Chereads / Aku Bukan Jalang / Chapter 4 - Aku Masih Suci

Chapter 4 - Aku Masih Suci

Lelaki itu tersenyum penuh misteri. Ia hanya menunjuk ke arah Vanessa sambil memberi kode pada Madam Moe.

Madam Moe mengangguk. Entahlah apa arti dari anggukan itu. Vanessa lebih mengkhawatirkan dirinya daripada membahas arti kode antara lelaki tampan itu dengan Madam Moe.

Madam Moe bergeser beberapa langkah, hingga tak lama kemudian ia berhasil mencapai tujuannya. Ia berdiri di samping sang pemuda gagah dengan setelan jas mahal berwarna abu tua tersebut.

Sedikit berjinjit, Madam Moe berbisik di telinga sang pemuda. Pemuda itu mendengar bisikan Madam Moe sembari memindai gadis di atas ranjang.

Sungguh mempesona penampilan Vanessa malam ini. Seolah ia terlahir sebagai Malaikat tak bersayap yang kini siap melayani para pria berkantong tebal.

Usai mendengar bisikan itu, si pemuda memicingkan mata ke arah Vanessa. Ia melirik Madam Moe sekilas sebelum bertanya satu hal.

"Aku mau dia!" tegas pemuda tersebut sembari menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah gadis yang memakai lingerie hitam.

Vanessa tampak ketakutan. Ia begitu shock saat mendengar kalimat tegas dan penuh tekanan tersebut.

"Tapi Tuan Richie, dia adalah Malaikat baru di Dark Angel. Gadis itu sudah ada peminatnya, Tuan Richie! Tuan Abigail sudah memberi uang muka setara Maybach," jelas Madam Moe.

Pemuda itu tampak berpikir ulang. Apakah benar keputusannya dengan mengambil Vanessa sebagai pemuas ranjang dalam jangka panjang?

Gadis?

Pemuda itu tersenyum penuh misteri begitu mendengar penjelasan Madam Moe mengenai harga uang muka gadis cantik itu.

Apakah mungkin gadis itu masih suci?

Cih! Yang benar saja?

"Aku tetap mau dia!" tegas pemuda itu tanpa ragu. Sepertinya ia sudah mendapat jawaban dari pemikirannya beberapa saat lalu.

"Tapi Tuan---..."

"Kau tahu siapa aku, bukan? Apa kau mau tempat ini kututup?" bentak si pemuda meluapkan amarahnya.

Madam Moe terkesiap.

What??

No!

"Jangan Tuan Richie!" pekik Madam Moe yang wajahnya refleks memucat.

Jadi, namanya Richie?

Vanessa mengamati dalam diam. Ia benar-benar hanya bisa merapalkan doa semampunya tanpa bisa melakukan hal lainnya.

"Lalu masalah uang mukanya bagaimana, Tuan?" tanya Madam Moe gelisah.

Pemuda yang bernama Richie itu tertawa terbahak-bahak. Ia melihat Madam Moe disertai senyuman remeh.

"Kau tahu siapa aku, kan? Katakan saja padanya, gadis ini telah kubeli dengan harga dua kali lipat! Kembalikan uangnya! Mulai hari ini dia akan menjadi budakku!" tegas Richie penuh intimidasi.

Madam Moe mengangguk patuh.

Sebenarnya, siapa sosok pemuda ini? Apakah dia adalah orang penting hingga membuat Madam Moe hanya bisa pasrah pada setiap keinginannya?

Beberapa detik kemudian, Madam Moe buru-buru keluar dan menutup pintu kamar tersebut. Di mana kamar tersebut dihuni Vanessa dan pria asing di hadapannya.

"Jangan mendekat! Kalau kau berani mendekat, maka aku akan berteriak!" ancam Vanessa yang terlihat konyol di mata Richie.

Benar saja, seringai aneh di wajahnya itu berubah menjadi kekehan menyebalkan yang tertangkap di kedua indera pendengaran gadis tersebut.

"Teriak saja sepuasnya! Setelah itu kau masih memiliki tugas untuk melayani aku. Aku paling nggak suka membuang waktu, cepatlah!" titahnya tanpa memikirkan bagaimana kesalnya hati dan pikiran Vanessa.

Vanessa menarik selimut tipis di atas ranjang dan menutupi tubuhnya serapat mungkin.

"Tuan, kumohon jangan ambil kesucianku! Aku hanya ingin melakukan itu dengan suamiku! Aku mohon, Tuan…" pinta Vanessa memohon.

Richie yang awal mulanya tersenyum senang lama-lama merubah ekspresi wajahnya secepat kilat. Ia tampak muram dan banyak pikiran.

