Chereads / Pembalasan Dendam Sang Ksatria Wanita / Chapter 22 - Sebelum Kepulangan ke Sunverro

Chapter 22 - Sebelum Kepulangan ke Sunverro

Di dalam penginapan, Rowena berpapasan dengan Sir Damian. Sir Damian yang menyadari keberadaan Rowena langsung memeluk perempuan itu dengan erat.

"Akhirnya kau sudah kembali. Selama beberapa hari ini, aku sangatlah mengkhawatirkan dirimu," ujar Sir Damian.

Rowena tersenyum kecil mendengar hal itu. Baru kali ini ia merasa kehangatan yang sama seperti yang telah dirasakannya di masa lalu. "Kalau begitu Yang Mulia Helios dan Cedric ada dimana?"

"Mereka berdua ada di kamarku. Mari kita pergi bersama ke sana," ucap Sir Damian.

Sir Damian dan Rowena pun berjalan bersama ke kamar Sir Damian. Di dalam kamar itu sudah ada Sir Cedric yang tengah duduk di sebuah kursi sembari menundukkan kepalanya serta Pangeran Helios yang sedang melihat keadaan sekitar dari jendela yang ada di dalam kamar itu. Ketika mendengar suara pintu yang terbuka atensi mereka terfokuskan pada Rowena dan Sir Damian. Sir Cedric dan Pangeran Helios langsung berjalan menghampiri Rowena.

"Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka saat berada disana? Kenapa rambutmu menjadi pendek seperti itu?" tanya Pangeran Helios sembari memegang kedua tangan Rowena.

Sir Damian langsung melepaskan tangan Pangeran Helios yang memegang kedua tangan adiknya. "Jika kau ingin berbicara dengannya, tidak perlu memegang tangannya juga."

"Aku baik-baik saja dan kalian tidak perlu khawatir tentang itu. Lalu aku memang sengaja memotong rambutku agar tidak dikenali oleh orang lain," jawab Rowena.

Sir Cedric yang sedari tadi tidak berbicara sepatah katapun tiba-tiba memukul kepala Rowena. "Bukankah kau sudah sangat keterlaluan? Bisa-bisanya kau dengan seenaknya menjalankan strategimu sendirian tanpa memberitahu aku ataupun Damian."

Rowena berjalan ke arah ranjang dan duduk dengan santai di atas sana. "Itu bukanlah masalah besar. Sekarang yang harus kita lakukan adalah kembali ke Valeccio dan menunggu. Aku sangat yakin dalam kurun waktu enam hari, akan ada seseorang yang merupakan perwakilan rakyat Scarka datang kepada kita untuk menyerahkan kerajaannya."

"Baiklah, kita akan mengikuti rencanamu. Cedric, cepat siapkan kereta kuda untuk kepulangan kita ke Valeccio," perintah Pangeran Helios.

Di hari itu juga dengan cepat mereka meninggalkan Scarka. Sesampainya di Valeccio, Pangeran Helios mengikuti rencana Rowena. Ia terus menunggu sampai hari yang dikatakan Rowena tiba. Hari berjalan dengan cepat tanpa disadari, hingga hari keenam pun sudah tiba. Sesuai perkataan Rowena, seseorang yang mengaku sebagai perwakilan Scarka datang sambil membawa surat penyerahan dan stampel kerajaan pada Helios. Tentu saja Helios menerima semua itu dengan senang hati.

Menurut informasi yang didengarkannya, Raja Scarka telah tewas dibunuh oleh para rakyat. Mayatnya digantung di depan gerbang istana selama beberapa hari lalu dijadikan makanan burung di hutan. Di saat yang sama para rakyat Scarka juga tengah mencari Cleatin untuk dibunuh juga karena dirinya adalah selir yang telah menghasut Raja Scarka.

Setelah berhasil mendapatkan Scarka, mereka pun melanjutkan penaklukan itu lagi dengan strategi dan ide-ide Rowena yang brilian. Satu per satu kerajaan berhasil ditaklukan. Dalam kurun waktu dua tahun pasukan Sunverro dengan bantuan Rowena berhasil menaklukan semua kerajaan yang ada di benua Utara. Sekarang semua kerajaan di benua barat maupun Utara berada dibawah naungan Kekaisaran Sunverro.

Helios dengan cepat mengirimkan surat kepada ayahnya, yang merupakan Raja Sunverro atau sekarang bisa disebut sebagai Kaisar Sunverro, mengenai kemenangan mereka dalam penaklukkan kali ini. Awalnya mereka menargetkan waktu sepuluh tahun untuk menaklukkan semua kerajaan yang ada di benua barat dan Utara, namun dengan kehadiran Rowena, mereka berhasil menaklukkan semua itu hanya dalam kurun waktu lima tahun sahaja.

