Chapter 8 - Penyamaran

"Itu urusanku, Yang Mulia. Kau hanya perlu keluar saja dari ruang perjamuan saat aku mulai menari," jawab Rowena dengan tegas.

Rowena mengambil selembar kertas yang sudah dilipat-lipat kecil dari kantong bajunya dan menyerahkannya pada Pangeran Helios. "Tolong perintahkan salah satu prajuritmu untuk membawakan barang-barang yang sudah kutuliskan di sana dan berikan padaku saat kita sudah sampai di Valeccio."

"Apa ini?" tanya Pangeran Helios.

"Itu adalah baju perangku nanti." Rowena bangkit dari kursinya dan beranjak pergi dari sana.

Sesuai strategi yang disampaikan Rowena, sang Pangeran memerintahkan setengah dari pasukannya untuk segera bergerak ke istana Valeccio dan menyamar sebagai pengawal Valeccio. Selain itu, ia juga memerintah Sir Ivan untuk mencari barang-barang yang sudah dituliskan Rowena dalam kertas itu.

Keesokan harinya saat matahari sudah tenggelam, Pangeran Helios, Sir Cedric, Sir Damian, dan Rowena mulai bergerak ke Valeccio dengan menunggangi kuda. Mereka masih bisa berbincang santai dan bersenda gurau satu sama lain.

"Dame Ernest, apakah aku boleh memanggil namamu saja? Kurasa hubungan kita sudah lebih dekat dari sebelumnya," ujar Sir Damian.

"Tentu saja boleh. Bahkan aku lebih suka jika kalian semua memanggilku dengan nama saja dan bukan Dame Ernest," jawab Rowena sembari tersenyum bahagia.

"Aku ingin jujur padamu Rowena. Sebenarnya aku sama sekali tidak yakin dengan strategimu kali ini. Strategimu itu terkesan dirancang dengan terburu-buru dan berantakan. Menurutku strategimu itu akan berpeluang tinggu untuk gagal," kritik Sir Damian.

"Bisakah kau berhenti meremehkan strategimu?" ucap Rowena dengan wajah masamnya karena strateginya dikritik oleh Sir Damian.

"Itu adalah hal yang wajar jika Damian meremehkanmu. Lagipula bayangkan saja apa yang bisa dilakukan perempuan lemah sepertimu di dalam sarang rubah itu sendirian," sahut Sir Cedric yang sedari tadi diam.

"Bagaimana kalau kita bertaruh, Rowena? Jika kau bisa selamat dalam waktu dua jam dalam ruang perjamuan itu, aku akan memberikan setengah kekayaanku padamu dan memanggilmu "kakak", lalu jika kau terluka parah maka kau harus memanggilku dengan sebutan "kakak" untuk selamanya," ujar Sir Damian yang entah mengapa terlihat sangat menikmatinya.

"Hey, kenapa kamu jadi kelihatan seperti laki-laki yang sangat kesepian? Bukannya taruhan ini sangat merugikan dirimu? Lagipula sebagai informasi tambahan kalian hanya perlu mengunciku bersama tamu-tamu dalam perjamuan itu selama satu jam saja," jawab Rowena.

"Awas saja kalian masuk ke dalam atau mengintip ketika belum satu jam!" ancam Rowena.

Sir Damian menepuk-nepuk kepala Rowena dengan lembut. "Baiklah... Baiklah..."

Sir Damian menatap Rowena dengan tatapan penuh kasih sayang. Bagi Rowena tatapan itu bukan seperti seorang pria yang memandang lawan jenisnya, tetapi lebih ke tatapan kasih sayang antara seorang kakak ke adiknya. Tatapan itu membuat Rowena teringat dengan masa lalu Sir Damian yang pernah diceritakannya sendiri saat Helios masih berperang di Richella.

Pada saat itu, Rowena dan Damian tengah duduk berdua di depan tenda Rowena. Damian mulai bercerita tentang kisah hidupnya di masa lalu. Dulunya Damian adalah putra pertama dari keluarga Marquess di Kekaisaran Sunverro. Ia mempunya keluarga yang sangat bahagia, orang tua yang baik dan adik perempuan yang ceria dan imut.

Semua berjalan baik-baik saja sampai di suatu hari, ketika orang tua dan adik perempuannya berangkat ke ibukota dengan kereta kudanya. Di hari itu, Damian memang sengaja tidak ikut dalam perjalanan itu karena keesokan harinya ia harus masuk ke akademi Kekaisaran Sunverro.

Saat sudah tengah malam, ia mendapat berita kalau semua anggota keluarganya telah ditemukan tak bernyawa dikarenakan kecelakaan di jalan. Hal itu membuat hati Damian hancur. Bahkan saking parahnya ia sampai mengurung dirinya di dalam mansionnya selama satu tahun lamanya.

