Dres ala rumahan telah melekat dalam tubuh Bella memberikan kesan kecantikan secara natural. Semerbak wangi yang selalu Bella perhatikan setiap awal pagi harinya memang tak pernah terlewat.
Menjadi seorang ibu rumah tangga meski dirinya juga tak terlalu bekerja di rumah, Bella harus terus memperhatikan penampilannya di depan sang suami.
Bundanya sejak awal pernikahan selalu berpesan, untuk selalu berdandan cantik jika sedang bersama Radit. Menjaga agar Radit tak pernah lengah menyukainya, menjaga hati hanya untuknya. Bella memang sedikit keberatan.
Dirinya bukan tipe orang yang suka memperhatikan perasaan orang lain terhadapnya. Lebih suka berpenampilan apa adanya. Tapi kali ini Bella merasa dirinya dituntut untuk selalu totalitas.
"Bel, aku buru-buru sekarang. Enggak bisa nemenin kamu sarapan bareng karena rapat akan segera di mulai setelah ini. Kamu sarapan sendiri aja, ya?" Seru Radit dari lantai dua.
Radit menuruni tangga sambil mengancingkan lengan tangannya agar lebih terlihat rapi. Dasi yang masih terselempang di leher dan belum terikat. Menjinjing tas kantor kemudian ia letakkan di meja makan.
Terlihat sedikit kesusahan menurut Bella. Seperti sedang tergesa-gesa juga. Oke ... Bella harus membantunya.
"Kalau emang buru-buru banget yaudah, enggak papa kok. Aku bisa sarapan sendiri habis ini.
Oh iya, mau aku bawain bekal? Biar sehabis rapat kamu bisa makan sarapanmu."
Dengan tangan yang sangat terampil dalam menalikan dasi dengan rapi. Mengancingkan semua kancing yang terpasang dengan benar. Merapikan kerah suami sambil sedikit berjinjit. Jarak mereka terlihat sangat dekat.
Ketika pandangan mereka sama-sama bertemu. Tatapan mata keduanya yang terasa sangat mendebarkan. Jantung Bella yang mulai berdebar kencang. Bella sangat mengumpati detak jantungnya.
Sambil menelan salivanya susah, pandangan mereka masih saja terkunci. Ya ampun ... Bella serasa tercekat jika seperti ini terus.
Satu usapan lembut kembali menyadarkan Bella seketika. Belaian yang Radit berikan dengan singkat barusan memang membuat Bella tersadar dari lamunannya.
"Udah selesai ngiketnya?"
"Hah?" Bella masih tak paham apa yang Radit maksud saat ini.
"Oh ... iya-iya. Udah kok Mas. Maaf."
Seketika Bella langsung memundurkan langkahnya. Menundukkan pandangan dengan penuh rasa malu. Bisa-bisanya dirinya terjerat dengan pesona Radit tadi hingga membuatnya lupa dunia
Meski Radit yang masih menyadarkannya dengan cara lembut, tapi Bella tetap malu di sini.
"Aku ambilkan bekal dulu, ya buat kamu? Tunggu lima menit aja."
Bella langsung bergegas menuju dapur kembali. Dirinya yang serasa sudah tak ada harga dirinya ingin segera kabur saja dari tempat itu.
Mempersiapkan sarapan untuk suaminya agar tak kelaparan juga di kantor. Menyiapkan minum juga agar tak dehidrasi. Tapi sayang, belum sempurna Bella melancarkan aksinya, Radit lebih dulu mencegah.
"Bel ... enggak usah dilanjutin. Aku bisa sarapan di kantor."
"Tapi enggak lama kok, Mas. Tunggu lima menit, semuanya udah akan selesai."
Cekalan tangan Radit masih tak bisa dilepas. Tak membiarkan dirinya untuk pergi dan mempersiapkan yang lainnya. Radit masih bersihkeras untuk tak ingin dilayani.
Meski tatapan Bella sudah berusaha memohon. Tapi Radit memang masih saja kekeh dengan perintahnya.
"Huft ... baiklah kalo Mas Radit enggak mau dibawain bekal," ujar Bella pasrah.
"Enggak perlu. Kalau kamu bersedia, datanglah ke kantor pada jam makan siang nanti. Kita bisa makan bersama."
