Setelah melewati hari-hari yang menyedihkan dan sangat menyiksa akhirnya sampailah juga mereka di istana Valeccio. Mereka turun satu per satu dari kereta kuda itu, berbeda dengan Rowena yang dibopong oleh Sir Damian saat turun karena tubuhnya sudah lemas semua diakibatkan mabuk daratnya selama perjalanan pulang menuju istana Valeccio.
Jika bisa, Rowena bersumpah tidak akan menaiki kereta kuda sialan itu lagi. Selama perjalanan saja, kereta kuda itu terus berhenti karena Rowena yang ingin muntah. Tubuhnya yang kuat menjadi lemah karena selalu memuntahkan makanannya selama perjalanan. Meskipun begitu, entah mengapa firasatnya mengatakan kalau ia akan terus menaiki kereta kuda itu di masa depan.
Kedatangan mereka disambut oleh sejumlah prajurit di sana. Para prajurit itu langsung mengerubungi Sir Damian yang tengah membopong Rowena di punggungnya.
"Apa yang telah terjadi padamu, Rowena? tanya salah satu prajurit itu.
"Aku telah dikalahkan oleh kereta kuda sialan itu," ucapnya dengan suara yang lemah.
Mendengar hal itu, semua prajurit di sana langsung menertawakannya. Mereka benar-benar tidak menyangka seorang perempuan yang dikenal kejam dan bengis karena telah membunuh dua ratus lima puluh orang bisa terkapar lemas karena mabuk saat menaiki kereta kuda.
"Hey, bajingan! Berhentilah menertawakan ku, Sialan!" umpat Rowena yang merasa jengkel melihat kelakuan teman-teman prajuritnya itu.
"Damian, lebih baik kau bawa Rowena masuk ke tendanya dan biarkan dia beristirahat dulu untuk sementara waktu," perintah Pangeran Helios yang merasa kasihan melihat keadaan Rowena yang sudah tidak berdaya tetapi masih bisa mengumpat seperti sekarang.
Sir Damian segera membawa Rowena masuk ke dalam tendanya. Rowena pun memutuskan untuk beristirahat di tempat tidurnya sampai dirinya pulih total. Waktu berjalan dengan cepat. Sekarang langit sudah gelap dan Rowena tengah bersiap-siap untuk pergi ke tenda Pangeran Helios dan membahas tentang strategi perang selanjutnya.
Rowena membuka pintu ruang kerja Pangeran Helios dan berteriak, "Yang Mulia!"
"Melihat kau yang berteriak kencang saat masuk, sepertinya kondisi tubuhmu sudah sangat baik," kata Pangeran Helios yang tengah menorehkan penanya di sebuah kertas.
Rowena berjalan mendekati meja kerja Pangeran Helios dan duduk di atas sana. "Aku ini datang ke sini dengan semangat yang membara untuk melaporkan strategi luar biasa yang telah kupikirkan barusan."
Tangan Pangeran Helios yang terus bekerja itu tiba-tiba berhenti. Ia menoleh ke arah Rowena yang tengah duduk di mejanya dan menatapnya dengan serius. "Silahkan kau katakan rencanamu, Wahai ksatria kesayanganku dan hartaku yang paling berharga."
Setelah mendengarkan perkataan Helios, Rowena langsung mengerutkan wajahnya sehingga membuat Pangeran Helios sendiri kebingungan dan bertanya, "Apa maksud dari reaksimu itu?"
"Aku hanya merasa jijik dengan panggilan panjang nan menggelikan yang kau ucapkan barusan," jawab Rowena.
Pangeran Helios terkekeh mendengar keluhan Rowena itu. "Asalkan kau tahu panggilan itu merupakan sebuah kehormatan untukmu dari diriku. Sampai sekarang tidak ada seorang pun perempuan yang kupanggil seperti itu selain ibuku. Harusnya kau bangga bisa dipanggil seperti itu oleh Pangeran tampan sepertiku. Jika itu perempuan lain, aku yakin mereka akan langsung berguling-guling di tanah saking bahagianya."
"Aku baru tahu kalau kau adalah tipe manusia yang suka memuji diri sendiri. Lagipula itu hanya berlaku bagi perempuan yang lain dan tidak dengan diriku," ujar Rowena.
"Lama-kelamaan mendengarmu berbicara seperti itu membuatku sangat sedih. Kurasa lebih baik kita langsung saja membahas tentang strategi kita kali ini."
