Chereads / Pembalasan Dendam Sang Ksatria Wanita / Chapter 11 - Rowena dan Duchy Ellien

Chapter 11 - Rowena dan Duchy Ellien

Rowena berjalan mendekati Sir Cedric, semakin ia berjalan mendekatinya Sir Cedric semakin berjalan mundur untuk menjauhinya.

Rowena membungkukkan separuh tubuhnya seperti putri bangsawan saat akan memberi salam kepada bangsawan laki-laki. "Salam untukmu, Kakak Duke Muda Litchbell."

Hal kecil yang dilakukan Rowena itu membangkitkan ingatan Sir Cedric saat dirinya berusia sepuluh tahun. Pada saat itu ia dan ayahnya pergi ke Kerajaan Edelle sebagai perwakilan dari Kerajaan Sunverro untuk membahas tentang kerja sama antar kedua kerajaan itu.

Cedric pernah tersesat saat berada di taman istana Edelle yang luas. Di sanalah pertemuan pertamanya dengan seorang gadis kecil yang kira-kira usianya empat tahun lebih muda dari dirinya. Gadis itu memiliki rambut panjang berwarna merah membara serta iris matanya yang sebiru batu safir.

Gadis itu tersenyum manis dan memberi salam kepada Cedric dengan sangat sopan. Tata Krama gadis itu benar-benar perlu diacungkan empat jempol saking sempurnanya. Semua hal tentang gadis kecil itu selalu diingat oleh Cedric, karena Cedric kecil pernah berjanji akan melamarnya saat sudah dewasa.

"Putri Rowena Odelette de Edelle? Sungguhkah itu dirimu?" tanya Sir Cedric yang masih ingin memastikan, karena ia sangat yakin gadis kecil yang ada di ingatannya itu memiliki sifat yang berbeda sangat jauh dengan perempuan yang ada dihadapannya sekarang.

Rowena mengulas senyum hangat. "Senangnya diriku karena kau masih mengingatku."

"Apa? Ini sungguhan? Kenapa anda ada di sini, Putri Rowena?" tanya Sir Cedric yang terlihat sudah mulai salah tingkah.

Rowena merangkul bahu Sir Cedric dengan tangan kanannya dan mulai berjalan melanjutkan perjalanan mereka mencari kayu bakar. "Hey, aku sudah bukan lagi seorang putri. Sekarang aku hanya seorang rakyat biasa yang menjadi ksatria wanita pertama di seluruh benua yang bernama Rowena Ernest."

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi selama aku kembali ke Sunverro?" tanya Sir Cedric.

"Beberapa tahun setelah kau meninggalkan Edelle, ibuku tewas dibunuh oleh si ratu jahat itu. Kurasa kau pasti akan mengerti apa yang terjadi selanjutnya," kata Rowena sembari tersenyum.

Sir Cedric menghela napas panjang dan berkata, "Kalau aku tahu kau akan berakhir seperti ini, seharusnya dari dulu aku segera membawamu kabur dari Edelle."

"Berhentilah menyesal seperti itu. Jika dulu kau membawaku kabur dari sana, aku juga tidak akan mau. Lagipula semua yang telah berlalu biarkanlah berlalu," ucap Rowena sambil memungut kayu bakar yang ada di tanah.

Sur Cedric menoleh kearah Rowena dan menatap kedua mata biru perempuan itu dengan serius. "Maksudmu kau ingin hidup tenang sebagai seorang ksatria?"

"Hah? Apakah menurut dirimu aku akan berpikir seperti itu? Tentu saja tidaklah. Aku akan kembali beberapa tahun lagi ke Edelle sebagai mimpi terburuk mereka."

"Aku masih tidak menyangka gadis kecil yang imut dan manis yang pernah kutemui itu sekarang sudah tumbuh menjadi seorang perempuan kejam dan bengis seperti ini," keluh Sir Cedric.

Rowena kembali tersenyum mendengar keluhan Sir Cedric terhadap dirinya. "Mau tidak mau kau harus menerima diriku yang sekarang sebagai teman dengan apa adanya."

Sir Cedric mengambil sebagian kayu bakar yang dibawa oleh Rowena. "Tentu saja. Jika kau kesulitan jangan ragu untuk meminta bantuan padaku. Aku akan selalu ada untukmu kapanpun itu."

"Wah, aku senang sekali mendengar hal itu. Selain itu aku harap kau tidak menceritakan tentangku pada siapapun, Sir Cedric. Aku tidak ingin kabar tentang diriku yang masih hidup ini terdengar oleh Edelle."

