Hari kepulangan mereka ke Sunverro pun telah tiba. Di sepanjang jalan terdapat banyak sekali orang-orang yang bersorak-sorai atas kepulangan dan kemenangan yang telah diraih oleh pasukan Sunverro. Pangeran Helios memimpin barisan para pasukan berkuda dengan gagahnya. Rowena, Sir Damian, dan Sir Cedric berada tepat dibelakang Pangeran Helios.
Untung saja untuk parade kemenangan kali ini Rowena memutuskan untuk memakai rambut palsu sehingga tidak ada satupun orang yang menyadari kalau dirinya adalah seorang perempuan. Rowena mengamati sekitarnya, dapat dilihat kalau orang-orang disana sangat bahagia karena bisa menyambut anggota keluarganya yang sudah bertempur di Medan perang selama beberapa tahun. Seketika Rowena merasa kehampaan yang sangat mendalam di lubuk hatinya. Tidak ada satupun orang yang menyambut kepulangannya di Sunverro. Ia hanyalah orang asing di sana.
Sir Damian yang melihat raut kesedihan yang tergambarkan di wajah Rowena pun memegang kedua tangan Rowena yang tengah memegang tali kekang kudanya. Rowena langsung menoleh ke arah Sir Damian dengan kebingungan. Sir Damian membalasnya dengan senyuman hangat.
"Kau tidak perlu bersedih karena tidak ada satupun keluargamu yang menyambutmu disini. Bukankah ada aku yang merupakan kakakmu yang akan menyambut kedatanganku di Sunverro?" ucap Sir Damian dengan pelan.
Kedua sudut bibir Rowena pun terangkat keatas secara tidak sadar. "Terima kasih, kakak."
Keramaian dalam parade itu masih terus berlanjut. Banyak orang-orang yang melemparkan bunga dan potongan kertas warna-warni ke arah mereka. Bahkan sudah beberapa kali barang-barang itu mengenai wajah Rowena. Meskipun begitu Rowena tidak merasa jengkel ataupun kesal. Ia ikut merasa kebahagiaan seperti orang-orang yang ada di sana.
Sesampainya di istana kekaisaran parade penyambutan itu pun berakhir. Semua ksatria dan prajurit turun dari kudanya dan mengawal kuda mereka masing-masing ke dalam kandang kuda istana.
Saat Rowena turun dari kudanya, Sir Damian langsung menggandeng tangan kirinya. "Ayo, kita berangkat ke mansionku! Kereta kudaku sudah menunggu kita di depan gerbang istana."
"Bukannya kakak harus ikut dengan Helios dan Cedric untuk menemui Baginda Raja?" ucap Rowena.
"Aku hanya wakil komandan pasukan. Jadi kehadiranku tidak terlalu berarti bagi Baginda Raja. Baru kali ini aku merasa bangga dengan jabatanku," kata Sir Damian dengan bangganya.
"Bagaimana jika kita bertukar jabatan saja, Damian? Aku akan sangat rela jika kau menginginkannya," tawar Sir Cedric yang entah muncul dari mana itu.
"Tidak dan tidak akan mau. Terima kasih atas tawaranmu Duke Lithcbell. Sekarang aku dan adikku yang manis ini akan pulang terlebih dahulu. Jadi sampai jumpa," ujar Sir Damian yang mendadak menggunakan bahasa formal lalu langsung pergi bersama Rowena meninggalkan Sir Cedric yang tengah menatapnya dengan tatapan kebencian.
Ternyata mansion Sir Damian berada tidak terlalu jauh dari istana. Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk sampai ke mansion Sir Damian. Ketika sudah sampai, Sir Damian turun terlebih dahulu lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Rowena turun dari kereta kuda.
Semua pelayan yang sudah berdiri di depan pintu mansion sedikit terkejut melihat hal itu karena pada saat itu Rowena masih menyamar menjadi seorang pria sehingga para pelayan berspekulasi kalau majikan mereka mengalami penyimpangan seksual. Sir Damian pun menggandeng tangan Rowena dan berjalan masuk ke dalam mansionnya.
"Owen, tolong siapkan air bersuhu hangat di dalam bak mandi dan perintahkan beberapa pelayan untuk membantu Rowena mandi," perintah Sir Damian.
Owen, selaku kepala pengurus rumah tangga Marquess Squela pun membungkukkan badannya dan menjawab, "Baik, Tuan Marquess."
"Lalu Rowena kau ikuti Owen. Dia akan menuntunmu ke kamarmu dan nanti para pelayan akan membantumu untuk mandi dan berganti pakaian," ucap Sir Damian dengan lembut sembari mengusap kepala Rowena.
"Baiklah kakak," jawab Rowena.
Rowena berjalan di belakang Owen. Pria itu mengantar Rowena ke kamar yang sudah disiapkan jauh-jauh hari. Rowena melihat ke arah sekelilingnya. Harus diakui kalau mansion Sir Damian benar-benar sangatlah mewah. Banyak barang-barang mahal disana. Bahkan saat Rowena memasuki kamarnya, sebagian besar perabot didalamnya dilapisi oleh emas dan berlian. Rowena mencoba untuk duduk di atas ranjangnya, ternyata kasur miliknya sangatlah empuk.