Lelaki tampan itu mengelus dagu runcingnya dan memiringkan senyumnya.

"Malam ini aku menebusmu dan itu artinya kau menjadi milikku! Jangan berharap aku akan melepaskanmu, Jalang!" tegas Richie lantang.

"Aku bukan jalang, Tuan! Bukan!!" jerit Vanessa yang tak terima dianggap sebagai wanita murahan.

"Lalu kalau kau bukan Jalang, lalu kau siapa, hem? Bagaimana bisa ada seorang gadis baik-baik berada di sini kalau dia tidak berniat menjual tubuhnya? Jangan munafik, Nona!

Aku bisa memberikan uang sebanyak yang kau mau asalkan kau menjadi pemuas ranjangku! Kau dapat uangku, aku dapat tubuhmu, adil 'kan?" tawar Richie dengan mantap bak seorang Cassanova atau malah seperti seorang hidung belang yang sedang menawar wanita penjaja cinta.

Entahlah.

Vanessa merapatkan kain tipis itu untuk membalut tubuhnya yang semakin kedinginan.

Berapa suhu air conditioner di kamar ini? Apakah mereka pikir akan ada pertempuran panas di tempat ini sehingga mereka menaikkan suhu angin berpenyejuk dengan sembarangan?

Sialan!

"Kumohon jangan, Tuan! Jangan!!" teriak Vanessa yang bersikukuh menjaga barang berharganya.

Richie tampak kesal. Ia menyingkap selimut tipis itu dengan sekali tarik.

Lelaki itu mencubit dagu sang gadis cantik namun memiliki nasib yang menyedihkan. Bagaimana tidak menyedihkan, dia telah dikhianati oleh mantan sahabat dan juga mantan kekasihnya, ditambah lagi dijual oleh ayah kandungnya demi melunasi hutang.

"Apa yang kau mau, hah? Kau sengaja menarik ulur gairahku, hem? Apa ini caramu untuk menggodaku?" tanya Richie dengan senyum yang sulit diartikan.

Vanessa tak mampu berkutik. Ia tak berani menatap lelaki tampan di hadapannya yang sayangnya adalah seorang Playboy sejati.

"Tuan, kumohon jangan lakukan apa pun padaku! Aku mohon lepaskan aku dari sini!" pinta Vanessa memohon.

Tanpa sadar selimut itu telah jatuh ke lantai. Lingerie hitam tampak menggoda di depan mata.

Seperti memiliki ide brilliant dalam pikirannya, ia tersenyum penuh misteri pada Vanessa.

"Kuberi kau kesempatan untuk menjawab pertanyaanku, apakah kau mau menjawabnya dengan jujur?" tawar Richie.

"Apakah dengan menjawab pertanyaan itu akan membuatku keluar dari tempat ini?" tanya balik Vanessa.

"Tergantung!" jawab Richie ambigu.

"Pertanyaan apa, Tuan? Asal aku bisa keluar dari sini, segala cara akan kulakukan!" ucap Vanessa mantap.

"Bagus kalau begitu! Karena kau sudah mengiyakan, maka aku akan memberimu satu pertanyaan dan kau harus menjawabnya jujur!"

Vanessa tak punya pilihan lain selain mengangguk.

"Kau benar-benar ingin pergi dari sini, kan? Maka dari itu aku memberimu penawaran, apakah kau mau menjadi wanita simpananku? Atau malah menjadi budakku?" tanya Richie serius.

Vanessa terhenyak. Sumpah demi apa pun ia tak pernah menduga akan mendapat tawaran dengan sebuah jawaban yang sulit terucap dari bibirnya.

Apa yang harus ia jawab?

Diduakan saja dia tidak mau, kenapa ia harus mengiyakan untuk menjadi wanita simpanan apalagi budak?

Lelucon gila apa ini, Ya Tuhan?

"Apakah tidak ada tawaran lain, Tuan? Aku mau menjadi asisten rumah tangga atau karyawan di perusahaanmu, atau pekerjaan lainnya! Aku mohon, jangan jadikan aku sebagai wanita simpanan ataupun budak. Aku mohon, Tuan…" pinta Vanessa dengan wajah memelas, amat memelas malahan.

"Aku sudah membelimu, suka-suka aku untuk menjadikanmu sebagai apa di dalam hidupku! Kalau kau menolak, maka aku akan katakan pada Madam Moe untuk menjualmu pada Abigail atau pria berperut buncit lainnya! Bagaimana, hem?"

Apa yang akan dijawab Vanessa?

To be continue..

***