"Kalau begitu aku akan menganggap hal ini adalah rahasia diantara kita berdua."

Setelah merasa kalau kayu bakar yang dikumpulkan telah cukup, mereka berdua pun memutuskan untuk kembali ke tenda. Mereka bernostalgia bersama tentang masa kecil mereka saat pertama kali bertemu. Tak terasa, ternyata mereka sudah sampai di tenda. Sir Damian dan Pangeran Helios sekilas merasa terkejut melihat keakraban kedua orang itu. Padahal saat berangkat mencari kayu bakar, keduanya nampak terlihat canggung satu sama lain.

"Hey, apa yang sudah terjadi diantara kalian berdua?" tanya Sir Damian blak-blakan.

"Apa maksudmu, Damian?" tanya Sir Cedric dengan sewot.

"Maksudku bukankah sebelumnya kau menganggap Rowena sebagai musuh bebuyutan hanya karena Helios eh maksudku Yang Mulia Pangeran Helios menjadikannya yang merupakan ksatria musuh sebagai ksatria kerajaan kita. Tetapi lihatlah sekarang, dari tatapan matamu padanya saja sudah seperti seorang laki-laki yang baru dewasa yang tengah menatap gadis yang sudah lama dicintainya," jelas Sir Damian.

Boom. Perkataan Sir Damian sangat tepat sasaran. Kedua telinga Sir Cedric memerah saat mendengar hal itu yang menandakan dirinya tengah malu. Pangeran Helios sepertinya sudah menyadari kalau ada yang aneh dengan Sir Cedric, namun ia lebih memilih untuk tidak memperdulikannya sama sekali.

Fajar telah menyingsing di timur. Keempat orang itu pun melanjutkan kembali perjalanan mereka setelah selesai membereskan tenda mereka. Setelah tujuh jam perjalanan, akhirnya sampai juga mereka di Duchy Ellien.

Untuk sementara waktu mereka menginap di kastil Terania. Kedatangan mereka ke sana disambut hangat oleh para pelayan dan bawahan lainnya. Beberapa pelayan yang melihat kedatangan Rowena langsung menariknya untuk mandi dan dirias karena orang-orang disana salah paham mengira Rowena adalah wanita milik Pangeran Helios.

Untung saja saat itu Rowena sedang sabar dan berbaik hati, jika tidak maka pasti sekarang keadaan pelayan-pelayan yang menariknya itu akan sama dengan keadaan orang-orang di istana Sunverro. Dirinya dipaksa untuk berendam dalam kolam besar yang berisi susu dan bunga-bungaan.

Selesai berendam, ia dibawa ke meja rias untuk didandani. Setelah dirias, seorang pelayan menuntunnya ke ruang makan karena di sana sudah ada Sir Cedric, Sir Damian, dan Pangeran Helios yang sedang makan siang bersama.

Rowena yang memakai baju tipis berlengan pendek berwarna merah yang memperlihatkan perutnya dengan jelas serta rok merah berlapis emas yang panjangnya mencapai mata kakinya. Tak ketinggalan juga kain panjang berwarna sama dengan bajunya yang dililitkan di kedua lengannya. Rambut hitam panjangnya yang digerai menambah pesona bagi dirinya.

Rowena berjalan dengan anggun memasuki ruang makan. Ketiga laki-laki yang sudah ada di sana sedari tadi seketika terpesona melihat kecantikan Rowena. Meskipun Rowena memiliki sikap yang kasar, tetapi harus diakui kalau perempuan itu memiliki wajah yang sangat cantik.

Rowena duduk tepat di samping Sir Damian dan mulai mengambil makanan yang ada di atas meja makan. "Kenapa kalian melihatmu seperti itu? Apakah ada yang aneh di wajahku?"

"Tidak, bukan begitu. Hanya saja tumben sekali kau merias diri dan memakai baju wanita," jawab Sir Damian.

"Oh, para pelayan di kastil ini mengira kalau aku adalah kekasih gelap Pangeran Helios. Jadi mereka berusaha semaksimal ini untuk mendandaniku. Tidakkah kalian berpikir kalau ini agak berlebihan," kata Rowena dengan santainya sambil mengunyah makanan.

Pangeran Helios yang tengah asik menyantap makanannya langsung tersedak mendengar perkataan Rowena. Bagaimana bisa perempuan itu mengucapkan hal yang memalukan itu dengan santainya.

"Tidak. Kau terlihat sangat cantik," puji Sir Cedric.