Setelah mengirimkan berita kemenangan mereka, para pasukan Sunverro bersiap-siap untuk kembali ke Sunverro setelah sekian lama masa penantian. Para prajurit sangat sibuk mempersiapkan kepulangan mereka nanti untuk bertemu istri, anak, dan orang tua mereka. Berbeda dengan Rowena yang sangat santai dan tidak peduli dengan apapun.

"Apakah kau sudah menentukan tempat untuk menginap saat kita sampai di Sunverro nanti?" tanya Pangeran Helios.

"Mungkin aku akan tidur di atas pohon untuk sementara waktu sampai aku mendapatkan setengah kekayaan dari Marquess Squella," canda Rowena.

Pangeran Helios menatap Rowena dengan tatapan serius. "Berhentilah bercanda, Rowena. Tidak mungkin dirimu akan tidur di atas pohon. Bahkan jika itu memang satu-satunya hal yang bisa kau lakukan, aku tidak akan pernah mengijinkannya."

Sir Damian yang entah darimana menepuk pundak Pangeran Helios dari belakang. "Jangan konyol, Yang Mulia. Mau kau mengijinkannya atau tidak, Rowena akan menginap sekaligus tinggal di mansionku."

"Tinggal bersamamu? Kenapa Rowena harus tinggal bersamamu?" tanya Pangeran Helios.

Sir Damian membusungkan dadanya dengan percaya diri. "Apakah kau lupa kalau aku adalah kakaknya? Lagipula setelah kita kembali ke Sunverro, aku akan mencantumkan namanya dalam buku keluarga Squella."

"Terserah kau saja. Asalkan Rowena tidak menginap di jalanan atau pepohonan," jawab Pangeran Helios.

"Hey, bukannya aku sudah pernah bilang kalau aku tidak ingin masuk ke dalam buku keluargamu!" omel Rowena yang merasa kalau pendapatnya tidak digubris sama sekali.

Sir Damian sama sekali tidak peduli dengan Omelan Rowena. Ia langsung menghampiri Rowena dan memeluknya dengan erat lalu menggesekkan pipinya dengan pipi Rowena. "Aku tidak peduli dengan hal itu. Intinya aku tetap akan memasukkan namamu ke dalam daftar keluarga Squella. Lalu apa gaun yang akan kau kenakan saat pesta penyambutan nanti?"

Rowena mendorong Sir Damian dengan keras agar segera menjauh dari dirinya. "Pesta penyambutan?"

"Karena kita berhasil menaklukan seluruh kerajaan yang ada di benua barat dan Utara, Yang Mulia Baginda Raja pun mengadakan pesta penyambutan untuk kita selama tujuh hari tujuh malam. Lalu kita akan hadir di hari kedua saja. Oleh karena itu, aku harus tahu gaun apa yang ingin kau kenakan untuk pesta itu agar aku bisa menyiapkannya dengan cepat," jelas Sir Damian.

"Di pesta penyambutan ini Yang Mulia Baginda Raja dan Ratu akan hadir juga, kan?" tanya Rowena.

"Tentu saja," jawab Sir Damian dengan cepat.

Rowena pun langsung tersenyum puas dan menggambar sebuah sketsa gaun di selembar kertas. Setelah selesai ia pun menyerahkannya pada Sir Damian. "Aku ingin gaun yang seperti ini. Bisakah kau menyiapkannya untukku?"

Sir Damian mencubit pipi kanan Rowena karena merasa gemas dengan adiknya yang satu itu. "Ini adalah hal yang sangat mudah bagiku. Tentu saja akan kusiapkan dengan cepat. Aku akan segera mengirimkan sketsa gaun ini kepada kepala pengurus rumahku."

Pangeran Helios yang sedari tadi menyimak percakapan kedua orang itu langsung memukul tangan Sir Damian yang masih mencubit pipi Rowena. "Berhentilah melakukan hal itu meskipun kau adalah kakaknya, Damian. Secara biologis kalian juga bukan saudara kandung, jadi tidak seharusnya kau terlalu sering berkontak fisik dengan Rowena."

Sir Damian pun terpaksa berhenti mencubit pipi Rowena dan berkata, "Apakah kau iri karena tidak bisa melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan?"

"Apa maksudmu, Damian? Aku tidak pernah iri denganmu hanya karena hal sepele itu."

Rowena pun pergi meninggalkan kedua pria yang masih melanjutkan pertengkaran mereka tersebut.

"Aku tidak sabar dengan apa yang akan terjadi di Sunverro selanjutnya. Tunggu saja pembalasan dendamku ini, bajingan," gumam Rowena.