Saat ia sedang menikmati empuknya kasur barunya itu, beberapa pelayan masuk ke dalam kamarnya.
"Tuan, nama saya adalah Leona. Mulai hari ini saya dan beberapa pelayan yang ada disini akan melayani anda. Ini adalah Viona dan Josephine," ucap seorang pelayan yang mengaku sebagai Leona.
Rowena terkekeh ringan saat mendengar Leona memanggilnya dengan sebutan tuan. Ia melepaskan rambut palsunya lalu membuangnya ke sembarang arah. "Aku adalah seorang wanita. Kalian bisa memanggilku Rowena."
Ketiga pelayan itu langsung berlutut di hadapan Rowena. "Maafkan kami, nona Rowena. Kami kira anda adalah seorang pria karena rambut anda terlihat sangat pendek."
"Hey, sudahlah. Cepatlah berdiri! Lagipula itu adalah hal yang wajar jika kalian menganggapku sebagai seorang pria karena rambut palsuku ini. Kalau begitu cepat bantu aku untuk mandi," ujar Rowena.
"Baiklah, nona. Silahkan ikuti kami kalau begitu."
Selesai mandi dan berpakaian, Rowena diarahkan ke ruang makan. Disana sudah ada Sir Damian yang sedang menyantap makanannya. Rowena pun duduk di salah satu kursi yang ada disana dan mulai menyantap makanan yang sudah dihidangkan di atas meja. Kebayangkan makanan yang disana adalah makanan kesukaannya. Mungkin Sir Damian yang memerintahkan para koki untuk memasakkan itu semua.
"Apakah gaun yang pernah kugambar sketsanya sudah selesai?" tanya Rowena.
"Sudah. Tetapi bukankah gaun yang kau inginkan itu sangatlah sederhana? Apakah kau tidak ingin menggantinya dengan gaun yang lebih mewah lagi?
"Tidak perlu. Aku memang menginginkan gaun yang seperti itu. Lagipula jika terlalu banyak aksesorisnya dan mewah, nanti aku akan sulit untuk berjalan."
"Meskipun begitu itu bukanlah hal yang pantas untuk memakai gaun yang sederhana saat menghadapi pesta kemenangan. Jadi, tanpa sepengetahuanmu aku menyuruh perancang busana untuk menambahkan serbuk berlian di gaun itu."
"Terserah kau saja. Asalkan gaunnya harus sama persis dengan sketsa yang sudah kugambar."
"Lalu bagaimana menurutmu tentang mansionku ini?"
"Mansion ini sangat bagus dan nyaman. Selain itu mansion ini juga sangat besar sampai aku takut kalau aku akan tersesat suatu saat nanti. Lalu semua pelayan disini juga sangat baik dan ramah padaku."
"Baguslah kalau begitu. Kuharap malam ini kau bisa tidur dengan nyenyak. Aku akan pergi ke kamarku lebih dulu. Sampai jumpa Rowena." Sir Damian bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan ruang makan.
Rowena yang juga sudah selesai menghabiskan makanannya langsung pergi dari ruang makan. Sebelum kembali ke kamarnya, ia memutuskan untuk berkeliling di sekitar mansion itu.
Alasan Rowena tetap bersiteguh ingin memakai gaun yang sesuai dengan sketsa yang ia gambar adalah karena gaun itu adalah gaun yang pernah dipakai oleh ibunya saat debutante. Selain itu dengan gaun itu ia ingin menarik perhatian sang raja dan ratu Sunverro.
Dulu baik sang raja maupun sang ratu Sunverro memiliki hubungan yang sangat baik dengan ibunya, Erica. Ratu Sunverro yang sekarang, Joanna, merupakan anak dari salah satu bangsawan tingkat atas Kekaisaran Odelette dan ia juga merupakan dayang kesayangan Erica saat dirinya masih menjadi putri kekaisaran Odelette. Joanna pun sangat mengabdikan dirinya untuk Erica.
Lalu Raja Sunverro yang sekarang, Wiliam, adalah mantan tunangan Erica. Mereka berdua sama sekali tidak mempunyai perasaan untuk sama lain. Bahkan Erica hanya menganggap Wiliam yang pada saat itu menjadi pangeran mahkota sebagai adiknya. Begitu juga dengan Wiliam yang menyayangi Erica seperti kakak kandungnya sendiri. Intinya kedua orang penting dari Sunverro adalah orang-orang yang terdekat dengan Erica di masa lalu dan sangat menyayanginya.
Rowena memiliki wajah dan fisik yang sangat identik dengan Erica. Jadi jika Rowena mengenakan gaun yang desainnya sama seperti gaun debutante Erica maka kemungkinan besar, raja dan ratu tidak akan melupakannya.
Rowena memandang langit dari jendela yang ada di sepanjang koridor. "Aku jadi tidak sabar untuk menghadiri pesta itu."