Rowena tersenyum dan langsung membuka sebuah peta yang sudah dibawanya barusan dari tendanya. "Kita masih harus menaklukkan empat kerajaan lagi agar kita bisa menguasai benua Utara ini. Lalu kerajaan yang aku ingin kita taklukkan selanjutkan adalah Kerajaan Scarksa."
"Scarksa? Kerajaan yang dikatakan memiliki keamanan tertinggi itu karena relasi antara kerajaan dan rakyatnya sangat dekat sehingga para rakyat selalu berapi-api dalam melindungi kerajaannya. Bagaimana kau akan menaklukkan kerajaan itu?"
"Apa aku harus menambah kuda dan prajurit lagi?" tambah Pangeran Helios.
Rowena menggelengkan kepalanya yang memiliki arti kalau Pangeran Helios tidak perlu melakukan itu semua. "Strategiku kali ini sama sekali tidak memperlukan tenaga dari para prajurit kita. Yang diperlukan bantuannya kali ini hanyalah diriku sendiri."
"Kau ingin membantai mereka seperti saat kau menaklukkan Valeccio?"
"Tentu saja tidak. Itu sangatlah melelahkan asalkan kau tahu. Kita akan menggunakan strategi adu domba."
"Strategi adu domba?" kata Pangeran Helios yang masih tidak mengerti.
"Seperti yang kau tahu kalau rakyat Scarksa memiliki rasa percaya yang tinggi terhadap pemerintahnya sehingga mereka akan melakukan segala hal untuk membantu pemerintah dalam segala aspek. Begitu juga dengan pemerintah Scarksa yang akan melakukan apa saja untuk membuat kehidupan para rakyat menjadi makmur," jelas Rowena.
"Sebagai tambahan informasi dalam hal kekuatan pemerintah maupun bangsawan Scarksa itu sangatlah lemah. Bahkan para rakyat biasa di sana saja memiliki kekuatan yang lebih besar. Jika saja mereka menyatukan kekuatan mereka, maka para pemerintah dan bangsawan Scarksa akan sangat mudah untuk dikalahkan," tambahnya.
"Menurut penjelasanmu itu, sepertinya aku sudah mulai mengerti tentang strategi yang akan kau gunakan kali ini. Kau ingin mengadu domba para rakyat dengan pemerintah Scarksa, kan?" ucap Pangeran Helios.
Rowena bertepuk tangan kencang dan berkata, "Tepat sekali. Itulah maksudku barusan."
"Yang menjadi pertanyaanku sekarang adalah bagaimana caramu mengadu-domba mereka?"
"Untuk mengadu domba mereka, peranmu sebagai Pangeran Mahkota sangat dibutuhkan disini."
"Apa maksudmu?" ujar Pangeran Helios yang merasa ada yang tidak beres dengan strategi Rowena yang satu ini.
"Persembahkanlah aku sebagai selir raja Scarka dalam rangka persekutuan antar dua kerajaan yaitu Sunverro dan Scarka."
"APA??" Pangeran Helios nampak tidak suka dengan strategi yang barusan dilontarkan eh Rowena.
Tentu saja Pangeran Helios sangat tidak setuju dengan strategi itu. Bagaimana bisa ia menyerahkan perempuan yang dicintainya sebagai selir orang lain meskipun demi keuntungannya sendiri. Ia tidak akan pernah rela melakukan hal itu.
Rowena mengernyitkan dahinya setelah mendengar penolakan besar dari Pangeran Helios. "Tapi itu adalah satu-satunya strategi yang seratus persen akan berhasil."
"Lebih baik aku mengerahkan semua prajuritku daripada harus menyuruhmu kesana sebagai selir dari raja Scarka itu. Lagipula bagaimana jika kau dilecehkan disana, meskipun itu wajar karena kau sudah menjadi istrinya. Tetapi aku sangat tidak su- Maksudku Cedric dan Damian juga pasti akan menentangnya," ungkap Pangeran Helios.
"Apa maksudmu dengan dilecehkan itu? Bukankah kau sudah berpikir terlalu jauh? Aku akan pergi kesana sebagai selirnya hanya dalam waktu satu Minggu saja. Tentu saja aku juga tidak mau melakukan hubungan yang lebih dalam dengan mengorbankan tubuhku pada raja Scarka itu."
"Kalau begitu jelaskan dengan lebih rinci agar aku tidak salah paham lagi." Helios mendekatkan wajahnya dengan wajah Rowena sehingga membuat jantungnya sendiri berdegup kencang.