Ditengah keterpurukannya, Pangeran Helios yang merupakan sahabat baiknya datang menemuinya dan memberikan alasan untuk Damian hidup di dunia yang hampa ini tanpa kehadiran keluarganya. Seiring berjalannya waktu, ia pun menggantikan ayahnya sebagai Marquess dan mengabdikan dirinya sebagai ksatria pribadi sang Pangeran seperti sekarang.

Setelah beberapa jam, mereka menunggangi kuda akhirnya sampailah mereka di sebuah penginapan yang terletak di ibu kota Valeccio. Sesampainya di sana, mereka langsung disambut oleh Sir Ivan yang sudah sampai di sana lebih cepat dari mereka.

Penginapan itu terlihat sangat sederhana. Pangeran Helios memang sengaja memilih penginapan itu agar kehadirannya tidak disadari oleh pihak Kerajaan Valeccio. Rowena yang sudah kelelahan segera masuk ke kamarnya untuk beristirahat, sedangkan Pangeran Helios dan kedua ksatria pribadinya itu memilih untuk berkeliling di sekitar ibu kota sembari menyusun strategi cadangan tanpa sepengetahuan Rowna jika strategi miliknya gagal.

Kemudian hari yang dinanti-nantikan oleh Rowena pun tiba. Pangeran Helios yang mengenakan pakaian kebesarannya, Sir Cedric dan Sir Damian yang memakai baju zirah, serta Rowena yang memakai pakaian penari memasuki ruangan perjamuan. Semua mata tertuju pada Rowena sekarang.

Hal itu dikarenakan Rowena memilih untuk tampil menjadi seorang wanita feminim yang menggoda dengan pakaian penari yang sangat terbuka dari Suku Maya, suku asli dari Kerajaan Valeccio yang terkenal dengan kecantikannya dan tarian pisaunya, sangat berbeda jauh dengan penampilannya biasanya. Bisa diakui Rowena memang sangat totalitas dalam sandiwaranya.

Kedatangan mereka langsung disambut oleh sang Raja Valeccio itu sendiri. Mereka berbincang selama beberapa menit lalu sang Raja pun mulai membuka acara itu.

"Sebagai simbolis dari persahabatan antar kerajaan kita, aku sebagai pangeran mahkota dari Kekaisaran Sunverro ingin memberikan penari ini pada anda," ujar Pangeran Helios dengan suara pelan.

Rowena pun maju mendekati Raja Sunverro yang tengah duduk di singgasananya lalu duduk di pangkuan raja itu. Nampak kebahagian yang tersirat dari raut wajah Raja Valeccio setelah mendapatkan hadiah dari Pangeran Helios.

"Sebagai Raja dari Kerajaan ini, aku sangat berterima kasih padamu dengan hadiah sebagus ini. Aku harap persahabatan antara Kerajaan kita dapat terjalin sampai generasi selanjutnya," ucap Raja Valeccio sembari tertawa kencang.

"Bagaimana jika kita menyaksikan tarian yang akan ditampilkan oleh penari ini?" tawar Pangeran Helios.

"Baiklah. Mari kita saksikan penampilannya."

Rowena bangkit dari pangkuan raja itu dan berjalan ke tengah ruangan untuk bersiap-siap membawakan tarian yang akan ditampilkannya. Pangeran Valeccio yang melihat hal itu langsung undur diri dari sana dan meninggalkan ruang perjamuan bersama Sir Cedric dan Sir Damian.

Setelah mereka keluar, para prajurit Sunverro yang sudah menyamar menjadi pengawal istana Valeccio segera mengunci pintu ruang perjamuan itu dari segala arah bahkan dirinya sendiri yakin kalau tidak akan ada seorang pun yang bisa keluar dari sana.

Pangeran Helios, Sir Cedrid, dan Sir Damian berdiri di depan pintu utama ruang perjamuan itu untuk menunggu Rowena. Karena mereka semua memang tidak yakin kalau strategi Rowena akan berhasil. Awalnya terdengar suara teriakan banyak orang dari dalam ruang perjamuan itu, namun selang beberapa puluh menit suara itu tiba-tiba menghilang. Tidak terdengar suara apapun dari dalam, hanya terdengar keheningan.

Sir Damian yang tadinya ingin menerobos masuk karena khawatir dengan keadaan Rowena pun ditahan oleh Sir Cedric. Sebab pada saat itu Rowena sudah pernah berpesan kalau belum satu jam mereka semua dilarang untuk masuk ataupun mengintip ke dalam ruangan itu.