessa dibuat mati kutu. Pertanyaannya hanya ditertawakan tanpa ada jawaban dari wanita tersebut. Tawanya kini berubah menakutkan seperti iblis yang berhasil mendapatkan mangsa.

"Apa yang kau bilang tadi? Aku menculik lalu menyembunyikan ayahmu? Hahaha, dasar bodoh! Mana mungkin aku melakukan hal itu. Asal kau tahu satu hal mengenai ayahmu yang menyedihkan itu, dialah pria yang datang padaku dan menjualmu!

Kau tahu berapa hargamu? Satu mobil Maybach setara dengan tubuhmu saat ini! Mulai hari ini panggil aku Madam Moe, aku adalah ibu barumu, Malaikatku!"

Malaikat?

Cih! Yang benar saja?

"Apa maksudmu, Nyonya? Aku tidak tahu ada urusan apa di antara kalian berdua. Tapi aku mohon keluarkan aku dari sini! Aku mohon! Aku mau pulang, akan kuberikan uang sebanyak yang aku punya asal kau mau mengeluarkanku dari tempat ini!" pinta Vanessa.

Madam Moe membuang puntung rokok yang masih menyala meski hanya tinggal separuh.

Tak

Benda itu jatuh tepat di depan sepatu yang Madam Moe kenakan malam ini. Ia pun menginjak benda tersebut sampai tak berbentuk.

"Kau mau keluar dari tempat ini? Mimpi saja kau!" ledek Madam Moe, " Siapa pun yang telah menginjakkan kaki di tempat ini tak akan bisa keluar dari sini, paham itu!"! lanjutnya penuh tekanan pada gadis cantik yang terkungkung kebebasannya tersebut.

Madam Moe menoleh ke belakang dan memberikan titah yang tak bisa dibantah," Max, Brito, bawa gadis ini ke dalam kamarnya dan minta para pelayan mendandaninya secantik mungkin!

Untung saja dia sudah memiliki wajah yang sangat cantik, tidak perlu banyak polesan pada dirinya pasti tetap membuatnya terlihat mahal di antara semua Malaikat di Dark Angel. Hahahaha."

Vanessa terhenyak. Ia meronta ketika dua pria mendekat dan menarik pergelangan tangannya dengan kasar.

"Lepaskan aku! Lepaskan!!" jerit Vanessa sekencang-kencangnya. Demi apa pun, ia tak pernah meminta pada Tuhan untuk masuk dan terjebak di lingkungan menakutkan seperti ini.

****

"Nyonya, Malaikat baru sudah selesai didandani!" jelas seorang pelayan pada Madam Moe.

Madam Moe mengulum bibir dan mengangguk pelan.

"Bagus, kau boleh pergi!" ujar Madam Moe menanggapi informasi yang masuk ke dalam gendang telinganya dari wanita muda berprofesi sebagai pelayan tersebut. Ia mengibaskan tangannya dan secepat kilat pelayan itu keluar dari ruangannya.

Madam Moe mendekap kedua tangan di depan dada. Ia menatap pantulan wajahnya di hadapan cermin besar. Ia tersenyum getir.

"Malaikat baru, aku tahu pasti tentang apa yang kau rasakan saat ini! Pasti menyakitkan dijual oleh keluargamu sendiri demi hutang yang tak pernah kau nikmati uangnya!

Kau harus tahu bagaimana pahitnya hidup membawamu keluar dari singgasana ternyamanmu beberapa saat lalu! Hidup itu berat," gumam Madam Moe diakhiri menghirup napas dalam-dalam.

Ia masih harus melakukan tugasnya. Tugas setiap hari di klub malam yang amat terkenal di Aiden City. Dark Angel, namanya. Menawarkan semua Malaikat di Dark Angel pada peminatnya.

Malaikat adalah nama sebutan bagi para wanita yang berada dalam naungannya. Wanita cantik yang menjual diri demi mendapatkan uang yang sangat banyak dari para tamu dan tentu saja harus memiliki kualifikasi terbaik.

Kualifikasi itu tak hanya sekedar bermodal cantik dan ramah. Namun, harus bisa memberikan pelayanan memuaskan bagi para tamu yang datang silih berganti.

Wanita yang ada di Dark Angel dijual cukup tinggi dan itu sepadan dengan apa yang bisa mereka beri pada tamu yang membelinya malam ini.

****

Ceklek

Pintu terbuka dan secepat kilat telah kembali tertutup. Seorang wanita paruh baya berjalan pelan namun pasti dengan tujuan mendekatinya.

Vanessa meringkuk di atas ranjang. Ia menutupi seluruh tubuhnya yang kini hanya terbalut lingerie amat tipis dan menerawang mata siapa pun yang melihatnya.

Ia tak pernah semalu ini. Ia merasa dirinya sedang ditelanjangi oleh semua pelayan yang tadi memaksanya mengganti pakaiannya dengan lingerie hitam menutupi beberapa aset berharganya.

Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ia menatap ketakutan pada kedatangan Madam Moe.

Madam Moe bisa mengertikan hal itu. Hal yang dulunya pernah ia rasakan sewaktu muda, berpuluh-puluh tahun yang lalu.

Senyum mengembang di wajahnya sambil memindai dari atas sampai bawah tubuh gadis muda di hadapannya.

Gadis itu benar-benar ketakutan, ditunjukkan dari giginya yang mengeluarkan suara gemeretak.

"Pergilah dari sini, Nyonya! Kumohon jangan kemari!" usir Vanessa memberanikan diri.

Madam Moe tersenyum penuh arti.

"Malaikat baru, ini hari pertamamu bekerja di Dark Angel! Kau harus bisa menyenangkan para tamu. Paham?" tegas Madam Moe yang dengan sengaja mengabaikan kata-kata Vanessa padanya.

"Jangan mendekat! Lagipula aku bukan Malaikat baru atau apa pun itu. Aku mohon keluarkan aku dari sini! Ayahku pasti mencariku!" pekik Vanessa yang masih mengira sang ayah tak pernah ikut andil dalam menjual dirinya saat ini. Ia menuduh Madam Moe yang telah menculik dirinya dan menjual pada pria hidung belang.

Katakan saja gadis itu naif, ia mengira sang ayah benar-benar baik dan tak mungkin setega itu menjual dirinya di tempat laknat ini.

'Ya Tuhan, lindungi aku! Kumohon datangkan penyelamat untukku dan bisa membawaku keluar dari tempat ini secepatnya!' batin Vanessa merapalkan doa pada sang pemilik kehidupan. Tanpa ia sadari air mata berjatuhan membasahi kedua pipinya.

Blamm

Pintu terbanting cukup nyaring dan memekakkan telinga. Madam Moe yang sudah tak lagi muda pun dibuat kaget olehnya.

Seorang lelaki muda nan tampan berjalan dengan gagah, ia menyapukan pandangan ke segala arah dan terhenti tepat pada seorang gadis cantik yang berusaha menutupi tubuhnya sebisa mungkin dengan benda apa pun di sekitarnya.

Sambil tersenyum tipis, ia menunjuk ke arah Vanessa dan berkata, "Madam Moe, apakah ini gadis yang kau pilihkan untuk menghangatkan ranjangku malam ini?"

Vanessa membelalakkan mata. Ia bukan jalang.

"Aku bukan penghangat ranjangmu, Tuan! Pergi dari sini!" teriak Vanessa menahan ketakutan yang bersumber dalam diri.

To be continue…