Chereads / Pembalasan Dendam Sang Ksatria Wanita / Chapter 29 - First Impression

Chapter 29 - First Impression

Seorang pengawal lainnya tiba-tiba datang menghampiri pengawal yang menegur Rowena barusan. Orang itu sepertinya membisikkan sesuatu kepada pengawal tersebut sehingga pengawal yang menegur Rowena nampak sanga terkejut.

Pengawal yang baru datang itu membungkukkan badannya pada Rowena. "Maafkan adik saya, Yang Mulia Grand Duchess. Dia baru mulai bekerja hari ini, dia tidak tahu apapun tentang anda."

Pengawal yang barusan menegurnya langsung bersujud di depan kuda yang tengah dinaiki Rowena. "Maafkan saya, Grand Duchess."

Tubuh kedua orang itu terlihat gemetaran, sepertinya mereka ketakutan. Rowena yang tidak ingin membuang-buang waktunya lagi langsung menunggangi kudanya masuk ke dalam tempat pelatihan dan membiarkan kedua pengawal itu tetap bersujud dan membungkukkan badannya.

Kedatangannya disana disambut oleh ketiga ksatria yang pernah berolahraga bersamanya saat ia baru beberapa hari diterima sebagai ksatria Sunverro oleh Pangeran Helios. Ksatria itu adalah Sir Reon, Sir Theo, dan Sir Wayle. Mereka menyambut Rowena dengan raut wajah yang bahagia. Rowena langsung turun dari kudanya, kemudian ada seseorang penjaga kandang kuda yang menuntun kudanya ke dalam kandang.

"Hey, bagaimana kabar kalian bertiga? Sudah beberapa hari aku tidak melihat wujud kalian," sapa Rowena sembari menepuk-nepuk pundak Sir Wayle.

"Tentu saja sangat baik. Setelah pulang aku langsung kembali ke rumahku dan menghabiskan hari bersama keluargaku," jawan Sir Wayle.

"Sama seperti Wayle, aku juga sibuk menghabiskan waktu bersama anak dan cucuku. Bagaimana denganmu, Rowena?" sahut Sir Theo.

"Dari yang kudengar sekarang kau sudah mendapatkan gelar Grand Duchess. Apakah itu benar?" tanya Sir Reon.

Rowena menundukkan kepalanya dan mulai mengeluh. "Kau sangat benar. Padahal aku ingin hidup santai tapi Baginda Kaisar malah memberikanku gelar dan jabatan seberat ini."

"Sudahlah, kau pasrah saja dengan nasibmu. Anggap saja itu adalah keberuntungan. Jika kau mengalami kesulitan kamu bertiga akan selalu membantumu," ujar Sir Wayle berusaha menyemangati Rowena.

Rowena terkekeh dan berkata, "Baiklah. Sekarang aku akan menemui para pasukan biru itu. Ngomong-ngomong bukankah kalian bertiga juga merupakan anggota pasukan biru?"

"Ya, kami adalah bawahanmu. Padahal dulunya kita merupakan orang yang mempunyai jabatan yang sama dan sekarang kau malah menjadi atasanku. Kalau begitu mohon bantuannya mulia sekarang, Yang Mulia Grand Duchess," ujar Sir Reon sembari membungkukkan badannya.

"Berhentilah bersifat formal seperti itu. Jika kau mau aku bisa memberikanmu jabatanku sebagai komandan pasukan biru ini," ucap Rowena.

Sir Reon pun tertawa saat mendengar tawaran menggiurkan dari Rowena. "Aku tidak perlu jabatan menyedihkan itu. Aku masih ingin menghabiskan waktuku bersama keluargaku tercinta."

"Dasar tidak setia kawan," umpat Rowena.

Rowena pun berjalan masuk ke dalam tempat pelatihan. Disana sudah ada para anggota pasukan biru yang tengah berkumpul. Rowena berdiri di depan semua orang dan melihat wajah orang-orang yang akan bekerja dibawah pimpinannya dengan teliti.

"Aku adalah Rowena Ernest de Erica. Mulai sekarang aku akan menjadi komandan kalian. Jadi aku mohon kerja sama kalian untuk kedepannya," ucap Rowena.

Setelah selesai mengucapkan beberapa patah kata, Rowena pun mulai memerintahkan para pasukannya untuk berlari mengelilingi tempat pelatihan sebanyak dua puluh putaran. Selesai dengan itu mereka pun melanjutkannya dengan berbagai macam pemanasan lainnya sebelum berlatih pedang. Para anggota pasukan biru berani bersumpah kalau hari itu benar-benar merupakan hari yang sangat berat karena Rowena sangat serius saat melatih mereka.

Di hari pertama bertemu, sebagian pasukan biru yang tidak mengikuti perang mulai menganggap Rowena sebagai iblis yang berwujud manusia karena terus-menerus membiarkan bawahannya berlatih tanpa istirahat dari pagi hingga sore hari. Bagi sebagian pasukan biru lainnya yang ikut dalam peperangan bersama Rowena, mereka tidak heran lagi dengan hal itu. Mereka juga tidak terlalu lelah seperti pasukan yang tidak mengikuti perang sebab fisik mereka sudah sangat terlatih selama peperangan terjadi.

Ketika Rowena sedang fokus melatih para pasukannya tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dari aroma tubuhnya Rowena sudah bisa menebak siapa orang yang dengan seenaknya memeluk tubuhnya disaat ia tengah sibuk melatih prajuritnya. Pastinya orang itu adalah kakaknya sendiri, Sir Damian.