Dirinya yang sedari tadi tampak kecewa dengan permintaan Radit, seketika langsung bangkit kembali saat suaminya benar-benar menawari untuk makan siang bersama.
Menghampirinya ke kantor dan makan bersama memang sesuatu yang belum pernah Bella rasakan selama profesinya menjadi seorang istri.
Sepertinya memang ide yang bagus jika Bella benar-benar mengunjungi sang suami. Tapi ... Bella melupakan satu hal.
"Kenapa? Kamu enggak mau samperin aku ke kantor?" tanya Radit seakan tahu perubahan ekspresi Bella yang cukup drastis.
Meski gelengan kecil yang Bella tunjukkan sebagai penegasan bahwa bukan itu yang dirinya pikirkan sekarang. Mengedarkan pandangannya sebentar mencari bahasa yang sekiranya lebih mudah dipahami oleh suaminya.
Bella hari ini lagi banyak kesibukan di kantornya sendiri.
"Kalau enggak bisa juga enggak papa. Aku enggak pernah maksa kamu buat ke kantor."
"Bukan gitu, Mas. Tapi hari ini di kantorku juga lagi banyak pesanan, dan juga hari ini lebih dari 10 orang yang minta dikirim. Pasti aku akan banyak menghabiskan waktu di sana."
Tatapan Radit sangat tak enak saat ini. Bella bisa melihat jika suaminya tak senang mendengar kabar itu tepat saat Radit sendiri meminta dirinya ke kantor.
Tapi, mau bagaimanapun juga dirinya tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Tak bisa membebankan tanggung jawabnya ke semua orang. Dan Bella adalah tipe orang yang tanggung jawab sejak dulu.
"Maafin aku, Mas. Lain kali aku susulin kamu di kantor, deh. Tapi ... kalo hari ini aku enggak bisa beneran."
"Terserah."
Radit langsung meraih tasnya dan melenggang pergi. Tak berminat untuk
memanjangkan persoalan yang ada meski Bella sudah berusaha meyakinkan.
Bella sedikit sakit hati saat melihat Radit marah padanya di pagi hari seperti ini.
Tersinggung dengan kesibukannya sendiri dan mungkin Radit mengira dirinya tak
peduli lagi pada sang suami.
Meski perpisahan hangat tak tercipta pada pagi hari ini. Radit yang langsung melenggang begitu saja keluar rumah. Bella masih berusaha menyusul Radit sambil memberikan selamat jalan kepada sang suami dari teras rumah.
Ya ... Radit sama sekali tak meresponnya. Bella tak menyangka jika hanya ini bisa membuat mood suaminya langsung memburuk hingga mendiaminya.
Napas Bella yang semakin memberat. Kendaraan sang suami yang sudah mulai hilang bersama dengan keramaian jalan raya. Bella kembali berusaha menenangkan diri.
"Enggak papa, Bel. Mas Radit pasti marahnya sebentar, kok. Nanti malam dilanjut lagi, oke?" sahut Bella dalam hati mencoba menghibur.
Nyatanya tak ada lagi yang bisa menghibunrya kecuali dirinya sendiri di rumah ini. Para pembantu dan penjaga pun juga tak terlalu akrab dengannya karena yang mungkin memang sangat menjaga yang namanya derajat.
Baiklah ... Bella harus segera bersiap setelah ini untuk menuju kantornya. Dan mungkin, Abel juga sedang menunggunya di sana sudah lama.
Bella mulai memasuki rumah kembali. Hendak bersiap berangkat dan mulai berganti pakaian. Dengan santai Bella membuka lemari pakaiannya dengan Radit. Ketika mengambil sesuatu di atas lemari, tiba-tiba satu buah foto terjatuh di lantai.
Bella baru menyadari saat dirinya telah menutup pintu lemarinya. Terlihat dengan jelas foto itu terbuka dan menampilkan sepasang kekasih yang sangat romantis.
Mendekatinya dan mulai memperhatikan siapa orang yang ada di seberang sana. Terlihat begitu dekat dan sangat menyayangi. Bahkan terlihat aura cinta sedang terpancar di antara keduanya.
"Mas Radit foto sama siapa?"
DEG
*Bersambung ...