Sir Damian meletakkan dagunya tepat di leher Rowena. "Mari kita pulang, adikku tersayang."

"Tumben pasukanmu lebih cepat selesai bertugas?" balas Rowena yang masih tetap mempertahankan postur tubuhnya sembari mengawasi anak buahnya itu.

"Aku kabur dari pelatihan saat Cedric tidak melihatku," kekeh Sir Damian.

"Sudah kuduga kakak akan melakukan hal itu."

"Cepat bubarkanlah pasukanmu lalu kita kembali ke rumah. Nanti ada yang ingin aku tunjukkan padamu," ujar Sir Damian yang makin mempererat pelukannya.

"Kalau begitu cepat lepaskan tanganmu dari tubuhku," pinta Rowena.

Sir Damian langsung melepaskan pelukannya. Sesuai ucapan Sir Damian, Rowena pun segera membubarkan pasukannya. Para pasukannya dengan cepat pergi meninggalkan tempat pelatihan sebelum Rowena berubah pikiran dan kembali menahan mereka untuk latihan fisik lagi.

Sir Damian pun menggandeng tangan Rowena untuk ikut keluar dari tempat pelatihan itu dan menuju ke kereta kuda yang sepertinya memang sudah menunggu mereka sedari tadi. Seperti biasa Sir Damian membantu Rowena untuk masuk ke dalam kereta kuda. Setelah Rowena sudah berhasil masuk, Sir Damian pun juga ikut masuk dan duduk bersebelahan dengan Rowena.

"Apa yang ingin kakak tunjukan padaku?" tanya Rowena.

"Hanya sebuah mansion milikmu sendiri," jawab Sir Damian dengan santai.

"Jangan bilang kau yang membelikannya untukku," tebak Rowena.

Sir Damian tersenyum kecil dan mengusap kepala perempuan itu dengan lembut. "Tentu saja bukan. Secara pribadi aku lebih suka kau tinggal bersamaku."

"Lalu siapa yang memberikan mansion itu padaku?"

"Baginda Kaisar sendirilah yang memberikan mansion itu untukmu. Awalnya mansion itu adalah salah satu kediaman milik Kaisar saat ia masih menjadi Pangeran Mahkota. Sepertinya Helios yang memaksa Kaisar untuk memberikan mansion itu padamu agar kau tidak tinggal bersamaku lagi," jelas Sir Damian.

Rowena hanya diam dan terus mendengarkan keluh kesah Sir Damian tentang keadaan pasukannya dan Pangeran Helios sampai akhirnya kereta kuda itu mendadak berhenti.

"Sepertinya kita sudah sampai di mansion barumu. Ayo kita turun." Sir Damian membuka pintu kereta kuda dan turun terlebih dahulu lalu mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Rowena turun.

Rowena menerima uluran tangan Sir Damian dan menundukkan kepalanya saat akan turun dari kereta kuda itu. Saat ia menapakkan kakinya di tanah, ia melihat ke sekelilingnya untuk menilai bagaimana rupa mansion yang baru dihadiahkan untuknya oleh sang Kaisar. Wajah Rowena sedikit berkerut saat melihat mansion tersebut, bukan karena mansion itu memiliki tampilan yang jelek ataupun kotor, namun ia merasa sedikit aneh saat ia melihat mansion lainnya yang berada tepat disebelah mansion miliknya itu.

"Kenapa mansion baruku ini bisa ada tepat disebelah mansionmu, kakak?" tanya Rowena sembari memandang wajah kakaknya itu.

Sir Damian hanya tertawa canggung. "Mansion ini dulunya dibangun oleh ayahku sebagai hadiah ulang tahun ke-17 Sang Kaisar. Selain itu sepertinya Helios tidak menggunakan otaknya saat meminta Baginda Kaisar untuk memberikanmu mansion yang satu ini. Lagipula bukankah ini merupakan hal yang bagus karena kita tidak perlu berpisah terlalu jauh."

Rowena menghela napas panjang dan hanya bisa pasrah saja. "Ya, kau benar."

Mereka pun segera masuk ke dalam mansion baru milik Rowena dan berkeliling menjelajahi setiap sudut ruangan yang ada di dalam sana. Rowena harus mengakui kalau kediaman barunya ini benar-benar sangat luas bahkan lebih luas daripada milik Sir Damian. Kediamannya terdiri dari tiga mansion besar, sebuah taman bunga yang sangat besar, serta dua rumah kaca.

Kediaman itu masih sangat sepi karena tidak ada satupun pelayan maupun ksatria disana karena kediaman itu memang sudah dikosongkan sejak sangat lama.

"Sepertinya nanti aku harus meminta bantuan Helios untuk mencari pelayan," gumam Rowena.

Sir Damian yang mendengar gumaman Rowena langsung berkata, "Tidak, kau tidak perlu meminta bantuan si sialan yang satu itu. Aku sendiri yang akan mengirimkan pelayan, ksatria pengawal, beserta kepala pelayan dan pengurus rumah."

Mata Rowena kembali berbinar. Setidaknya ia tidak harus repot-repot lagi untuk meminta bantuan Pangeran Helios karena sudah ada orang yang bersedia menolongnya sekarang. "Untuk kepala pelayan dan pengurus rumah aku bisa mencarinya sendiri."

"Baiklah kalau begitu. Sekarang ayo kita kembali ke kediamanku. Nanti aku akan mengirimkan pelayan kediamanku untuk membersihkan mansionmu."

Akhirnya Rowena kembali bersama Sir Damian ke mansion milik Sir Damian. Kira-kira Rowena baru bisa menghuni kediaman barunya itu dua hari lagi.